Hasil
Observasi Proses Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Kota Jambi
Oleh:
Rahmad
Dwi Propayanda, S.Pd
NIM
15711251010
PENDAHULUAN
Proses belajar mengajar
(PBM) merupakan interaksi berkelanjutan antara perilaku guru dan perilaku
pesera didik (Mosston dan Asworth dalam Rosdiani, 2012 : 42). Dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar pendidikan jasmani keempat faktor ini tidak dapat dipisahkan
satu sama lain, yaitu; tujuan, materi, metode dan evaluasi. Di antara beberapa
faktor penting untuk mencapai pengajaran pendidikan jasmani dan olahraga yang
berhasil adalah perumusan tujuan. Pentingnya kedudukan tujuan untuk menentukan
materi yang akan dilakukan oleh para peserta didik. Salah satu prinsip penting
dalam pendidikan jasmani dan olahraga adalah partisipasi peserta didik secara
penuh dan merata.
Menurut Moston (1981) seorang
guru penjas mampu membuat berbagai pertimbangan yang terkait dengan pencapaian
mengajar, mendiskripsikan mengajar sebagai serangkaian pembuatan keputusan
berbagai kejadian yang bersifat konstan.
Guru pada semua mata pelajaran, tidak terkecuali guru penjasorkes akan
terlibat dalam pengambilan keputusan mengenai tujuan, pengorganisasian kelas,
mata pelajaran, penilaian, dan kekhususan-kekhususan yang berhubungan dengan
lingkungan. Selain itu, setiap proses pembelajaran yang berhasil dikembangkan
dari sejumlah keputusan, dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu: (1)
persiapan (sebelum pertemuan dengan siswa), (2) selama pertemuan dengan siswa
(kegiatan inti), dan (3) setelah pertemuan (refleksi dari pelajaran).
Untuk dapat membuat perencanaan pembelajaran
yang baik seorang guru penjasorkes harus memahami prinsip-prinsip pembelajaran
yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses perencanaan pembelajaran yang
dapat diaktualisasikan sesuai situasi dan kondisi yang diperlukan. Oleh karena
itu, seorang guru penjasorkes sebelum membuat perencanaan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menurut Logdon, dkk (1997) ada tiga pertanyaan penting
yang harus diketahui dan dipahami, yaitu: (1) Siapa yang saya ajar (2) Mengapa saya memilih materi pembelajaran
(3) Bagaimana saya akan mengajar.
Dalam meningkatkan
proses pembelajaran juga dapat di lakukan dengan cara memilih strategi
pembelajaran yang baik agar dapat menunjang terjadinya proses pembelajaran yang
menyenangkan. Dalam mengajar guru harus pandai menggunakan strategi secara arif
dan bijaksana. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan
perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai
anak didiknya. Karena pada dasarnya tiap anak memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Guru harus menguasai setiap perbedaan pada anak didiknya. Guru
tidak boleh memaksakan kemampuan siswa yang kurang dengan siswa yang
kemampuannya tinggi. Selain itu, guru juga harus pandai mengelola kelas agar
tercipta pembelajaran yang aktif dan menyenangkan..
Agar dapat mengwujudkan
pembelajaran yang efektif, maka mengajar harus ditujukan untuk mempengaruhi
proses pembelajaran internal. Gagne dalam Majid (2013 : 49) percaya bahwa
mengajar adalah “serangkain peristiwa eksternal yang secara sadar atau sengaja
dirancang untuk mendukung proses pembelajaran internal”, dan perlu diperhatikan
jenis kejadian atau peristiwa apa yang dapat memberikan dukungan tersebut. Oleh
karena itu, untuk mengikat teori mengajar secara bersamaan, ia merumuskan
sembilan peristiwa mengajar yang dibutuhkan untuk semua proses pembelajaran dan
hasil pembelajaran, dimana peristiwa ini dimaksudkan untuk meningkatkan
transfer pengetahuan atau informasi dari persepsi melalui berbagai tahapan
ingatan atau proses kognitif yang berlangsung di otak. Adapun sembilan
peristiwa pembelajaran dari Gagne, yaitu: mendapatkan perhatian,
menginformasikan tujuan pembelajaran kepada peserta didik, ransangan mengingat
kembali sebelum belajar, menyajikan materi, memberikan bimbingan belajar,
memunculkan kinerja, memberikan umpan balik mengenai ketetapan kinerja, menilai
kinerja, meningkatkan retensi dan transfer.
PEMBAHASAN
A.
Proses Pembelajaran Penjasorkes
Berdasarkan hasil observasi penulis
pada tahun 2014 saat penulis melaksanakan PPL. Proses pembelajaran penjasorkes
di SMA Negeri 1 Kota Jambi tidak berjalan
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Karena siswa-siswi SMA Negeri 1 Kota
Jambi berasumsi bahwa pembelajaran penjasorkes tidak terlalu terlalu penting
untuk dipelajari. Selain itu, kurangnya sarana dan prasarana pendukung dalam
proses pembelajaran penjasorkes juga merupakan salah satu sebab siswa tidak termotivasi
untuk mengikuti proses pembelajaran penjasorkes.
Sarana dan prasarana di SMA Negeri 1
Kota Jambi masih kurang memadai untuk meningkatkan proses pembelajaran penjasorkes.
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran penjasorkes siswa memakai fasilitas dari
luar sekolah. Karena lapangan di SMA Negeri 1 Kota Jambi tidak mampu menampung
banyaknya motor yang dibawa oleh siswa. Sehingga lapangan untuk melakukan
proses pembelajaran dijadikan tempat parkir motor. Selain itu, sarana seperti
bola sepak bola, bola basket dan lain sebagainya masih kurang cukup dan banyak
yang rusak. .
B. Jenis
Strategi yang dipilih
Setelah penulis melakukan
observasi proses pembelajaran penjasorkes di SMA Negeri 1 Kota Jambi pada tahun
2014, penulis mendapatkan beberapa hal yang mempengaruhi proses pembelajaran
penjasorkes yaitu: guru di SMA Negeri 1 Kota Jambi menerapkan strategi pembelajaran gaya komando
dalam proses pembelajaran penjasorkes. Peran guru pada pembelajaran ini sangat
dominan, yaitu sebagai pembuat keputusan pada semua tahap, karena pada tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi sepenuhnya dilakukan oleh
guru, sedangkan peserta didik/siswa hanya berperan sebagai pelaku ataupun
pelaksana saja yang sepenuhnya harus tunduk terhadap pengarahan, penjelasan,
dan segala perintah dari guru. Esensi dari gaya komando adalah adanya hubungan
yang langsung dan cepat antara stimulus guru dan respon murid. Stimulus berupa
tanda/komando yang diberikan guru, akan mengawali setiap gerakan peserta
didik/siswa dalam menampilkan gerakan sesuai dengan contoh dari guru.
Selain itu, di SMA Negeri 1
Kota Jambi guru juga menerapkan strategi pembelajaran lainya yaitu gaya latihan.
Dalam
gaya ini siswa diberikan waktu untuk melaksanakan tugas secara perorangan,
sedangkan guru memberi umpan balik kepada semua siswa secara perorangan. Disini
guru bertanggung jawab menentukan tujuan pengajaran, memilih aktivitas dan
menetapkan tata urut kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran. Gaya latihan
sangat sesuai untuk pembelajaran dalam penguasaan teknik dasar. Di dalam gaya
tugas ini siswa ikut serta menentukan cepat lambatnya tempo belajar, maksudnya guru
memberikan keleluasaan bagi setiap siswa untuk menentukan sendiri kecepatan
belajar dan kemajuan belajarnya. Dalam gaya ini, guru tidak menghiraukan
bagaimana kelas organisasi, atau apakah siswa melakukan tugas itu secara
serempak atau tidak karena hal itu tidak begitu penting baginya.
Pada dasarnya banyak jenis strategi yang dapat
diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Kota Jambi. Tetapi
dalam penerapan strategi pembelajaran harus mempertimbangkan beberapa faktor,
salah satunya adalah karakteristik siswa yang diajar. Hal ini dianggap penting
karena strategi pembelajaran yang dipilih guru akan menunjang tercapainya suatu
tujuan pembelajaran. Sebaliknya apabila guru salah dalam menentukan strategi
yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran, tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai guru tidak akan tercapai. Maka dalam memulai suatu perencanaan
pembelajaran harus dimulai dari pemilihan strategi yang cocok bagi peserta
didiknya.
Sarana prasarana olahraga adalah suatu bentuk permanen, baik
itu ruangan di luar maupun di dalam. Contoh : cymnasium, lapangan permainan,
kolam renang, dsb. (Wirjasanto 1984:154). Pengertian sarana prasarana tidak
seperti yang di atas, namun ada beberapa pengertian lain menurut sumber yang
berbeda pula. Sarana prasarana olahraga adalah semua sarana prasarana olahraga
yang meliputi semua lapangan dan bangunan olahraga beserta perkengkapannya
untuk melaksanakan program kegiatan olahraga (Seminar Prasarana Olahraga Untuk
Sekolah dan Hubungannya dengan Lingkungan (1978).
Sarana olahraga adalah sumber daya pendukung yang terdiri
dari segala bentuk dan jenis peralatan serta perlengkapan yang digunakan dalam
kegiatan olahraga. Prasarana olahraga adalah sumber daya pendukung yang terdiri
dari tempat olahraga dalam bentuk bangunan di atasnya dan batas fisik yang
statusnya jelas dan memenuhi persyaratanyang ditetapkan untuk pelaksanaan
program kegiatan olahraga.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa
sarana prasarana olahraga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari segala
bentuk jenis bangunan/tanpa bangunan yang digunakan untuk perlengkapan
olahraga. Sarana prasarana olahraga yang baik dapat menunjang pertumbuhan
masyarakat yang baik.
1. Gaya Komando
Dalam gaya komando ini guru
penjas harus aktif karena penjelasan, penyampaian materi diberikan oleh guru
penjas itu sendiri. Dalam gaya komando dari pra pertemuan, dalam pertemuan dan
pasca pertemuan keputusan semua diambil oleh guru penjas.
Unsur-Unsur Khas Gaya Komando :
· Semua
keputusan dibuat oleh guru
· Menuruti
petunjuk dan melaksanakan tugas
· merupakan
kegiatan utama siswa
· Menghasilkan
tingkat kegiatan yang tinggi
· Dapat
membuat siswa merasa terlibat dan termotivasi
· Mengembangkan
perilaku disiplin
2. Gaya latihan
Dalam gaya latihan siswa
diberikan waktu untuk melaksanakan tugas secara perorangan dan guru memberi
umpan balik kepada semua siswa secara perorangan.
Peranan Guru Penjas :
· Guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri
· Memberi
balikan secara individual
· Meningkatkan
interaksi kepada individu
· Memberi
kesempatan kepada siswa dalam penyesuaian diri
. Gaya A:
Komando (Command).
Gaya komando adalah pendekatan mengajar yang paling
bergantung pada guru. Tujuannya adalah penampilan yang cermat. Guru menyiapkan
semua aspek pengajaran dan ia sepenuhnya bertanggung jawab dan berinisiatif
terhadap pengajaran dan memantau kemajuan besar dari perkembangan siswanya.
Pada dasarnya gaya ini ditandai dengan penjelasan, demonstrasi, dan latihan.
Lazimnya, gaya itu dimulai dengan penjelasan tentang teknik baku, dan kemudian
siswa mencontoh dan melakukannya berulang kali. Evaluasi dilakukan berdasarkan
tujuan yang telah ditetapkan. Siswa dibimbing ke suatu tujuan yang sama bagi
semuanya. Memang Gaya Mengajar Komando kebanyakan terbukti efektif karena ilmu
yang diperoleh oleh siswa akan cepat diserap dan dapat dimengerti, inilah peran
guru dibutuhkan sepuasnya. Guru menyiapkan semua aspek pengajaran yang
mendukung dan yang efektif.
Sasaran Gaya Komando
·
respons langsung terhadap petunjuk yang diberikan
·
penampilan yang sama/seragam
·
mengikuti model yang telah ditentukan
·
ketepatan dan kecermatan respons
·
meningkatkan semangat kelompok
·
penggunaan waktu secara efisien
Penerapan Gaya Komando :
·
Ingin diajarkan ketrampilan khusus atau khas
·
Menangani kelas yang sulit dikendalikan
·
Ingin mencapai kemajuan yang lebih cepat
·
Sekelompok anak yang memerlukan bantuan khusus
Peran guru pada pembelajaran ini sangat dominan,
yaitu sebagai pembuat keputusan pada semua tahap, karena pada tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi sepenuhnya dilakukan oleh
guru, sedangkan peserta didik/siswa hanya berperan sebagai pelaku ataupun
pelaksana saja yang sepenuhnya harus tunduk terhadap pengarahan, penjelasan,
dan segala perintah dari guru. Esensi dari gaya komando adalah adanya hubungan
yang langsung dan cepat antara stimulus guru dan respon murid. Stimulus berupa
tanda/komando yang diberikan guru, akan mengawali setiap gerakan peserta
didik/siswa dalam menampilkan gerakan sesuai dengan contoh dari guru.Gaya
komando sangat sesuai untuk kegiatan pembelajaran stretching, kalestenik dan
teknik dasar
Kelemahan dan Kelebihan Gaya Komando
a) Kekurangan Gaya Komando adalah :
·
Kurang mengembangkan penalaran
·
Kurang mengembangkan pembentukan sifat
·
Tidak demokratis Penyaluran aspek sosial, emosional, dan kognitif sangat
terbatas
b) Kelebihan Gaya Komando adalah :
·
Keseragaman gerak
·
Jika dilakukan oleh banyak orang dapat membuat suasana indah dan
menyenangkan
·
Mengembangkan perilaku disiplin
·
Menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi
2. Gaya
B: Latihan (Practice).
Dalam gaya ini siswa diberikan waktu untuk
melaksanakan tugas secara perorangan, sedangkan guru memberi umpan balik kepada
semua siswa secara perorangan. Disini guru bertanggung jawab menentukan tujuan
pengajaran, memilih aktivitas dan menetapkan tata urut kegiatan untuk mencapai
tujuan pengajaran. Gaya latihan sangat sesuai untuk pembelajaran dalam
penguasaan teknik dasar. Di dalam gaya tugas ini siswa ikut serta menentukan
cepat lambatnya tempo belajar, maksudnya guru memberikan keleluasaan bagi
setiap siswa untuk menentukan sendiri kecepatan belajar dan kemajuan
belajarnya. Dalam gaya ini, guru tidak menghiraukan bagaimana kelas organisasi,
atau apakah siswa melakukan tugas itu secara serempak atau tidak karena hal itu
tidak begitu penting baginya. Tugas dapat disampaikan secara lisan atau
tulisan. Siswa melakukan tugas sesuai dengan kemampuannya dan dia juga dapat
dibantu oleh temannya, atau tugas itu dilaksanakan dalam sebuah kelompok kecil.
Ciri Ciri Gaya Latihan
·
Rumusan tujuan, pemilihan aktifitas belajar dan urutan kegiatan belajar
ditentukan oleh guru.
·
Siswa hanya diberi kebebasan
dalam menentukan tempo latihan
Penerapan Gaya Latihan
·
Tugas diberikan secara lisan atau tulisan
·
Tugas lisan atau tulisan dibuat secara jelas dan singkat
·
Siswa melakukan tugas dengan kemampuannya
Kekurangan dan Kelebihan Gaya Latihan
a) Kekurangan
·
Kurang mengembangkan kreatifitas
·
Tugas yang kurang jelas dan terlalu panjang dapat menimbulkan lupa
·
Bagi sebagian anak dapat menghindari dari tugas yang sebenarnya
b) Kelebihan
·
Guru dapat memberikan umpan balik secara individual
·
Dapat mengembangkan rasa tanggung jawab
A. GAYA KOMANDO (COMMAND STYLE)
1. Respon langsung terhadap stimulus (Guru memberi contoh/memberi aba-aba, siswa menirukan/mengikuti)
2. Tujuannya adalah penampilan yang cermat
3. Guru menentukan penampilan irama
ANATOMI GAYA KOMANDO
Pra pertemuan : Keputusan oleh guru
Dalam pertemuan : Keputusan oleh guru
Pasca Pertemuan : Keputusan oleh guru
SASARAN GAYA KOMANDO
Merinci peranan guru, peranan siswa, dan hasil yang dicapai. Sasaran yang dicapai akan melibatkan siswa yang akan mengikuti perintah/petunjuk guru dengan sasaran sebagai berikut.:
respons langsung terhadap petunjuk yang diberikan
penampilan yang sama/seragam
penyesuaian
penampilan yang disinkronkan
mengikuti model yang telah ditentukan
mereproduksi model (mengikuti)
ketepatan dan kecermatan respons
meneruskan kegiatan dan tradisi kultural
mempertahankan tingkat estetika
meningkatkan semangat kelompok
penggunaan waktu secara efisien
pengawasan keamanan
MENYUSUN PEMB. GAYA KOMANDO
1. Semua keputusan sebelum peertemuan dibuat oleh guru:
a. pokok bahasan
b. tugas-tugas
c. organisasi
2. Semua keputusan selama pertemuan dibuat oleh guru:
a. penjelasan
b. penyampaian materi
c. penjelasan prosedur organisasi
d. urutan kegiatan
3. Semua keputusan pasca pertemuan dibuat oleh guru:
a. Umpan balik kepada siswa
b. Sasarannya harus banyak memberi waktu untuk pelaksanaan tugas
IMPLIKASI GAYA KOMANDO
Standar penampilan sudah mantap, yaitu :
Materi pembelajaran dipelajari dengan meniru
Materi pembelajaran dibagi-bagi agar mudah ditiru
Tidak ada perbedaan individual
UNSUR-UNSUR KHAS GAYA KOMANDO
- Semua keputusan dibuat oleh guru
- Menuruti petunjuk dan melaksanakan tugas merupakan kegiatan utama siswa
- Menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi
- Dapat membuat siswa merasa terlibat dan termotivasi
- Mengembangkan perilaku disiplin
KELEMAHAN GAYA KOMANDO
- Tidak demokratis
- Penyaluran aspek sosial, emosional, dan kognitif sangat terbatas
B. GAYA LATIHAN (PRACTICE STYLE)
Dalam gaya ini siswa diberikan waktu untuk melaksanakan tugas secara perorangan, sedangkan guru memberi umpan balik kepada semua siswa secara perorangan.
ANATOMI GAYA LATIHAN
Pra pertemuan : Keputusan oleh guru
Dalam pertemuan : Keputusan oleh siswa
Pasca Pertemuan : Keputusan oleh guru
SASARAN GAYA LATIHAN
a. Berlatih tugas-tugas yang telah diberikan sebagaimana yang telah didemonstrasikan dengan jelas.
b. Memperagakan tugas yang diberikan.
c. Lamanya latihan berkaitan dengan kecakapan penampilan.
d. Memiliki pengalaman dan penampilan tentang hasil (balikan) yang diberikan guru.
PERANAN GURU DAN SISWA
1. Peranan siswa (siswa membuat keputusan selama pertemuan berlangsung) :
a. sikap (postur)
b. tempat
c. urutan pelaksanaan tugas
d. waktu untuk memulai
e. kecepatan irama
f. waktu berhenti
g. waktu sela diantara tugas
h. memprakarsai pertanyaan-pertanyaantugas
2. Peranan Guru
- guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri
- memberi balikan secara individual
- meningkatkan interaksi kpd. individu
- memberi kesempatan kpd siswa dalam penyesuaian diri
IMPLIKASI GAYA LATIHAN
- mengenal/mengetahui yg diharapkan dari kelas
- menerima pemberian tugas
- membuat keputusan sambil menjalankan tugas
- menerima balikan
- membuat keputusan pd pertemuan
- siklus kegiatannya:
a. penyampaian tugas oleh guru
b. pelaksanaan tugas oleh siswa
c. pengamatan dan penilaian oleh guru (balikan)
3. Peranan baru siswa, keputusan dan peranan guru harus dijelaskan di kelas:
a. siswa perlu memahami peranannya
b. diusahakan agar siswa senang
c. gaya latihan dilakukan secara bertahap
PEMILIHAN MATERI PEMBELAJARAN
Tugas-tugas dapat dilaksanakan dengan gaya tersebut. Dapat di nilai dengan kriteria dengan benar atau salah dan pengetahuan tentang hasil-hasil.
MERENCANAKAN PEMBELAJARAN DENGAN GAYA LATIHAN
1. Lembaran tugas dibuat minimal seminggu sebelum pembelajaran berlangsung. Lembaran tugas berfungsi:
a. membantu siswa utk mengingat
b. mengurangi pengulangan oleh guru
c. agar siswa bertanggung jawab belajar
d. utk mencatat kemajuan siswa
e. mengurangi kesempatan mengabaikan
2. Desain lembaran tugas:
a. berisi keterangan yang diperlukan
b. merinci tugas-tugas khusus
c. menyatakan banyaknya tugas:
1) ulangan
2) jarak
3) lamanya
d. memberi arah bagi siswa dalam melaksanakan tugas
e. kriteria yang didasarkan atas hasil yang dapat diketahui dan dilihat oleh siswa
F. Media
Dalam proses kegiatan belajar mengajar guru menggunakan buku
paket,buku LKS,dan alat peraga yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan.
Misalnya alat peraga yang digunakan guru dalam pembelajaran dengan tema
ketertiban yaitu gambar – gambar rambu – rambu lalu lintas dan lain- lain. Alat
peraga tersebut membantu guru dalam mengenalkan berbagai symbol rambu – rambu
lalu lintas pada siswa.
Media
pembelajaran adalah alat bantuproses
belajar mengajar yang merupakan segala sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan atau
keterampilan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Dalam
proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak hanya dapat memperlancar
proses komunikasi, akan tetapi dapat merangsang siswa untuk merespon dengan
baik segala pesan dari materi yang disampaikan. Penggunaan media pembelajaran
selain dapat memberi rangsangan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar,
media pembelajaran juga memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas
proses belajar mengajar.
Dampak perkembangan IPTEK
terhadap proses pembelajaran adalah diperkayanya sumber dan media pembelajaran,
seperti buku teks, modul, peta, globe, LCD proyektor, radio/tape, kamera
digital, laptop, handycam, film, video, televisi, slide, web, dan sebagainya.
Sebagai calon pendidik yang profesional, mahasiswa dituntut mampu
memilih dan menggunakan berbagai jenis media pembelajaran yang ada di sekitarnya.
Untuk itu, laporan ini menyajikan sedikit ulasan mengenai macam-macam media
pembelajaran, kondisi media-media pembelajaran, serta cara merawat media-media
pembelajaran yang ada di SDN III Sambirobyong, Kecamatan Sumbergempol,
Kabupaten Tulungagung. Ulasan ini diharapkan dapat berperan sebagai salah satu
pendukung bagi para calon pendidik untuk menuju pemenuhan tuntutan
profesionalisme.
D. IDENTITAS SEKOLAH
Nama
Sekolah : Sekolah
Dasar Negeri III Sambirobyong (SDN III Sambirobyong).
Alamat : Desa
Sambirobyong, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung (66291), Jawa
Timur, Indonesia.
Lokasi : Kecamatan
Sumbergempol merupakan salah satu kecamatan yang terletak di sebelah timur
pusat kota Tulungagung. Sedangkan SDN III Sambirobyong berada di Desa
Sambirobyong, Kecamatan Sumbergempol bagian utara. Terletak di antara rumah
penduduk dan melewati banyak persawahan ketika menuju lokasi sekolah.
E. IDENTITAS NARASUMBER
1. Nama : Dra.
Umi Hidayah, S.Pd., M.Pd.
Bekerja
di : SD Negeri III
Sambirobyong, Sumbergempol, Tulungagung.
Jabatan : - Kepala
SDN III Sambirobyong.
- Guru Bidang Studi Bahasa Jawa.
2. Nama : Dita
Setyawan, S.Pd.
Bekerja
di : SD Negeri III
Sambirobyong, Sumbergempol, Tulungagung.
Jabatan : Guru
Bidang Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
3. Nama : Marsun,
S.Pd.
Bekerja
di : SD Negeri III
Sambirobyong, Sumbergempol, Tulungagung.
Jabatan : GTT
(Guru Tidak Tetap) Bidang Studi Teknologi Komunikasi dan Informasi (TIK).
F. PELAKSANAAN OBSERVASI / WAWANCARA
Tempat : SD
Negeri III Sambirobyong, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung.
Hari : Sabtu.
Tanggal : 30
Maret 2013.
Waktu : Pukul
11.00 WIB (jam pulang sekolah).
Alat / Media
yang
digunakan : - Sebuah buku catatan.
- Sebuah Bolpoin.
- Kamera HP Blackberry 9800.
Sekolah Dasar Negeri III
Sambirobyong terletak di Desa Sambirobyong, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten
Tulungagung, yang merupakan sekolah dasar terfavorit di Kecamatan Sumbergempol.
Betapa tidak, SDN III Sambirobyong memiliki kemajuan yang sangat pesat di
antara sekolah-sekolah dasar yang ada di Kecamatan Sumbergempol. Dulunya,
sekolah tersebut sama seperti sekolah-sekolah dasar di desa pada umumnya yang
sedikit kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah Kabupaten
Tulungagung. Akan tetapi, setelah memasuki tahun 2008, adanya kerja sama antara
pihak sekolah, orang tua murid (wali murid), masyarakat sekitar, serta UPTD
Kecamatan Sumbergempol, sekolah tersebut benar-benar memanfaatkan bantuan dana
dari pemerintah guna melaksanakan pembangunan berkala demi terlaksananya proses
belajar mengajar yang kondusif. Dana-dana tersebut dimanfaatkan sebagai
pembangunan gedung, sarana dan prasarana sekolah, terutama dalam pengadaan
berbagai media pembelajaran sebagai penunjang proses belajar mengajar di
sekolah tersebut.
Menurut Ibu Umi selaku kepala
SDN III Sambirobyong sekaligus guru bidang studi Bahasa Jawa, media
pembelajaran yang ada di sekolah dasar tempat beliau mengajar masih sangat
terbatas, hanya ada sebuah globe, papan tulis (blackboard) dan papan flanel
yang ada di tiap-tiap kelas, peta, alat peraga organ tubuh manusia, radio/tape,
bola voli, bola basket, bola sepak, bola kasti, pemukul kasti, dan net voli.
Namun, setelah adanya bantuan dana dari pemerintah, pihak sekolah yang
bekerjasama dengan wali murid dan masyarakat sekitar memanfaatkan dana dari
pemerintah tersebut untuk melakukan pembangunan yang berkala, pengadaan sarana
dan prasarana lebih lanjut, terutama dalam pengadaan media pembelajaran sebagai
pendukung atau alat bantu dalam proses belajar mengajar di sekolah. Saat ini,
media-media pembelajaran yang ada di SDN III Sambirobyong antara lain, sebuah
alat peraga organ tubuh manusia, dua buah radio/tape, sebuah laptop, LCD
Proyektor, dua buah Globe, Papan Tulis (Blackboard dan Whiteboard), Papan
Flanel, alat peraga IPS (KIT Gejala Alam), KIT Diagram
(Presentase/Pecahan/Desimal), alat peraga “KIT Tata Surya”, tiga buah bola
voli, dua buah bola sepak, satu set bola kasti, dua buah pemukul bola kasti,
sebuah net voli, empat buah peluru (tolak peluru), Peta Indonesia, serta
berbagai gambar-gambar dinding yang dapat difungsikan sebagai media
pembelajaran siswa di kelas.
Keseluruhan media pembelajaran
yang ada di SDN III Sambirobyong tidak semua digunakan. Media-media yang
digunakan rata-rata berada di dalam kelas, yaitu papan tulis (blackboard) dan
papan flanel yang ada pada tiap-tiap kelas. Papan tulis yang ada di dalam kelas
memiliki kondisi yang masih layak. Agar papan tulis tersebut selalu terlihat
bersih, siswa-siswi yang sedang memiliki jadwal piket kelas pada hari tersebut
selalu menghapus tulisan-tulisan yang ada di papan tulis ketika jam pelajaran
berakhir. Papan tulis terletak di depan bagian tengah menghadap siswa agar
seluruh siswa baik yang duduk di bangku depan, tengah, maupun pojok belakang
dapat melihat papan tulis saat pembelajaran berlangsung. Papan flanel pada
tiap-tiap kelas diberi nama “Papan Pajangan” yang berfungsi sebagai tempat
menempel gambar-gambar atau beberapa hasil karya siswa. Letak papan flanel
tersebut berada di belakang bangku-bangku siswa. Agar selalu tampak bersih dan
rapi, seluruh warga kelas ketika akan menempel hasil karya mereka harus
berjajar rapi. Ada sebuah papan yang diberi nama “Papan Ayo Sarapan Pagi” yang
ditempeli beberapa kotak yang berfungsi sebagai tempat soal-soal untuk
mengawali kegiatan belajar pada jam pelajaran pertama. Papan tersebut terletak
di samping kanan papan tulis (dilihat dari sudut pandang siswa yang duduk di
bangku). Di dalam kelas juga terdapat berbagai macam gambar-gambar dinding yang
meliputi peta Indonesia, gambar-gambar pahlawan, burung-burung langka,
rumah-rumah adat, pakaian-pakaian adat, serta tarian-tarian tradisional di
Indonesia, dan sebagainya. Kondisi gambar-gambar tersebut masih dalam keadaan
layak pakai karena seluruh warga kelas selalu membersihkan gambar-gambar
tersebut dari debu. Di dalam ruang guru terdapat sebuah alat peraga organ tubuh
manusia yang sering digunakan dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA,
khususnya kelas IV sampai kelas VI. Kondisi alat peraga tersebut masih layak
pakai karena alat peraga tersebut disimpan dengan baik di dalam ruang guru yang
terhindar dari debu.
Selanjutnya, Bapak Marsun
selaku guru bidang studi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mengajak saya
ke gedung perpustakaan. Gedung perpustakaan tersebut baru selesai dibangun pada
akhir Februari lalu. Di dalam perpustakaan masih banyak buku-buku (baik
buku-buku pelajaran, buku-buku cerita/dongeng, maupun buku-buku penunjang
pembelajaran lainnya) yang masih belum diletakkan pada rak-rak buku yang telah
disediakan karena masih dalam tahap pengkodean (pelabelan) buku. Selain sebagai
tempat untuk memperoleh pengetahuan melalui buku-buku yang ada di sana,
perpustakaan di SDN III Sambirobyong juga sebagai tempat penyimpanan beberapa media
pembelajaran. Terdapat dua buah papan tulis “whiteboard” yang rencananya akan
diletakkan di ruang kelas VI sebagai penunjang proses belajar mengajar di kelas
terakhir, yang pada bulan Mei mendatang siswa-siswi kelas tersebut akan
menempuh Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan mereka selama 6 tahun belajar
di sekolah dasar. Terdapat dua buah Globe yang sering digunakan sebagai media
pembelajaran mata pelajaran IPS untuk mengetahui letak geografis dan astronomis
belahan dunia melalui tiruan bentuk bumi. Selain itu, alat peraga IPS (KIT
Gejala Alam), KIT Diagram (Presentase/Pecahan/Desimal), dan alat peraga “KIT
Tata Surya” yang belum digunakan karena baru didatangkan dari pusat juga
disimpan di perpustakaan. Terdapat pula LCD Proyektor dengan layar yang
memiliki 3 kaki penyangga. LCD Proyektor tersebut berfungsi untuk menampilkan
berbagai materi yang menggunakan animasi maupun video atau bahkan materi-materi
yang didapatkan dari internet yang disambungkan dengan laptop. Laptop yang ada
di sekolah tersebut tidak disimpan di sekolah melainkan dibawa oleh Kepala
Sekolah agar lebih aman dalam menyimpannya. Setiap hari Jum’at sekolah tersebut
mengadakan senam pagi yang diikuti seluruh warga sekolah. Media pada senam pagi
tersebut menggunakan kaset pita roll yang kemudian diputar di tape/radio yang
telah dilengkapi dengan speaker. Radio/tape disimpan di dalam ruang guru
dan sesekali dibersihkan agar debu yang menempel akan hilang supaya tidak
merusak komponen-komponen dalam media tersebut. LCD Proyektor dan radio/tape
selain digunakan sebagai media pembelajaran, dapat pula digunakan dalam
berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler maupun acara-acara lainnya, misalnya
pada kegiatan peringatan hari besar agama, serta perlombaan-perlombaan untuk
memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ada di sekolah tersebut. Untuk LCD
Proyektor itu sendiri kadang-kadang dapat digunakan sebagai media pengganti
radio/tape saat pelaksanaan senam pagi ketika terdapat kendala pemutaran kaset
pada tape/radio. Untuk menampilkan video senam pagi, pemutaran kaset CD
menggunakan laptop yang dihubungkan dengan LCD Proyektor.
Ketika saya akan beranjak
meninggalkan SDN III Sambirobyong, di halaman sekolah, saya melihat beberapa
siswi kelas IV SDN III Sambirobyong sedang bermain bola voli. Menurut Bapak
Dita selaku guru bidang studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan sekaligus
pelatih voli di sekolah tersebut, para siswinya tidak hanya sekedar bermain
voli biasa melainkan berlatih dengan serius karena akan diadakan turnamen bola
voli tingkat sekolah dasar se-Kabupaten Tulungagung pada pertengahan April
mendatang. Tidak hanya sekedar bermain bola voli saja, melainkan mereka juga
serius berlatih. “Sekolah kami beberapa tahun terakhir ini selalu masuk tiga
besar untuk kejuaraan voli di Kabupaten Tulungagung tingkat SD. Hal ini bisa
terjadi karena para siswa-siswi kami sudah memiliki potensi dalam minat dan
bakat di voli yang sekaligus ditunjang dengan alat-alat yang mendukung bakat
dan minat mereka”, ujar Bapak Dita ketika beliau
sedikit sharing mengenai prestasi yang dicapai siswa-siswinya
tersebut. Beliau juga sedikit memberikan informasi bahwa untuk mata pelajaran
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, terdapat beberapa alat atau media yang
digunakan yaitu tiga buah bola voli dan sebuah net bola voli yang digunakan
dalam permainan bola voli. Selain itu, terdapat pula dua buah bola sepak yang
digunakan dalam permainan sepak bola, satu set bola kasti dan dua buah pemukul
kasti yang digunakan dalam permainan bola kasti, empat buah bola peluru yang
digunakan dalam permainan tolak peluru, dan sebuah bola basket. Karena tidak
adanya lapangan yang sesuai untuk bermain basket, maka bola basket tersebut
tidak pernah dipakai dalam proses belajar mengajar. Bapak Dita mengeluhkan
tidak adanya matras di sekolah tempat beliau mengajar membuat beliau sering
kesulitan dalam mengajarkan praktek yang berhubungan dengan kebugaran seperti
roll depan, roll belakang, dan sebagainya. Semua media yang digunakan dalam
mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (kecuali radio/tape)
disimpan di gudang sekolah.
Guru
harus selalu memberikan motivasi kepada semua siswa bahwa materi pelajaran
tidak ada yang sulit, semua siswa akan mampu menguasai materi tersebut dengan
baik. Hindarilah menakut-nakuti atau menyampaikan, bahwa pelajarannya sangat
sulit, hal ini akan mengurangi motivasi siswa untuk belajar, seolah-olah
kemampuan otaknya tidak mampu untuk menerimanya/ seolah-olah otaknya tertutup
untuk menerimanya, karena pelajaran sangat dipandang sulit. Sehingga seorang
guru harus mencari berbagai cara/metode pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan siswa, baik melalui metode permainan atau metode lain yang dapat
bermanfaat bagi perkembangan kompetensi siswa baik yang terkait dengan aspek
kognitif, psikomotor, maupun afektif.
Strategi
pembelajaran adalah “taktik” yang digunakan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran agar dapat mempengaruhi peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara lebih efektif dan).
Strategi pembelajaran menurut Dick dan Carey dalam Robinson, dkk (2004)
adalah menjelaskan komponen-komponen umum suatu set bahan pembelajaran dan
prosedur-prosedur yang akan digunakan secara bersama-sama untuk menghasilkan
hasil belajar tertentu pada peserta didik.
H. KENDALA-KENDALA KETIKA OBSERVASI
Observasi mengenai media
pembelajaran yang ada dan digunakan di SDN III Sambirobyong saya lakukan pada
Hari Sabtu tanggal 30 Maret 2013 pada jam pulang sekolah. Tidak adanya surat
pengantar (rekomendasi) dari pihak fakultas maupun universitas membuat adanya
beberapa kendala ketika melakukan observasi. Saya dapat melakukan observasi
hanya pada jam pulang sekolah dikarenakan di sekolah tersebut sedang
dilaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS) sehingga ditakutkan ketika
melaksanakan observasi pada jam KBM akan mengganggu jalannya kegiatan UTS.
Selain itu, narasumber yang saya wawancarai saat itu juga terbentur dengan
agenda rapat yang dilaksanakan pada pukul 11.30 WIB di kantor UPTD Kecamatan
Sumbergempol, Tulungagung sehingga menjadikan saya tidak berhasil mengabadikan
gambar beliau melalui kamera HP yang saya gunakan sebagai alat dokumentasi
ketika melakukan observasi.
Saya mendapatkan ijin masuk ke
dalam ruang kelas IV. Beberapa media pembelajaran seperti berbagai macam gambar
dinding yang ada di dalam ruang kelas tersebut tidak ditampilkan, dengan kata
lain dibalik agar siswa-siswi tidak menyontek pada gambar-gambar yang ada di
dinding ketika ujian berlangsung.
Di dalam gudang, terdapat
berbagai macam alat-alat atau media-media yang sering digunakan dalam mata
pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Akan tetapi, tidak adanya surat
ijin resmi atau surat rekomendasi observasi dari fakultas maupun universitas,
membuat saya tidak bisa melihat isi gudang tersebut sehingga saya juga tidak
bisa mendokumentasikan peralatan olah raga yang ada di sekolah tersebut.
A. Tujuan Observasi
Observasi bertujuan untuk
belajar dan mengetahui cara mengajarkan materi
IPS SD kepada siswa secara
langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar.
B. Pelaksaan Observasi
Tanggal :
Sekolah : SD Negeri
Kelas : 4
Guru :
Jumlah siswa :
Waktu observasi : 09.00 –
10.00
C. Materi Pembelajaran
Standar Kompetensi :
Kompetensi Dasar :
Materi :
D. Kegiatan Pembelajaran
Sebelum melakukan proses
belajar mengajar, guru membuat rpp yang disesuaikan dengan silabus. Dengan rpp
tersebut guru melakukan kegiatan pembelajaran seperti dibawah ini:
1. Kegiatan Awal
a. Guru membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam
b. Presensi Kehadira siswa
c. Bertanya jawab tentang
materi pertemuan sebelumnya.
2. Kegiatan Inti
a. Penyampaian materi oleh
guru
b. Tanya jawab mengenai
materi yang belum dipahami
c. Mengerjakan soal yang ada
dalam LKS
3. Kegiatan Akhir
a. Kesimpulan
b. Menyimak informasi
materi pertemuan yang akan datang.
c. Menutup pelajaran dengan
doa dan salam.
E. Metode
Metode yang diterapkan guru
adalah ceramah,dan tanya jawab.Guru memilih metode dengan menyesuaikan materi
yang diajarkan. Dengan metode yang diterapkan oleh guru diharapkan siswa dapat
menerima dan mengerti tentang materi yang diajarkan.
F. Media
Dalam proses kegiatan
belajar mengajar guru menggunakan buku paket,buku LKS,dan alat peraga yang
disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Misalnya alat peraga yang digunakan
guru dalam pembelajaran dengan tema ketertiban yaitu gambar – gambar rambu –
rambu lalu lintas dan lain- lain. Alat peraga tersebut membantu guru dalam
mengenalkan berbagai symbol rambu – rambu lalu lintas pada siswa.
G. Penanaman Nilai
Nilai – nilai yang
ditanamkan melalui pembelajaran IPS adalah
a. Keberanian mengeluarkan
pendapat/fikiran
b. Menghargai pendapat
orang lain
c. Kejujuran
d. Dan lain- lain.
Setiap melakukan proses
belajar mengajar, guru selalu memberikan berbagai nilai – nilai moral kepada
siswanya walaupun secara tersirat.Dengan adanya penanaman nilai moral yang
dilakukan guru, diharapkan siswa dapat menjadi warga negara yang memiliki moral
yang baik,berakhlak mulia dan berguna bagi bangsanya.
H. Sikap Guru dalam
Penyampaian Materi
Dalam menyampaikan materi
IPS guru berbicara dengan suara yang teratur,maksudnya adakalanya guru
berbicara dengan keras tetapi terkadang guru mengecilkan volume suaranya dengan
maksud agar siswa mencoba memperhatikan apa yang sedang di ucapkan oleh
gurunya.. Pada saat proses kegiatan belajar mengajar tersebut beberapa siswa
ada yang aktif, tetapi ada juga siswa yang pasif hanya mendengarkan penjelasan
dari guru saja.Dalam hal ini tanpa mencoba menilai penampilan guru,tetapi hanya
mengamati saja terlihat kemampuan guru dalam menguasai materi sudah sangat
fasih dalam menjelaskan materi,walaupun dalam penguasaan kelas agak kurang
maksimal.
I. Kesulitan dalam
Menyampaikan Materi IPS
Dari wawancara yang saya
lakukan,banyak guru kelas yang merasa kesulitan dalam mengajar materi IPS
karena ada beberapa faktor,misalnya:
1. Kurangnya buku paket IPS
dan alat pendukung pembelajaran
2. Sering berubahnya materi
IPS sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
3. Mencari metode
pengajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak mudah bosan pada saat
berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar IPS
4. Guru belum begitu
menguasai pembuatan rpp.
J. Buku Ajar
Guru menggunakan buku ajar
yang sudah sesuai dengan kurikulum yang berlaku (KTSP). Guru menggunakan buku
paket BSE yang berjudul Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 1. Buku tersebut didapat
dari bantuan BOS sekolah. Setiap proses belajar mengajar, siswa mendapat buku
paket setiap dua orang siswa mendapat satu buku, tapi buku paket tersebut harus
dikembalikan setelah pelajaran selesai. Selain itu, guru memiliki buku
pendukung seperti LKS. Guru menganjurkan setiap siswa memiliki LKS tersebut.
Hasil Observasi SDN 2 Padangbulia
No
|
Komponen Observasi
|
Hasil Observasi
|
1
|
Jenis strategi yang digunakan dalam proses
pembelajaran kelas II SDN 2 Padangbulia
|
Hasil observasi yang dilakukan di SDN 2
Padangbulia untuk siswa kelas II pada mata pelajaran PKN, guru menerapkan
strategi ceramah dalam proses pembelajaran.
|
2
|
Kesesuaian penerapan strategi dengan tujuan
pembelajaran
|
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
sesuai dengan RPP, penggunaan strategi ceramah kurang tepat diterapkan.
|
3
|
Kesesuaian penerapan strategi dengan
langkah-langkah pembelajaran
|
Strategi yang digunakan oleh guru sesuai
dengan langkah-langkah pembelajaran yang tercantum dalam RPP, namun
langkah-langkah pembelajaran yang tercantum dalam RPP belum sesuai dengan
Permen 41.
|
4
|
Kesesuaian strategi pembelajaran yang
dirancang dalam RPP dengan aplikasinya dalam proses pembelajaran
|
Strategi yang dirancang dalam RPP sesuai
dengan aplikasi/penerapannya di kelas.
|
5
|
Kelebihan strategi yang diterapkan
|
1. Dapat
diikuti oleh semua peserta didik
2. Guru
dapat mengontrol keadaan kelas
3. Guru
dapat mengatur pokok-pokok materi yang disampaikan
|
6
|
Kekurangan strategi yang diterapkan
|
1. Membosankan
2. Siswa
susah memahami materi/informasi yang disampaikan
3. Siswa
menjadi pasif
|
7
|
Efektivitas strategi pembelajaran yang
diterapkan
|
Tidak efektif.
|
Tabel Media Pembelajaran
yang ada di SDN III Sambirobyong.
No.
|
Media
Pembelajaran yang ada dan digunakan
|
Media
Pembelajaran yang ada namun tidak digunakan
|
1.
|
Papan tulis
“Blackboard” (6 buah)
|
Bola basket (1
buah)
|
2.
|
Papan Flanel (6
buah)
|
KIT Diagram
Presentase/ Pecahan/ Desimal (1 set)
|
3.
|
Globe (2 buah)
|
Alat peraga IPS
“KIT Gejala Alam” (1 set)
|
4.
|
Seperangkat LCD
Proyektor
|
Alat peraga “KIT
Tata Surya” (1 set)
|
5.
|
Gambar-gambar
dinding
|
Papan tulis
“Whiteboard” (2 buah)
|
6.
|
Alat peraga
organ tubuh manusia
|
|
7.
|
Radio/Tape (2
buah)
|
|
8.
|
Bola Voli (3
buah)
|
|
9.
|
Bola Peluru (4
buah)
|
|
10
|
Bola Kasti (1
set)
|
|
11.
|
Pemukul Kasti (2
buah)
|
|
12.
|
Net Voli (1
buah)
|
|
13.
|
Peta Indonesia
(1 buah)
|
Ada tiga aspek yang terkait dengan
transfer belajar, yaitu:
a. Peranan transfer dalam kondisi
belajar skill seperti mempertimbangkan drill dalam sepak
bola atau memperhatikan hasil
latihan melakukan tembakan bebas dalam permainan bola
basket dengan melakukan tembakan
bebas pada saat bertanding.
b. Bagaimana transfer itu diukur?
Transfer ini dapat diestimasi peningkatan atau penurunan
keterampilan sebagai hasil dari
latihan atau pengalaman dan transfer ini pula dapat bersifat
positif atau negatif tergantung
pada tugasnya.
c. Transfer sebagai sebuah kriteria
untuk belajar seperti tes retensi. Dalam hal ini ada dua
kriteria transfer yaitu: (1) near
transfer artinya tujuan belajar yang relatif sama dengan tugas
latihan dan (2) far transfer
artinya tujuan belajar berbeda dengan kondisi latihan yang
sesungguhnya.
F. Efektivitas
Strategi Pembelajaran yang Diterapkan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di kelas,
penerapan strategi ceramah pada proses pembelajaran dirasakan kurang efektif.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang tidak mendengarkan penjelasan
dari guru saat proses pembelajaran, melainkan banyak siswa yang
berbincang-bincang dengan teman-teman sekitarnya. Pada proses tanya jawab
sebagian besar siswa kurang aktif dalam kegiatan ini bahkan terdapat beberapa
siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Dengan banyaknya siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru maka
dikhawatirkan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai, karena soal (evaluasi)
merupakan indikator pengukuran tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Maka
dapat disumpulkan bahwa penggunaan strategi ceramah kurang tepat diterapkan
dikelas II SDN 2 Padangbulia. Seharusnya guru segara mengganti strategi yang
digunakan atau memodifikasi dengan menerapkan bantuan metode-metode inovatif
yang mendukung strategi ceramah. Sehingga nantinya ada perbaikan sikap dan
kemampuan kognitif siswa yang lebih baik lagi serta pembelajaran I2M3
(Inovatif, Inspiratif, Menantang, Menyenangkan, dan Memotifasi) dapat
terlaksana.
PENUTUPAN
Dalam sebuah proses pembelajaran perlu
ditetapkan terlebih dahulu suatu perencanaan yang matang agar tercipta suatu
hasil belajar yang optimal terhadap peserta didik. Perencanaan merupakan
petetapan suatu tujuan, memilih kegiatan untuk tercapainya tujuan tersebut dan
mengalokasikan sumber-sumber pada setiap kegiatan. Terutama tujuannya dalam
bidang keolahragaan atau pendidikan jasmani terhadap peserta didik dalam
peningkatan kualitas fisik, mental, spiritual dan pengetahuan mengenai bidang
tersebut, sesuai dengan pengertian pendidikan jasmani adalah suatu proses
pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan
keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup aktif, dan sikap sportif
melalui kegiatan jasmani.
Mengingat begitu pentingnya suatu
perencanaan sebelum proses pembelajaran dilakukan, maka seorang guru disarankan
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan
pembelajaran adalah perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau
memproyeksikan hal-hal yang akan dilakukan dalam pembelajaran. RPP dijabarkan
dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya
mencapai kompetensi dasar (KD). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkebangan fisik
serta fsikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap kompetensi dasar yang
dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih sesuai dengan
penjadwalan disatuan pendidikan yang telah ditentukan.
2.2 Tujuan Pembelajaran
Salah satu sumbangan terbesar dari aliran
psikologi behaviorisme terhadap pembelajaran bahwa pembelajaran seyogyanya
memiliki tujuan. Gagasan perlunya tujuan dalam pembelajaran pertama kali
dikemukakan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950. Kemudian diikuti oleh Robert
Mager pada tahun 1962 yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul PreparingInstruction
Objective. Sejak pada tahun 1970 hingga sekarang penerapannya semakin
meluas hampir di seluruh lembaga pendidikan di dunia, termasuk di
Indonesia.
Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008)
berikut ini dikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli.
Robert F. Mager mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang
hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat
kompetensi tertentu. Kemp dan David E. Kapel menyebutkan bahwa
tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam
perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington bahwa tujuan
pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil
belajar. Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah
suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa
setelah berlangsung pembelajaran. Sementara itu, menurut Standar Proses pada Permendiknas
Nomor 41 Tahun 2007, tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil
belajara yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan
kompetensi dasar. Ini berarti kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran mencakup kemampuan yang akan dicapai siswa selama proses belajar
dan hasil akhir belajar pada suatu KD.
Meski para ahli memberikan rumusan tujuan
pembelajaran yang beragam, tetapi tampaknya menunjuk pada esensi yang sama,
bahwa : (1) tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku pada
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) tujuan dirumuskan dalam
bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk
digarisbawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan
tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung
implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat secara
tertulis (written plan).
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat
memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih
Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran,
yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar
kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara
lebih mandiri; (2) memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar; (3)
membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran;
(4) memudahkan guru mengadakan penilaian. Dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun
2007 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan
petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik,
mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan
prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi
belajar siswa. Sementara itu, Fitriana Elitawati (2002) menginformasikan hasil
studi tentang manfaat tujuan dalam proses belajar mengajar bahwa perlakuan yang
berupa pemberian informasi secara jelas mengenai tujuan pembelajaran khusus kepada
siswa pada awal kegiatan proses belajar-mengajar, ternyata dapat meningkatkan
efektifitas belajar siswa.
Memperhatikan penjelasan di atas,
tampak bahwa tujuan pembelajaran merupakan salah satu komponen penting
dalam pembelajaran, yang di dalamnya dapat menentukan mutu dan tingkat
efektivitas pembelajaran.
2.3 Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Seiring dengan pergeseran teori dan cara
pandang dalam pembelajaran, saat ini telah terjadi pergeseran dalam perumusan
tujuan pembelajaran. W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) mengemukakan pada
masa lampau guru diharuskan menuliskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk
bahan yang akan dibahas dalam pelajaran, dengan menguraikan topik-topik atau
konsep-konsep yang akan dibahas selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran pada masa lalu ini tampak lebih mengutamakan pada
pentingnya penguasaan bahan bagi siswa dan pada umumnya yang dikembangkan
melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered).
Namun seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran,
tujuan pembelajaran yang semula lebih memusatkan pada penguasaan bahan,
selanjutnya bergeser menjadi penguasaan kemampuan siswa atau biasa dikenal
dengan sebutan penguasaan kompetensi atau performansi.
Dalam praktik pendidikan di Indonesia,
pergeseran tujuan pembelajaran ini terasa lebih mengemuka sejalan dengan
munculnya gagasan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kendati
demikian, di lapangan kegiatan merumuskan tujuan pembelajaran seringkali
dikacaukan dengan perumusan indikator pencapaian kompetensi. Sri Wardani (2008) bahwa tujuan
pembelajaran merupakan target pencapaian kolektif, karena rumusan tujuan
pembelajaran dapat dipengaruhi oleh desain kegiatan dan strategi pembelajaran
yang disusun guru untuk siswanya. Sementara rumusan indikator pencapaian
kompetensi tidak terpengaruh oleh desain ataupun strategi kegiatan pembelajaran
yang disusun guru, karena rumusannya lebih bergantung kepada karakteristik
Kompetensi Dasar yang akan dicapai siswa. Di samping terdapat perbedaan,
keduanya memiliki titik persamaan yaitu memiliki fungsi sebagai acuan arah
proses dan hasil pembelajaran.
Terlepas dari kekacauan penafsiran yang
terjadi di lapangan, yang pasti bahwa untuk merumuskan tujuan
pembelajaran tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi harus memenuhi
beberapa kaidah atau kriteria tertentu. W. James Popham dan Eva L. Baker (2005)
menegaskan bahwa seorang guru profesional harus merumuskan tujuan
pembelajarannya dalam bentuk perilaku siswa yang dapat diukur yaitu menunjukkan
apa yang dapat dilakukan oleh siswa tersebut sesudah mengikuti pelajaran.
Selanjutnya, dia menyarankan dua kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih
tujuan pembelajaran, yaitu: (1)preferensi nilai guru yaitu cara
pandang dan keyakinan guru mengenai apa yang penting dan seharusnya diajarkan
kepada siswa serta bagaimana cara membelajarkannya; dan (2) analisis
taksonomi perilaku; dengan menganalisis taksonomi perilaku ini,
guru akan dapat menentukan dan menitikberatkan bentuk dan jenis pembelajaran
yang akan dikembangkan, apakah seorang guru hendak menitikberatkan pada
pembelajaran kognitif, afektif ataukah psikomotor.
Berbicara tentang taksonomi perilaku siswa
sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada umumnya sepakat untuk
menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005) sebagai tujuan pembelajaran, yang
dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom (Bloom’s Taxonomy).
Menurut Bloom perilaku individu dapat
diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah, yaitu:
1. Ranah kognitif; ranah yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau
berfikir/nalar, di dalamnya mencakup: pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension), penerapan (application), penguraian (analysis),
memadukan (synthesis), dan penilaian (evaluation);
2. Ranah afektif; ranah yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan,
minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup: penerimaan
(receiving/attending), sambutan (responding), penilaian (valuing),
pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization);
dan
3. Ranah
psikomotor; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular
system) dan fungsi psikis. Ranah ini terdiri dari : kesiapan (set),
peniruan (imitation), membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation)
dan menciptakan (origination). Taksonomi ini merupakan kriteria
yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas
pembelajarannya.
Dalam setiap aspek taksonomi terkandung
kata kerja operasional yang menggambarkan bentuk perilaku yang hendak dicapai
melalui suatu pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, dalam tabel berikut disajikan
contoh kata kerja operasional dari masing-masing ranah.
2.7.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Penjasorkes
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
1. Mempraktikkan
berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana dan
nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
|
1.1. Mempraktikkan
keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar
serta kerja sama, kejujuran, menghargai, semangat dan percaya diri.
1.2. Mempraktikkan
gerak dasar jalan, lari dan lompat dalam permainan sederhana, serta nilai
sportivitas, kejujuran, kerja sama, toleransi dan percaya diri.
1.3. Mempraktikkan
keterampilan salah satu cabang olahraga beladiri serta nilai kejujuran,
menghargai orang lain, kerja keras dan percaya diri.
|
2. Mempraktikkan
latihan kebugaran jasmani dan cara mengukurnya sesuai dengan kebutuhan dan
nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
|
2.1. Mempraktikkan
latihan kekuatan, kecepatan, daya tahan dan kelentukan untuk kebugaran
jasmani dalam bentuk sederhana serta nilai tanggung jawab, disiplin dan
percaya diri.
|
3. Mempraktikkan
keterampilanrangkaian senam lantai dan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya.
|
3.1. Mempraktikkan
keterampilan rangkaian senam
lantai tanpa alat serta nilai percaya diri, kerjasama, tanggung jawab, dan
menghargai teman.
|
4. Mempraktikkan
aktivitas ritmik tanpa alat dengan koordinasi yangbaik dan nilai-nilai yang
terkandung didalamnya.
|
4.1. Mempraktikkan
gerak dasar langkah dan lompat pada aktivitas ritmik tanpa alat serta nilai
kedisiplinan, konsentrasi dan keluwesan.
|
5. Mempraktikkan
beberapa keterampilan gaya renang dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
|
5.1. Mempraktikkan
keterampilan gerak dasar salah satu gaya renang serta nilai disiplin,
keberanian, tanggung jawab dan kerja keras.
|
6. Mempraktikkan
perancanaan penjelajahan dan penyelamatan aktivitas di alam bebas dan
nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
|
6.1. Mempraktikkan
keterampilan dasar penyelamatan penjelajahan di pegunungan serta nilai
tanggung jawab, kerjasama, toleransi, tolong menolong dan melaksanakan
keputusan kelompok.
|
7. Menerapkan
budaya hidup sehat serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
|
7.1. Menganalisis
dan menghindari dampak seks bebas dengan penuh tanggung jawab.
|
DAFTAR PUSTAKA
Logdon, Bette J; Luann M. Alleman; Sue Ann Straits;
David E. Belka; and Dawn Clark, (1997). Phyisical
Education Unit Plans For Grades 1-2. Learning Experiences in Games, Gymnastics,
and Dance, New Zealand: Human Kinetics.
Moston, M. (1981). Teaching Style of Physical Education. Colombus OH: Chs. E. Merrill.
Mulyasa, (2009), Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah,
Bumi Aksara, Jakarta.
Riyanto, M.Pd, Yatim (2009), Paradigma
Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi
Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas, Kencana, Jakarta.
Suparman, Atwi (1994), Desain
Instruksional, PAU-PPAI, Jakarta.
Tim Pengkaji, (2004), Pedoman Umum
Pengembangan Silabus, Balai Pelatihan Guru (BPG), Dinas Pendidikan Propinsi
Jawa Barat.
Zamroni, Dr (2004), Kurikulum
Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Atas (SMA) Pedoman Pemilihan Buku,
Departemen Pendidikan Nasional.
Zamroni, Dr (2004), Pedoman Khusus
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani,
Departemen Pendidikan Nasional.
Situmorang,
Robinson; Atwi Suparman; dan Rudi Susilana. (2004). Desain Pembelajaran.
Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka.