Jumat, 28 Oktober 2016

Hasil Observasi Proses Pembelajaran Penjasorkes di SMA Negeri 1 Kota Jambi

Hasil Observasi Proses Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kota Jambi


Oleh:
Rahmad Dwi Propayanda, S.Pd
NIM 15711251010

PENDAHULUAN
Proses belajar mengajar (PBM) merupakan interaksi berkelanjutan antara perilaku guru dan perilaku pesera didik (Mosston dan Asworth dalam Rosdiani, 2012 : 42). Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani keempat faktor ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu; tujuan, materi, metode dan evaluasi. Di antara beberapa faktor penting untuk mencapai pengajaran pendidikan jasmani dan olahraga yang berhasil adalah perumusan tujuan. Pentingnya kedudukan tujuan untuk menentukan materi yang akan dilakukan oleh para peserta didik. Salah satu prinsip penting dalam pendidikan jasmani dan olahraga adalah partisipasi peserta didik secara penuh dan merata.
Menurut Moston (1981) seorang guru penjas mampu membuat berbagai pertimbangan yang terkait dengan pencapaian mengajar, mendiskripsikan mengajar sebagai serangkaian pembuatan keputusan berbagai kejadian yang bersifat konstan.  Guru pada semua mata pelajaran, tidak terkecuali guru penjasorkes akan terlibat dalam pengambilan keputusan mengenai tujuan, pengorganisasian kelas, mata pelajaran, penilaian, dan kekhususan-kekhususan yang berhubungan dengan lingkungan. Selain itu, setiap proses pembelajaran yang berhasil dikembangkan dari sejumlah keputusan, dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu: (1) persiapan (sebelum pertemuan dengan siswa), (2) selama pertemuan dengan siswa (kegiatan inti), dan (3) setelah pertemuan (refleksi dari pelajaran).    
   Untuk dapat membuat perencanaan pembelajaran yang baik seorang guru penjasorkes harus memahami prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses perencanaan pembelajaran yang dapat diaktualisasikan sesuai situasi dan kondisi yang diperlukan. Oleh karena itu, seorang guru penjasorkes sebelum membuat perencanaan dan melaksanakan proses pembelajaran, menurut Logdon, dkk (1997) ada tiga pertanyaan penting yang harus diketahui dan dipahami, yaitu: (1) Siapa yang saya ajar  (2) Mengapa saya memilih materi pembelajaran (3) Bagaimana saya akan mengajar.
Dalam meningkatkan proses pembelajaran juga dapat di lakukan dengan cara memilih strategi pembelajaran yang baik agar dapat menunjang terjadinya proses pembelajaran yang menyenangkan. Dalam mengajar guru harus pandai menggunakan strategi secara arif dan bijaksana. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didiknya. Karena pada dasarnya tiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Guru harus menguasai setiap perbedaan pada anak didiknya. Guru tidak boleh memaksakan kemampuan siswa yang kurang dengan siswa yang kemampuannya tinggi. Selain itu, guru juga harus pandai mengelola kelas agar tercipta pembelajaran yang aktif dan menyenangkan..
Agar dapat mengwujudkan pembelajaran yang efektif, maka mengajar harus ditujukan untuk mempengaruhi proses pembelajaran internal. Gagne dalam Majid (2013 : 49) percaya bahwa mengajar adalah “serangkain peristiwa eksternal yang secara sadar atau sengaja dirancang untuk mendukung proses pembelajaran internal”, dan perlu diperhatikan jenis kejadian atau peristiwa apa yang dapat memberikan dukungan tersebut. Oleh karena itu, untuk mengikat teori mengajar secara bersamaan, ia merumuskan sembilan peristiwa mengajar yang dibutuhkan untuk semua proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, dimana peristiwa ini dimaksudkan untuk meningkatkan transfer pengetahuan atau informasi dari persepsi melalui berbagai tahapan ingatan atau proses kognitif yang berlangsung di otak. Adapun sembilan peristiwa pembelajaran dari Gagne, yaitu: mendapatkan perhatian, menginformasikan tujuan pembelajaran kepada peserta didik, ransangan mengingat kembali sebelum belajar, menyajikan materi, memberikan bimbingan belajar, memunculkan kinerja, memberikan umpan balik mengenai ketetapan kinerja, menilai kinerja, meningkatkan retensi dan transfer.

PEMBAHASAN
A. Proses Pembelajaran Penjasorkes
            Berdasarkan hasil observasi penulis pada tahun 2014 saat penulis melaksanakan PPL. Proses pembelajaran penjasorkes di SMA Negeri 1 Kota Jambi tidak berjalan  sesuai dengan tujuan pembelajaran. Karena siswa-siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi berasumsi bahwa pembelajaran penjasorkes tidak terlalu terlalu penting untuk dipelajari. Selain itu, kurangnya sarana dan prasarana pendukung dalam proses pembelajaran penjasorkes juga merupakan salah satu sebab siswa tidak termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran penjasorkes.
            Sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Kota Jambi masih kurang memadai untuk meningkatkan proses pembelajaran penjasorkes. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran penjasorkes siswa memakai fasilitas dari luar sekolah. Karena lapangan di SMA Negeri 1 Kota Jambi tidak mampu menampung banyaknya motor yang dibawa oleh siswa. Sehingga lapangan untuk melakukan proses pembelajaran dijadikan tempat parkir motor. Selain itu, sarana seperti bola sepak bola, bola basket dan lain sebagainya masih kurang cukup dan banyak yang rusak. .

B.      Jenis Strategi yang dipilih
Setelah penulis melakukan observasi proses pembelajaran penjasorkes di SMA Negeri 1 Kota Jambi pada tahun 2014, penulis mendapatkan beberapa hal yang mempengaruhi proses pembelajaran penjasorkes yaitu: guru di SMA Negeri 1 Kota Jambi  menerapkan strategi pembelajaran gaya komando dalam proses pembelajaran penjasorkes. Peran guru pada pembelajaran ini sangat dominan, yaitu sebagai pembuat keputusan pada semua tahap, karena pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi sepenuhnya dilakukan oleh guru, sedangkan peserta didik/siswa hanya berperan sebagai pelaku ataupun pelaksana saja yang sepenuhnya harus tunduk terhadap pengarahan, penjelasan, dan segala perintah dari guru. Esensi dari gaya komando adalah adanya hubungan yang langsung dan cepat antara stimulus guru dan respon murid. Stimulus berupa tanda/komando yang diberikan guru, akan mengawali setiap gerakan peserta didik/siswa dalam menampilkan gerakan sesuai dengan contoh dari guru.
Selain itu, di SMA Negeri 1 Kota Jambi guru juga menerapkan strategi pembelajaran lainya yaitu gaya latihan. Dalam gaya ini siswa diberikan waktu untuk melaksanakan tugas secara perorangan, sedangkan guru memberi umpan balik kepada semua siswa secara perorangan. Disini guru bertanggung jawab menentukan tujuan pengajaran, memilih aktivitas dan menetapkan tata urut kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran. Gaya latihan sangat sesuai untuk pembelajaran dalam penguasaan teknik dasar. Di dalam gaya tugas ini siswa ikut serta menentukan cepat lambatnya tempo belajar, maksudnya guru memberikan keleluasaan bagi setiap siswa untuk menentukan sendiri kecepatan belajar dan kemajuan belajarnya. Dalam gaya ini, guru tidak menghiraukan bagaimana kelas organisasi, atau apakah siswa melakukan tugas itu secara serempak atau tidak karena hal itu tidak begitu penting baginya.
 Pada dasarnya banyak jenis strategi yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Kota Jambi. Tetapi dalam penerapan strategi pembelajaran harus mempertimbangkan beberapa faktor, salah satunya adalah karakteristik siswa yang diajar. Hal ini dianggap penting karena strategi pembelajaran yang dipilih guru akan menunjang tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Sebaliknya apabila guru salah dalam menentukan strategi yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai guru tidak akan tercapai. Maka dalam memulai suatu perencanaan pembelajaran harus dimulai dari pemilihan strategi yang cocok bagi peserta didiknya. 




Sarana prasarana olahraga adalah suatu bentuk permanen, baik itu ruangan di luar maupun di dalam. Contoh : cymnasium, lapangan permainan, kolam renang, dsb. (Wirjasanto 1984:154). Pengertian sarana prasarana tidak seperti yang di atas, namun ada beberapa pengertian lain menurut sumber yang berbeda pula. Sarana prasarana olahraga adalah semua sarana prasarana olahraga yang meliputi semua lapangan dan bangunan olahraga beserta perkengkapannya untuk melaksanakan program kegiatan olahraga (Seminar Prasarana Olahraga Untuk Sekolah dan Hubungannya dengan Lingkungan (1978).
Sarana olahraga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari segala bentuk dan jenis peralatan serta perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan olahraga. Prasarana olahraga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari tempat olahraga dalam bentuk bangunan di atasnya dan batas fisik yang statusnya jelas dan memenuhi persyaratanyang ditetapkan untuk pelaksanaan program kegiatan olahraga.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa sarana prasarana olahraga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari segala bentuk jenis bangunan/tanpa bangunan yang digunakan untuk perlengkapan olahraga. Sarana prasarana olahraga yang baik dapat menunjang pertumbuhan masyarakat yang baik.





1. Gaya Komando
Dalam gaya komando ini guru penjas harus aktif karena penjelasan, penyampaian materi diberikan oleh guru penjas itu sendiri. Dalam gaya komando dari pra pertemuan, dalam pertemuan dan pasca pertemuan keputusan semua diambil oleh guru penjas.
Unsur-Unsur Khas Gaya Komando :
·        Semua keputusan dibuat oleh guru
·        Menuruti petunjuk dan melaksanakan tugas
·        merupakan kegiatan utama siswa
·        Menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi
·        Dapat membuat siswa merasa terlibat dan termotivasi
·        Mengembangkan perilaku disiplin
2. Gaya latihan
Dalam gaya latihan siswa diberikan waktu untuk melaksanakan tugas secara perorangan dan guru memberi umpan balik kepada semua siswa secara perorangan.
Peranan Guru Penjas :
·        Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri
·        Memberi balikan secara individual
·        Meningkatkan interaksi kepada individu
·        Memberi kesempatan kepada siswa dalam penyesuaian diri

.      Gaya A: Komando (Command).
Gaya komando adalah pendekatan mengajar yang paling bergantung pada guru. Tujuannya adalah penampilan yang cermat. Guru menyiapkan semua aspek pengajaran dan ia sepenuhnya bertanggung jawab dan berinisiatif terhadap pengajaran dan memantau kemajuan besar dari perkembangan siswanya. Pada dasarnya gaya ini ditandai dengan penjelasan, demonstrasi, dan latihan. Lazimnya, gaya itu dimulai dengan penjelasan tentang teknik baku, dan kemudian siswa mencontoh dan melakukannya berulang kali. Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Siswa dibimbing ke suatu tujuan yang sama bagi semuanya. Memang Gaya Mengajar Komando kebanyakan terbukti efektif karena ilmu yang diperoleh oleh siswa akan cepat diserap dan dapat dimengerti, inilah peran guru dibutuhkan sepuasnya. Guru menyiapkan semua aspek pengajaran yang mendukung dan yang efektif.
Sasaran Gaya Komando
·                  respons langsung terhadap petunjuk yang diberikan
·                  penampilan yang sama/seragam
·                  mengikuti model yang telah ditentukan
·                  ketepatan dan kecermatan respons
·                  meningkatkan semangat kelompok
·                  penggunaan waktu secara efisien
Penerapan Gaya Komando :
·                  Ingin diajarkan ketrampilan khusus atau khas
·                  Menangani kelas yang sulit dikendalikan
·                  Ingin mencapai kemajuan yang lebih cepat
·                  Sekelompok anak yang memerlukan bantuan khusus
Peran guru pada pembelajaran ini sangat dominan, yaitu sebagai pembuat keputusan pada semua tahap, karena pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi sepenuhnya dilakukan oleh guru, sedangkan peserta didik/siswa hanya berperan sebagai pelaku ataupun pelaksana saja yang sepenuhnya harus tunduk terhadap pengarahan, penjelasan, dan segala perintah dari guru. Esensi dari gaya komando adalah adanya hubungan yang langsung dan cepat antara stimulus guru dan respon murid. Stimulus berupa tanda/komando yang diberikan guru, akan mengawali setiap gerakan peserta didik/siswa dalam menampilkan gerakan sesuai dengan contoh dari guru.Gaya komando sangat sesuai untuk kegiatan pembelajaran stretching, kalestenik dan teknik dasar
Kelemahan dan Kelebihan Gaya Komando
a) Kekurangan Gaya Komando adalah :
·                  Kurang mengembangkan penalaran
·                  Kurang mengembangkan pembentukan sifat
·                  Tidak demokratis Penyaluran aspek sosial, emosional, dan kognitif sangat terbatas

b) Kelebihan Gaya Komando adalah :
·                  Keseragaman gerak
·                  Jika dilakukan oleh banyak orang dapat membuat suasana indah dan menyenangkan
·                  Mengembangkan perilaku disiplin
·                  Menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi
2.      Gaya B: Latihan (Practice).
Dalam gaya ini siswa diberikan waktu untuk melaksanakan tugas secara perorangan, sedangkan guru memberi umpan balik kepada semua siswa secara perorangan. Disini guru bertanggung jawab menentukan tujuan pengajaran, memilih aktivitas dan menetapkan tata urut kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran. Gaya latihan sangat sesuai untuk pembelajaran dalam penguasaan teknik dasar. Di dalam gaya tugas ini siswa ikut serta menentukan cepat lambatnya tempo belajar, maksudnya guru memberikan keleluasaan bagi setiap siswa untuk menentukan sendiri kecepatan belajar dan kemajuan belajarnya. Dalam gaya ini, guru tidak menghiraukan bagaimana kelas organisasi, atau apakah siswa melakukan tugas itu secara serempak atau tidak karena hal itu tidak begitu penting baginya. Tugas dapat disampaikan secara lisan atau tulisan. Siswa melakukan tugas sesuai dengan kemampuannya dan dia juga dapat dibantu oleh temannya, atau tugas itu dilaksanakan dalam sebuah kelompok kecil.
Ciri Ciri Gaya Latihan
·                  Rumusan tujuan, pemilihan aktifitas belajar dan urutan kegiatan belajar ditentukan oleh guru.
·                  Siswa hanya diberi kebebasan dalam menentukan tempo latihan
Penerapan Gaya Latihan
·                  Tugas diberikan secara lisan atau tulisan
·                  Tugas lisan atau tulisan dibuat secara jelas dan singkat
·                  Siswa melakukan tugas dengan kemampuannya
Kekurangan dan Kelebihan Gaya Latihan
a) Kekurangan
·                  Kurang mengembangkan kreatifitas
·                  Tugas yang kurang jelas dan terlalu panjang dapat menimbulkan lupa
·                  Bagi sebagian anak dapat menghindari dari tugas yang sebenarnya
b) Kelebihan
·                  Guru dapat memberikan umpan balik secara individual
·                  Dapat mengembangkan rasa tanggung jawab










A. GAYA KOMANDO (COMMAND STYLE)
1. Respon langsung terhadap stimulus (Guru memberi contoh/memberi aba-aba, siswa menirukan/mengikuti)
2. Tujuannya adalah penampilan yang cermat
3. Guru menentukan penampilan irama

ANATOMI GAYA KOMANDO
Pra pertemuan : Keputusan oleh guru
Dalam pertemuan : Keputusan oleh guru
Pasca Pertemuan : Keputusan oleh guru

SASARAN GAYA KOMANDO
Merinci peranan guru, peranan siswa, dan hasil yang dicapai. Sasaran yang dicapai akan melibatkan siswa yang akan mengikuti perintah/petunjuk guru dengan sasaran sebagai berikut.:
respons langsung terhadap petunjuk yang diberikan
penampilan yang sama/seragam
penyesuaian
penampilan yang disinkronkan
mengikuti model yang telah ditentukan
mereproduksi model (mengikuti)
ketepatan dan kecermatan respons
meneruskan kegiatan dan tradisi kultural
mempertahankan tingkat estetika
meningkatkan semangat kelompok
penggunaan waktu secara efisien
pengawasan keamanan

MENYUSUN PEMB. GAYA KOMANDO
1. Semua keputusan sebelum peertemuan dibuat oleh guru:
a. pokok bahasan
b. tugas-tugas
c. organisasi
2. Semua keputusan selama pertemuan dibuat oleh guru:
a. penjelasan
b. penyampaian materi
c. penjelasan prosedur organisasi
d. urutan kegiatan
3. Semua keputusan pasca pertemuan dibuat oleh guru:
a. Umpan balik kepada siswa
b. Sasarannya harus banyak memberi waktu untuk pelaksanaan tugas

IMPLIKASI GAYA KOMANDO
Standar penampilan sudah mantap, yaitu :
Materi pembelajaran dipelajari dengan meniru
Materi pembelajaran dibagi-bagi agar mudah ditiru
Tidak ada perbedaan individual

UNSUR-UNSUR KHAS GAYA KOMANDO
- Semua keputusan dibuat oleh guru
- Menuruti petunjuk dan melaksanakan tugas merupakan kegiatan utama siswa
- Menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi
- Dapat membuat siswa merasa terlibat dan termotivasi
- Mengembangkan perilaku disiplin

KELEMAHAN GAYA KOMANDO
- Tidak demokratis
- Penyaluran aspek sosial, emosional, dan kognitif sangat terbatas

B. GAYA LATIHAN (PRACTICE STYLE)
Dalam gaya ini siswa diberikan waktu untuk melaksanakan tugas secara perorangan, sedangkan guru memberi umpan balik kepada semua siswa secara perorangan.

ANATOMI GAYA LATIHAN
Pra pertemuan : Keputusan oleh guru
Dalam pertemuan : Keputusan oleh siswa
Pasca Pertemuan : Keputusan oleh guru

SASARAN GAYA LATIHAN
a. Berlatih tugas-tugas yang telah diberikan sebagaimana yang telah didemonstrasikan dengan jelas.
b. Memperagakan tugas yang diberikan.
c. Lamanya latihan berkaitan dengan kecakapan penampilan.
d. Memiliki pengalaman dan penampilan tentang hasil (balikan) yang diberikan guru.

PERANAN GURU DAN SISWA
1. Peranan siswa (siswa membuat keputusan selama pertemuan berlangsung) :
a. sikap (postur)
b. tempat
c. urutan pelaksanaan tugas
d. waktu untuk memulai
e. kecepatan irama
f. waktu berhenti
g. waktu sela diantara tugas
h. memprakarsai pertanyaan-pertanyaantugas

2. Peranan Guru
- guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri
- memberi balikan secara individual
- meningkatkan interaksi kpd. individu
- memberi kesempatan kpd siswa dalam penyesuaian diri

IMPLIKASI GAYA LATIHAN
- mengenal/mengetahui yg diharapkan dari kelas
- menerima pemberian tugas
- membuat keputusan sambil menjalankan tugas
- menerima balikan
- membuat keputusan pd pertemuan
- siklus kegiatannya:
a. penyampaian tugas oleh guru
b. pelaksanaan tugas oleh siswa
c. pengamatan dan penilaian oleh guru (balikan)
3. Peranan baru siswa, keputusan dan peranan guru harus dijelaskan di kelas:
a. siswa perlu memahami peranannya
b. diusahakan agar siswa senang
c. gaya latihan dilakukan secara bertahap

PEMILIHAN MATERI PEMBELAJARAN
Tugas-tugas dapat dilaksanakan dengan gaya tersebut. Dapat di nilai dengan kriteria dengan benar atau salah dan pengetahuan tentang hasil-hasil.

MERENCANAKAN PEMBELAJARAN DENGAN GAYA LATIHAN
1. Lembaran tugas dibuat minimal seminggu sebelum pembelajaran berlangsung. Lembaran tugas berfungsi:
a. membantu siswa utk mengingat
b. mengurangi pengulangan oleh guru
c. agar siswa bertanggung jawab belajar
d. utk mencatat kemajuan siswa
e. mengurangi kesempatan mengabaikan

2. Desain lembaran tugas:
a. berisi keterangan yang diperlukan
b. merinci tugas-tugas khusus
c. menyatakan banyaknya tugas:
1) ulangan
2) jarak
3) lamanya
d. memberi arah bagi siswa dalam melaksanakan tugas
e. kriteria yang didasarkan atas hasil yang dapat diketahui dan dilihat oleh siswa

F. Media
Dalam proses kegiatan belajar mengajar guru menggunakan buku paket,buku LKS,dan alat peraga yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Misalnya alat peraga yang digunakan guru dalam pembelajaran dengan tema ketertiban yaitu gambar – gambar rambu – rambu lalu lintas dan lain- lain. Alat peraga tersebut membantu guru dalam mengenalkan berbagai symbol rambu – rambu lalu lintas pada siswa.
Media pembelajaran adalah alat bantuproses belajar mengajar yang merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan atau keterampilan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Dalam proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak hanya dapat memperlancar proses komunikasi, akan tetapi dapat merangsang siswa untuk merespon dengan baik segala pesan dari materi yang disampaikan. Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi rangsangan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar.
Dampak perkembangan IPTEK terhadap proses pembelajaran adalah diperkayanya sumber dan media pembelajaran, seperti buku teks, modul, peta, globe, LCD proyektor, radio/tape, kamera digital, laptop, handycam, film, video, televisi, slide, web, dan sebagainya. Sebagai calon pendidik yang profesional, mahasiswa  dituntut mampu memilih dan menggunakan berbagai jenis media pembelajaran yang ada di sekitarnya. Untuk itu, laporan ini menyajikan sedikit ulasan mengenai macam-macam media pembelajaran, kondisi media-media pembelajaran, serta cara merawat media-media pembelajaran yang ada di SDN III Sambirobyong, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung. Ulasan ini diharapkan dapat berperan sebagai salah satu pendukung bagi para calon pendidik untuk menuju pemenuhan tuntutan profesionalisme.


D.      IDENTITAS SEKOLAH
Nama Sekolah      :    Sekolah Dasar Negeri III Sambirobyong (SDN III Sambirobyong).
Alamat                  :    Desa Sambirobyong, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung (66291), Jawa Timur, Indonesia.
Lokasi                   :    Kecamatan Sumbergempol merupakan salah satu kecamatan yang terletak di sebelah timur pusat kota Tulungagung. Sedangkan SDN III Sambirobyong berada di Desa Sambirobyong, Kecamatan Sumbergempol bagian utara. Terletak di antara rumah penduduk dan melewati banyak persawahan ketika menuju lokasi sekolah.

E.       IDENTITAS NARASUMBER
1.      Nama            :    Dra. Umi Hidayah, S.Pd., M.Pd.
            Bekerja di     :    SD Negeri III Sambirobyong, Sumbergempol, Tulungagung.
      Jabatan         :  - Kepala SDN III Sambirobyong.
-  Guru Bidang Studi Bahasa Jawa.

2.      Nama            :    Dita Setyawan, S.Pd.
Bekerja di     :    SD Negeri III Sambirobyong, Sumbergempol, Tulungagung.
Jabatan         :    Guru Bidang Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

3.      Nama            :    Marsun, S.Pd.
Bekerja di     :    SD Negeri III Sambirobyong, Sumbergempol, Tulungagung.
Jabatan         :    GTT (Guru Tidak Tetap) Bidang Studi Teknologi Komunikasi dan Informasi (TIK).

F.       PELAKSANAAN OBSERVASI / WAWANCARA
Tempat              :   SD Negeri III Sambirobyong, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung.
Hari                   :  Sabtu.
Tanggal              :  30 Maret 2013.
Waktu                :  Pukul 11.00 WIB (jam pulang sekolah).

Alat / Media
yang digunakan :  -    Sebuah buku catatan.
-       Sebuah Bolpoin.
-       Kamera HP Blackberry 9800.





Sekolah Dasar Negeri III Sambirobyong terletak di Desa Sambirobyong, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, yang merupakan sekolah dasar terfavorit di Kecamatan Sumbergempol. Betapa tidak, SDN III Sambirobyong memiliki kemajuan yang sangat pesat di antara sekolah-sekolah dasar yang ada di Kecamatan Sumbergempol. Dulunya, sekolah tersebut sama seperti sekolah-sekolah dasar di desa pada umumnya yang sedikit kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah Kabupaten Tulungagung. Akan tetapi, setelah memasuki tahun 2008, adanya kerja sama antara pihak sekolah, orang tua murid (wali murid), masyarakat sekitar, serta UPTD Kecamatan Sumbergempol, sekolah tersebut benar-benar memanfaatkan bantuan dana dari pemerintah guna melaksanakan pembangunan berkala demi terlaksananya proses belajar mengajar yang kondusif. Dana-dana tersebut dimanfaatkan sebagai pembangunan gedung, sarana dan prasarana sekolah, terutama dalam pengadaan berbagai media pembelajaran sebagai penunjang proses belajar mengajar di sekolah tersebut.
Menurut Ibu Umi selaku kepala SDN III Sambirobyong sekaligus guru bidang studi Bahasa Jawa, media pembelajaran yang ada di sekolah dasar tempat beliau mengajar masih sangat terbatas, hanya ada sebuah globe, papan tulis (blackboard) dan papan flanel yang ada di tiap-tiap kelas, peta, alat peraga organ tubuh manusia, radio/tape, bola voli, bola basket, bola sepak, bola kasti, pemukul kasti, dan net voli. Namun, setelah adanya bantuan dana dari pemerintah, pihak sekolah yang bekerjasama dengan wali murid dan masyarakat sekitar memanfaatkan dana dari pemerintah tersebut untuk melakukan pembangunan yang berkala, pengadaan sarana dan prasarana lebih lanjut, terutama dalam pengadaan media pembelajaran sebagai pendukung atau alat bantu dalam proses belajar mengajar di sekolah. Saat ini, media-media pembelajaran yang ada di SDN III Sambirobyong antara lain, sebuah alat peraga organ tubuh manusia, dua buah radio/tape, sebuah laptop, LCD Proyektor, dua buah Globe, Papan Tulis (Blackboard dan Whiteboard), Papan Flanel, alat peraga IPS (KIT Gejala Alam), KIT Diagram (Presentase/Pecahan/Desimal), alat peraga “KIT Tata Surya”, tiga buah bola voli, dua buah bola sepak, satu set bola kasti, dua buah pemukul bola kasti, sebuah net voli, empat buah peluru (tolak peluru), Peta Indonesia, serta berbagai gambar-gambar dinding yang dapat difungsikan sebagai media pembelajaran siswa di kelas.
Keseluruhan media pembelajaran yang ada di SDN III Sambirobyong tidak semua digunakan. Media-media yang digunakan rata-rata berada di dalam kelas, yaitu papan tulis (blackboard) dan papan flanel yang ada pada tiap-tiap kelas. Papan tulis yang ada di dalam kelas memiliki kondisi yang masih layak. Agar papan tulis tersebut selalu terlihat bersih, siswa-siswi yang sedang memiliki jadwal piket kelas pada hari tersebut selalu menghapus tulisan-tulisan yang ada di papan tulis ketika jam pelajaran berakhir. Papan tulis terletak di depan bagian tengah menghadap siswa agar seluruh siswa baik yang duduk di bangku depan, tengah, maupun pojok belakang dapat melihat papan tulis saat pembelajaran berlangsung. Papan flanel pada tiap-tiap kelas diberi nama “Papan Pajangan” yang berfungsi sebagai tempat menempel gambar-gambar atau beberapa hasil karya siswa. Letak papan flanel tersebut berada di belakang bangku-bangku siswa. Agar selalu tampak bersih dan rapi, seluruh warga kelas ketika akan menempel hasil karya mereka harus berjajar rapi. Ada sebuah papan yang diberi nama “Papan Ayo Sarapan Pagi” yang ditempeli beberapa kotak yang berfungsi sebagai tempat soal-soal untuk mengawali kegiatan belajar pada jam pelajaran pertama. Papan tersebut terletak di samping kanan papan tulis (dilihat dari sudut pandang siswa yang duduk di bangku). Di dalam kelas juga terdapat berbagai macam gambar-gambar dinding yang meliputi peta Indonesia, gambar-gambar pahlawan, burung-burung langka, rumah-rumah adat, pakaian-pakaian adat, serta tarian-tarian tradisional di Indonesia, dan sebagainya. Kondisi gambar-gambar tersebut masih dalam keadaan layak pakai karena seluruh warga kelas selalu membersihkan gambar-gambar tersebut dari debu. Di dalam ruang guru terdapat sebuah alat peraga organ tubuh manusia yang sering digunakan dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA, khususnya kelas IV sampai kelas VI. Kondisi alat peraga tersebut masih layak pakai karena alat peraga tersebut disimpan dengan baik di dalam ruang guru yang terhindar dari debu.
Selanjutnya, Bapak Marsun selaku guru bidang studi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mengajak saya ke gedung perpustakaan. Gedung perpustakaan tersebut baru selesai dibangun pada akhir Februari lalu. Di dalam perpustakaan masih banyak buku-buku (baik buku-buku pelajaran, buku-buku cerita/dongeng, maupun buku-buku penunjang pembelajaran lainnya) yang masih belum diletakkan pada rak-rak buku yang telah disediakan karena masih dalam tahap pengkodean (pelabelan) buku. Selain sebagai tempat untuk memperoleh pengetahuan melalui buku-buku yang ada di sana, perpustakaan di SDN III Sambirobyong juga sebagai tempat penyimpanan beberapa media pembelajaran. Terdapat dua buah papan tulis “whiteboard” yang rencananya akan diletakkan di ruang kelas VI sebagai penunjang proses belajar mengajar di kelas terakhir, yang pada bulan Mei mendatang siswa-siswi kelas tersebut akan menempuh Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan mereka selama 6 tahun belajar di sekolah dasar. Terdapat dua buah Globe yang sering digunakan sebagai media pembelajaran mata pelajaran IPS untuk mengetahui letak geografis dan astronomis belahan dunia melalui tiruan bentuk bumi. Selain itu, alat peraga IPS (KIT Gejala Alam), KIT Diagram (Presentase/Pecahan/Desimal), dan alat peraga “KIT Tata Surya” yang belum digunakan karena baru didatangkan dari pusat juga disimpan di perpustakaan. Terdapat pula LCD Proyektor dengan layar yang memiliki 3 kaki penyangga. LCD Proyektor tersebut berfungsi untuk menampilkan berbagai materi yang menggunakan animasi maupun video atau bahkan materi-materi yang didapatkan dari internet yang disambungkan dengan laptop. Laptop yang ada di sekolah tersebut tidak disimpan di sekolah melainkan dibawa oleh Kepala Sekolah agar lebih aman dalam menyimpannya. Setiap hari Jum’at sekolah tersebut mengadakan senam pagi yang diikuti seluruh warga sekolah. Media pada senam pagi tersebut menggunakan kaset pita roll yang kemudian diputar di tape/radio yang telah dilengkapi dengan speaker. Radio/tape disimpan di dalam ruang guru dan sesekali dibersihkan agar debu yang menempel akan hilang supaya tidak merusak komponen-komponen dalam media tersebut. LCD Proyektor dan radio/tape selain digunakan sebagai media pembelajaran, dapat pula digunakan dalam berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler maupun acara-acara lainnya, misalnya pada kegiatan peringatan hari besar agama, serta perlombaan-perlombaan untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ada di sekolah tersebut. Untuk LCD Proyektor itu sendiri kadang-kadang dapat digunakan sebagai media pengganti radio/tape saat pelaksanaan senam pagi ketika terdapat kendala pemutaran kaset pada tape/radio. Untuk menampilkan video senam pagi, pemutaran kaset CD menggunakan laptop yang dihubungkan dengan LCD Proyektor.
Ketika saya akan beranjak meninggalkan SDN III Sambirobyong, di halaman sekolah, saya melihat beberapa siswi kelas IV SDN III Sambirobyong sedang bermain bola voli. Menurut Bapak Dita selaku guru bidang studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan sekaligus pelatih voli di sekolah tersebut, para siswinya tidak hanya sekedar bermain voli biasa melainkan berlatih dengan serius karena akan diadakan turnamen bola voli tingkat sekolah dasar se-Kabupaten Tulungagung pada pertengahan April mendatang. Tidak hanya sekedar bermain bola voli saja, melainkan mereka juga serius berlatih. “Sekolah kami beberapa tahun terakhir ini selalu masuk tiga besar untuk kejuaraan voli di Kabupaten Tulungagung tingkat SD. Hal ini bisa terjadi karena para siswa-siswi kami sudah memiliki potensi dalam minat dan bakat di voli yang sekaligus ditunjang dengan alat-alat yang mendukung bakat dan minat mereka”, ujar Bapak Dita ketika beliau sedikit sharing mengenai prestasi yang dicapai siswa-siswinya tersebut. Beliau juga sedikit memberikan informasi bahwa untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, terdapat beberapa alat atau media yang digunakan yaitu tiga buah bola voli dan sebuah net bola voli yang digunakan dalam permainan bola voli. Selain itu, terdapat pula dua buah bola sepak yang digunakan dalam permainan sepak bola, satu set bola kasti dan dua buah pemukul kasti yang digunakan dalam permainan bola kasti, empat buah bola peluru yang digunakan dalam permainan tolak peluru, dan sebuah bola basket. Karena tidak adanya lapangan yang sesuai untuk bermain basket, maka bola basket tersebut tidak pernah dipakai dalam proses belajar mengajar. Bapak Dita mengeluhkan tidak adanya matras di sekolah tempat beliau mengajar membuat beliau sering kesulitan dalam mengajarkan praktek yang berhubungan dengan kebugaran seperti roll depan, roll belakang, dan sebagainya. Semua media yang digunakan dalam mata pelajaran  Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (kecuali radio/tape) disimpan di gudang sekolah.
Guru harus selalu memberikan motivasi kepada semua siswa bahwa materi pelajaran tidak ada yang sulit, semua siswa akan mampu menguasai materi tersebut dengan baik. Hindarilah menakut-nakuti atau menyampaikan, bahwa pelajarannya sangat sulit, hal ini akan mengurangi motivasi siswa untuk belajar, seolah-olah kemampuan otaknya tidak mampu untuk menerimanya/ seolah-olah otaknya tertutup untuk menerimanya, karena pelajaran sangat dipandang sulit. Sehingga seorang guru harus mencari berbagai cara/metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, baik melalui metode permainan atau metode lain yang dapat bermanfaat bagi perkembangan kompetensi siswa baik yang terkait dengan aspek kognitif, psikomotor, maupun afektif.

Strategi pembelajaran adalah “taktik” yang digunakan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran agar dapat mempengaruhi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran secara lebih efektif dan).  Strategi pembelajaran menurut Dick dan Carey dalam Robinson, dkk (2004) adalah menjelaskan komponen-komponen umum suatu set bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan secara bersama-sama untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada peserta didik.
H.      KENDALA-KENDALA KETIKA OBSERVASI
Observasi mengenai media pembelajaran yang ada dan digunakan di SDN III Sambirobyong saya lakukan pada Hari Sabtu tanggal 30 Maret 2013 pada jam pulang sekolah. Tidak adanya surat pengantar (rekomendasi) dari pihak fakultas maupun universitas membuat adanya beberapa kendala ketika melakukan observasi. Saya dapat melakukan observasi hanya pada jam pulang sekolah dikarenakan di sekolah tersebut sedang dilaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS) sehingga ditakutkan ketika melaksanakan observasi pada jam KBM akan mengganggu jalannya kegiatan UTS. Selain itu, narasumber yang saya wawancarai saat itu juga terbentur dengan agenda rapat yang dilaksanakan pada pukul 11.30 WIB di kantor UPTD Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung sehingga menjadikan saya tidak berhasil mengabadikan gambar beliau melalui kamera HP yang saya gunakan sebagai alat dokumentasi ketika melakukan observasi.
Saya mendapatkan ijin masuk ke dalam ruang kelas IV. Beberapa media pembelajaran seperti berbagai macam gambar dinding yang ada di dalam ruang kelas tersebut tidak ditampilkan, dengan kata lain dibalik agar siswa-siswi tidak menyontek pada gambar-gambar yang ada di dinding ketika ujian berlangsung.
Di dalam gudang, terdapat berbagai macam alat-alat atau media-media yang sering digunakan dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Akan tetapi, tidak adanya surat ijin resmi atau surat rekomendasi observasi dari fakultas maupun universitas, membuat saya tidak bisa melihat isi gudang tersebut sehingga saya juga tidak bisa mendokumentasikan peralatan olah raga yang ada di sekolah tersebut.

A. Tujuan Observasi
Observasi bertujuan untuk belajar dan mengetahui cara mengajarkan materi
IPS SD kepada siswa secara langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar.

B. Pelaksaan Observasi
Tanggal :

Sekolah : SD Negeri
Kelas : 4
Guru :
Jumlah siswa :
Waktu observasi : 09.00 – 10.00
C. Materi Pembelajaran
Standar Kompetensi :
Kompetensi Dasar :
Materi :

D. Kegiatan Pembelajaran
Sebelum melakukan proses belajar mengajar, guru membuat rpp yang disesuaikan dengan silabus. Dengan rpp tersebut guru melakukan kegiatan pembelajaran seperti dibawah ini:
1. Kegiatan Awal
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
b. Presensi Kehadira siswa
c. Bertanya jawab tentang materi pertemuan sebelumnya.

2. Kegiatan Inti
a. Penyampaian materi oleh guru
b. Tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami
c. Mengerjakan soal yang ada dalam LKS
3. Kegiatan Akhir
a. Kesimpulan
b. Menyimak informasi materi pertemuan yang akan datang.
c. Menutup pelajaran dengan doa dan salam.

E. Metode
Metode yang diterapkan guru adalah ceramah,dan tanya jawab.Guru memilih metode dengan menyesuaikan materi yang diajarkan. Dengan metode yang diterapkan oleh guru diharapkan siswa dapat menerima dan mengerti tentang materi yang diajarkan.
F. Media
Dalam proses kegiatan belajar mengajar guru menggunakan buku paket,buku LKS,dan alat peraga yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Misalnya alat peraga yang digunakan guru dalam pembelajaran dengan tema ketertiban yaitu gambar – gambar rambu – rambu lalu lintas dan lain- lain. Alat peraga tersebut membantu guru dalam mengenalkan berbagai symbol rambu – rambu lalu lintas pada siswa.
G. Penanaman Nilai
Nilai – nilai yang ditanamkan melalui pembelajaran IPS adalah
a. Keberanian mengeluarkan pendapat/fikiran
b. Menghargai pendapat orang lain
c. Kejujuran
d. Dan lain- lain.
Setiap melakukan proses belajar mengajar, guru selalu memberikan berbagai nilai – nilai moral kepada siswanya walaupun secara tersirat.Dengan adanya penanaman nilai moral yang dilakukan guru, diharapkan siswa dapat menjadi warga negara yang memiliki moral yang baik,berakhlak mulia dan berguna bagi bangsanya.
H. Sikap Guru dalam Penyampaian Materi
Dalam menyampaikan materi IPS guru berbicara dengan suara yang teratur,maksudnya adakalanya guru berbicara dengan keras tetapi terkadang guru mengecilkan volume suaranya dengan maksud agar siswa mencoba memperhatikan apa yang sedang di ucapkan oleh gurunya.. Pada saat proses kegiatan belajar mengajar tersebut beberapa siswa ada yang aktif, tetapi ada juga siswa yang pasif hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja.Dalam hal ini tanpa mencoba menilai penampilan guru,tetapi hanya mengamati saja terlihat kemampuan guru dalam menguasai materi sudah sangat fasih dalam menjelaskan materi,walaupun dalam penguasaan kelas agak kurang maksimal.
I. Kesulitan dalam Menyampaikan Materi IPS
Dari wawancara yang saya lakukan,banyak guru kelas yang merasa kesulitan dalam mengajar materi IPS karena ada beberapa faktor,misalnya:
1. Kurangnya buku paket IPS dan alat pendukung pembelajaran
2. Sering berubahnya materi IPS sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
3. Mencari metode pengajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak mudah bosan pada saat berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar IPS
4. Guru belum begitu menguasai pembuatan rpp.

J. Buku Ajar
Guru menggunakan buku ajar yang sudah sesuai dengan kurikulum yang berlaku (KTSP). Guru menggunakan buku paket BSE yang berjudul Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 1. Buku tersebut didapat dari bantuan BOS sekolah. Setiap proses belajar mengajar, siswa mendapat buku paket setiap dua orang siswa mendapat satu buku, tapi buku paket tersebut harus dikembalikan setelah pelajaran selesai. Selain itu, guru memiliki buku pendukung seperti LKS. Guru menganjurkan setiap siswa memiliki LKS tersebut.

Hasil Observasi SDN 2 Padangbulia
No
Komponen Observasi
Hasil Observasi
1
Jenis strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran kelas II SDN 2 Padangbulia
Hasil observasi yang dilakukan di SDN 2 Padangbulia untuk siswa kelas II pada mata pelajaran PKN, guru menerapkan strategi ceramah dalam proses pembelajaran.
2
Kesesuaian penerapan strategi dengan tujuan pembelajaran
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan RPP, penggunaan strategi ceramah kurang tepat diterapkan.
3
Kesesuaian penerapan strategi dengan langkah-langkah pembelajaran
Strategi yang digunakan oleh guru sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang tercantum dalam RPP, namun langkah-langkah pembelajaran yang tercantum dalam RPP belum sesuai dengan Permen 41.
4
Kesesuaian strategi pembelajaran yang dirancang dalam RPP dengan aplikasinya dalam proses pembelajaran
Strategi yang dirancang dalam RPP sesuai dengan aplikasi/penerapannya di kelas.
5
Kelebihan strategi yang diterapkan
1.     Dapat diikuti oleh semua peserta didik
2.    Guru dapat mengontrol keadaan kelas
3.    Guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang disampaikan
6
Kekurangan strategi yang diterapkan
1.    Membosankan
2.    Siswa susah memahami materi/informasi yang disampaikan
3.    Siswa menjadi pasif
7
Efektivitas strategi pembelajaran yang diterapkan
Tidak efektif.

Tabel Media Pembelajaran yang ada di SDN III Sambirobyong.
No.
Media Pembelajaran yang ada dan digunakan
Media Pembelajaran yang ada namun tidak digunakan
1.
Papan tulis “Blackboard” (6 buah)
Bola basket (1 buah)
2.
Papan Flanel (6 buah)
KIT Diagram Presentase/ Pecahan/ Desimal (1 set)
3.
Globe (2 buah)
Alat peraga IPS “KIT Gejala Alam” (1 set)
4.
Seperangkat LCD Proyektor
Alat peraga “KIT Tata Surya” (1 set)
5.
Gambar-gambar dinding
Papan tulis “Whiteboard” (2 buah)
6.
Alat peraga organ tubuh manusia
7.
Radio/Tape (2 buah)
8.
Bola Voli (3 buah)
9.
Bola Peluru (4 buah)
10
Bola Kasti (1 set)
11.
Pemukul Kasti (2 buah)
12.
Net Voli (1 buah)
13.
Peta Indonesia (1 buah)

Ada tiga aspek yang terkait dengan transfer belajar, yaitu:
a. Peranan transfer dalam kondisi belajar skill seperti mempertimbangkan drill dalam sepak
bola atau memperhatikan hasil latihan melakukan tembakan bebas dalam permainan bola
basket dengan melakukan tembakan bebas pada saat bertanding.
b. Bagaimana transfer itu diukur? Transfer ini dapat diestimasi peningkatan atau penurunan
keterampilan sebagai hasil dari latihan atau pengalaman dan transfer ini pula dapat bersifat
positif atau negatif tergantung pada tugasnya.
c. Transfer sebagai sebuah kriteria untuk belajar seperti tes retensi. Dalam hal ini ada dua
kriteria transfer yaitu: (1) near transfer artinya tujuan belajar yang relatif sama dengan tugas
latihan dan (2) far transfer artinya tujuan belajar berbeda dengan kondisi latihan yang
sesungguhnya.

F.       Efektivitas Strategi Pembelajaran yang Diterapkan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di kelas, penerapan strategi ceramah pada proses pembelajaran dirasakan kurang efektif. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang tidak mendengarkan penjelasan dari guru saat proses pembelajaran, melainkan banyak siswa yang berbincang-bincang dengan teman-teman sekitarnya. Pada proses tanya jawab sebagian besar siswa kurang aktif dalam kegiatan ini bahkan terdapat beberapa siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh  guru. Dengan banyaknya siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru maka dikhawatirkan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai, karena soal (evaluasi) merupakan indikator pengukuran tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Maka dapat disumpulkan bahwa penggunaan strategi ceramah kurang tepat diterapkan dikelas II SDN 2 Padangbulia. Seharusnya guru segara mengganti strategi yang digunakan atau memodifikasi dengan menerapkan bantuan metode-metode inovatif yang mendukung strategi ceramah. Sehingga nantinya ada perbaikan sikap dan kemampuan kognitif siswa yang lebih baik lagi serta pembelajaran I2M3 (Inovatif, Inspiratif, Menantang, Menyenangkan, dan Memotifasi) dapat terlaksana.



PENUTUPAN
Dalam sebuah proses pembelajaran perlu ditetapkan terlebih dahulu suatu perencanaan yang matang agar tercipta suatu hasil belajar yang optimal terhadap peserta didik. Perencanaan merupakan petetapan suatu tujuan, memilih kegiatan untuk tercapainya tujuan tersebut dan mengalokasikan sumber-sumber pada setiap kegiatan. Terutama tujuannya dalam bidang keolahragaan atau pendidikan jasmani terhadap peserta didik dalam peningkatan kualitas fisik, mental, spiritual dan pengetahuan mengenai bidang tersebut, sesuai dengan pengertian pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup aktif, dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani.
Mengingat begitu pentingnya suatu perencanaan sebelum proses pembelajaran dilakukan, maka seorang guru disarankan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan hal-hal yang akan dilakukan dalam pembelajaran. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar (KD). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkebangan fisik serta fsikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih sesuai dengan penjadwalan disatuan pendidikan yang telah ditentukan.

2.2  Tujuan Pembelajaran
Salah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme terhadap pembelajaran bahwa pembelajaran seyogyanya memiliki tujuan. Gagasan perlunya tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul PreparingInstruction Objective. Sejak pada tahun 1970 hingga sekarang penerapannya semakin meluas  hampir  di seluruh lembaga pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia.
Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.  Kemp dan David E. Kapel  menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran. Sementara itu, menurut Standar Proses pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajara yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Ini berarti kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran mencakup kemampuan yang akan dicapai siswa selama proses belajar dan hasil akhir belajar pada suatu KD.
Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi tampaknya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa : (1) tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik.  Yang menarik untuk digarisbawahi  yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan).
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara  lebih mandiri; (2) memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar; (3) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran; (4) memudahkan guru mengadakan penilaian. Dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa. Sementara itu, Fitriana Elitawati (2002) menginformasikan hasil studi tentang manfaat tujuan dalam proses belajar mengajar bahwa perlakuan yang berupa pemberian informasi secara jelas mengenai tujuan pembelajaran khusus kepada siswa pada awal kegiatan proses belajar-mengajar, ternyata dapat meningkatkan efektifitas belajar siswa.
Memperhatikan penjelasan di atas, tampak  bahwa tujuan pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran, yang di dalamnya dapat menentukan mutu dan tingkat efektivitas pembelajaran.



2.3    Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran, saat ini telah terjadi pergeseran dalam perumusan tujuan pembelajaran. W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) mengemukakan pada masa lampau guru diharuskan menuliskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk bahan yang akan dibahas dalam pelajaran, dengan menguraikan topik-topik atau konsep-konsep yang akan dibahas selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran pada masa lalu ini tampak lebih mengutamakan pada pentingnya penguasaan bahan bagi siswa dan pada umumnya yang dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered). Namun seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran, tujuan pembelajaran yang semula lebih memusatkan pada penguasaan bahan, selanjutnya bergeser menjadi penguasaan kemampuan siswa atau biasa dikenal dengan sebutan penguasaan kompetensi atau performansi.
Dalam praktik pendidikan di Indonesia, pergeseran tujuan pembelajaran ini terasa  lebih mengemuka sejalan dengan munculnya gagasan penerapan Kurikulum  Berbasis Kompetensi. Kendati demikian, di lapangan kegiatan merumuskan tujuan pembelajaran seringkali dikacaukan dengan perumusan indikator pencapaian kompetensi. Sri Wardani (2008) bahwa tujuan pembelajaran merupakan target pencapaian kolektif, karena  rumusan tujuan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh desain kegiatan dan strategi pembelajaran yang disusun guru untuk siswanya. Sementara rumusan indikator pencapaian kompetensi tidak terpengaruh oleh desain ataupun strategi kegiatan pembelajaran yang disusun guru, karena rumusannya lebih bergantung kepada karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai siswa. Di samping terdapat perbedaan, keduanya memiliki titik persamaan yaitu memiliki fungsi sebagai acuan arah proses dan hasil pembelajaran.
Terlepas dari kekacauan penafsiran yang terjadi di lapangan,  yang pasti bahwa untuk merumuskan tujuan pembelajaran tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa kaidah atau kriteria tertentu. W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) menegaskan bahwa seorang guru profesional harus merumuskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk perilaku siswa yang dapat diukur yaitu menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa tersebut sesudah mengikuti pelajaran. Selanjutnya, dia menyarankan dua kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih tujuan pembelajaran, yaitu: (1)preferensi nilai guru yaitu cara pandang dan keyakinan guru mengenai apa yang penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana cara membelajarkannya; dan (2)  analisis taksonomi perilaku; dengan menganalisis taksonomi perilaku ini, guru akan dapat menentukan dan menitikberatkan bentuk dan jenis pembelajaran yang akan dikembangkan, apakah seorang guru hendak menitikberatkan pada pembelajaran kognitif, afektif ataukah psikomotor. 
Berbicara tentang taksonomi perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005) sebagai tujuan pembelajaran, yang dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom (Bloom’s Taxonomy).
Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah, yaitu:
1.    Ranah kognitif; ranah yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar, di dalamnya mencakup: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), penguraian (analysis), memadukan (synthesis), dan penilaian (evaluation);
2.    Ranah afektif; ranah yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup: penerimaan (receiving/attending), sambutan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization); dan
3.    Ranah psikomotor; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Ranah ini terdiri dari : kesiapan (set), peniruan (imitation), membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation) dan  menciptakan (origination). Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya.
Dalam setiap aspek taksonomi terkandung kata kerja operasional yang menggambarkan bentuk perilaku yang hendak dicapai melalui suatu pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, dalam tabel berikut disajikan contoh kata kerja operasional dari masing-masing ranah.  
2.7.2   Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Penjasorkes
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1.    Mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
1.1.    Mempraktikkan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar serta kerja sama, kejujuran, menghargai, semangat dan percaya diri.
1.2.    Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan lompat dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerja sama, toleransi dan percaya diri.
1.3.    Mempraktikkan keterampilan salah satu cabang olahraga beladiri serta nilai kejujuran, menghargai orang lain, kerja keras dan percaya diri.
2.    Mempraktikkan latihan kebugaran jasmani dan cara mengukurnya sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
2.1.    Mempraktikkan latihan kekuatan, kecepatan, daya tahan dan kelentukan untuk kebugaran jasmani dalam bentuk sederhana serta nilai tanggung jawab, disiplin dan percaya diri.
3.    Mempraktikkan keterampilanrangkaian senam lantai dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
3.1.    Mempraktikkan keterampilan rangkaian senam lantai tanpa alat serta nilai percaya diri, kerjasama, tanggung jawab, dan menghargai teman.
4.    Mempraktikkan aktivitas ritmik tanpa alat dengan koordinasi yangbaik dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
4.1.    Mempraktikkan gerak dasar langkah dan lompat pada aktivitas ritmik tanpa alat serta nilai kedisiplinan, konsentrasi dan keluwesan.
5.    Mempraktikkan beberapa keterampilan gaya renang dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
5.1.    Mempraktikkan keterampilan gerak dasar salah satu gaya renang serta nilai disiplin, keberanian, tanggung jawab dan kerja keras.
6.    Mempraktikkan perancanaan penjelajahan  dan penyelamatan aktivitas di alam bebas dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
6.1.    Mempraktikkan keterampilan dasar penyelamatan penjelajahan di pegunungan serta nilai tanggung jawab, kerjasama, toleransi, tolong menolong dan melaksanakan keputusan kelompok.
7.    Menerapkan budaya hidup sehat serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
7.1.    Menganalisis dan menghindari dampak seks bebas dengan penuh tanggung jawab.







DAFTAR PUSTAKA



Logdon, Bette J; Luann M. Alleman; Sue Ann Straits; David E. Belka; and Dawn Clark, (1997). Phyisical Education Unit Plans For Grades 1-2. Learning Experiences in Games, Gymnastics, and Dance, New Zealand: Human Kinetics.
Moston, M. (1981). Teaching Style of Physical Education. Colombus OH: Chs. E. Merrill.


Mulyasa, (2009), Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, Bumi Aksara, Jakarta.
Riyanto, M.Pd, Yatim (2009), Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas, Kencana, Jakarta.
Suparman, Atwi (1994), Desain Instruksional, PAU-PPAI, Jakarta.
Tim Pengkaji, (2004), Pedoman Umum Pengembangan Silabus, Balai Pelatihan Guru (BPG), Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Zamroni, Dr (2004), Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Atas (SMA) Pedoman Pemilihan Buku, Departemen Pendidikan Nasional.
Zamroni, Dr (2004), Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Departemen Pendidikan Nasional.

Situmorang, Robinson; Atwi Suparman; dan Rudi Susilana. (2004). Desain Pembelajaran. Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka.