BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Olahraga Tinju merupakan salah satu cabang
bela diri yang bertanding satu lawan satu untuk melakukan serangan
dengan cara memukul memakai tangan yang diberi sarung serta melindungi diri
dari pukulan yang diberikan oleh lawan dalam rangkaian pertandingan berinterval tiga menit yang disebut "ronde".
Di setiap ronde, petinju yang
lebih banyak memberikan pukulan bersih atau serangannya dianggap lebih efektif
serta dapat menghindari serangan lawan, dinyatakan menang ronde tersebut dan
memenangkan poin. Bila dapat menjatuhkan lawannya (atau knockdown) maka satu poin akan dikurangkan untuk petinju yang
terjatuh. Petinju yang lebih banyak menang angka setelah jumlah ronde yang
ditentukan akan dinyatakan sebagai pemenang. Namun, bila lawan yang terjatuh
tidak dapat bangkit setelah 10 detik hitungan, maka ia dianggap KO (knockout) dan dinyatakan kalah.
Kemenangan juga dapat dicapai bila salah satu petinju dianggap tidak dapat
melanjutkan pertandingan oleh wasit, ini disebut TKO (Technical Knockout).
Seorang petinju diharapkan memiliki stamina dan
kekuatan pukulan yang besar, ia juga harus memiliki teknik bertinju yang baik
karena salah satu strategi untuk memenangkan pertandingan tinju adalah dengan
menjatuhkan lawannya secepat dan seakurat mungkin apalagi bagi petinju yang
memiliki stamina yang kurang dapat bertahan lama, karena semakin lama ia
bertanding maka peluangnya untuk kalah akan semakin besar.
Dalam olahraga tinju dari begitu banyaknya
teknik memukul pada intinya hanyalah ada dua macam gerakan, yaitu gerakan
pukulan lurus dan gerakan pukulan yang membetuk lintasan parabola. Salah satu
pukulan yang dianggap efektif dan efisien untuk secepat dan seakurat mungkin
menjatuhkan lawan adalah pukulan lurus ke depan yaitu pukulan jab, straight dan
lain-lain. Sedangkan gerakan pukulan yang membentuk lintasan parabola adalah
pukulan hook.
Menurut
Oudshroon (1998:78) pukulan disebut hook jika
lengan dibengkokkan 90º. Pada sikap ini, lengan yang digunakan adalah lengan
paling kuat. Hook yang baik mengenai
sasaran dengan semua pangkal jari dan buku pertama jari, dengan pangkal ibu
jari di atas. Hook dalam bahasa
Inggris berarti kait. Dan memang posisi seperti itu yang dilakukan oleh seorang
petinju dalam melontarkan pukulan hook.
Pukulan hook dapat dilontarkan kedua
tangan, kanan dan kiri. Pukulan hook
dikenal sangat mematikan dalam tinju. Hook
sering dianggap sebagai pukulan paling berbahaya karena bila dilakukan dengan
tepat, power nya kuat dapat menjatuhkan musuh dalam sekejap. Pukulan hook kebanyakan diarahkan ke bagian
samping kepala atau tubuh.
Petinju
kelas berat Mike Tyson dulu sangat ditakuti karena pukulan hooknya sering
memukul KO lawan, sedang petinju Indonesia Ellyas Pical memiliki pukulan hook kiri yang sangat keras, dan sering
memukul KO lawan dengan senjata andalan hook
kiri. Karena keandalan pukulan tersebut Pical dijuluki sebagai Exocet (dalam Poundinar, 2013).
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian diatas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
- Apasaja
sikap dasar dalam olahraga tinju?
- Bagaimana
analisis pukulan Hook dalam
olahraga tinju?
- Bagaimana rubrik
penilaian pukulan Hook dalam
olahraga tinju?
C.
Tujuan
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk mengetahui sikap dasar dalam olahraga tinju,
analisis pukulan hook dan rubrik
penilaian pukulan hook dalam olahraga
tinju.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Sikap Dasar Tinju
Adapun
beberapa sikap dasar dalam olahraga tinju dijelaskan di dalam buku Oudshoorn
(1998 : 37-46) yaitu, sebagai berikut:
A. Sikap
Tinju Frontal
Sikap
frontal berarti bahwa bagian-bagian datar tubuh, dada, bahu, dan kedua pinggul
diarahkan kepada lawan, dan bukan salah satu bahu. Pada sikap frontal,
bagian-bagian tubuh yang keras, seperti tulang dada, dahi, dan lain-lain,
dihadapkan kepada lawan. Bagian-bagian tubuh yang lemah, seperti bagian samping
kepala, jantung, hati, dan lambung, dilindungi oleh kedua lengan dan tinju.
Dengan “bersikap” frontal, bidang sasaran pada kepala dan tubuh adalah
sekecil-kecilnya, dan dengan demikian paling baik melindunginya. Tulang-tulang
yang keras dan otot yang kuat tidak apa-apa menerima barang satu pukulan.
Kedua
tinju dan terutama pangkal jarinya, jadi bagian yang akan mengenai sasaran,
diarahkan kepada lawan, kedua tinju berada dalam sikap yang paling baik untuk
menyerang dan bertahan. Juga dengan sedikit mungkin gerak tambahan dan dengan
sekecil-kecilnya resiko pertahanan akan terbuka.
Pada
sikap tinju frontal, sejak semula jarak kaki yang lebarlah yang menguntungkan. Kedua kaki diarahkan
kepada lawan. Kedudukan kaki ini menjamin keseimbangan yang lebih baik dan
dalam tinju, seimbang berarti bergerak dengan cepat, ke kiri dan ke kanan, ke
depan dan ke belakang. Petinju yang berdiri dalam keseimbangan yang baik, dapat
dengan mudah dan cepat memukul dengan kedua tinjunya, kiri maupun kanan, tanpa
terjatuh ketika memukul. Pada sikap tinju frontal, dari pukulan kiri pentinju
dapat langsung menempatkan pukulan kanan, petinju tidak perlu lagi melangkah
dengan kaki kanan, yang akan menghilangkan keseimbangan, terutama jika pukulan
kanan itu tidak mengena. Dengan kata lain: sikap tinju frontal menyajikan
perlindungan dan serangan maksimum.

Gambar 1. Sikap Frontal

Gambar 2. Dengan sikap frontal,
sikut kanan melindungi hati dan lambung
B.
Sikap Kaki
Petinju
berdiri tegak dan meletakkan tungkai berjarak selebar pinggul. Jadi, pinggul
tetap berada dibawah tubuh dan membentuk penumpu yang tidak goyah. Kaki kiri
berada di depan sejauh kira-kira ¾ panjang kaki, kedudukannnya tepat di bawah
tubuh. Dengan demikian, tumit tepat segaris dengan jari kaki kanan. Kedua kaki
– terutama perhatikan kaki kanan – sekarang harus diarahkan kepada lawan. Tidak
ada kaki yang melintang. Kaki tidak boleh menapak datar pada lantai. Waktu
bergerak, tidak boleh dimulai dengan mengangkat seluruh telapak kaki: kita
bukan sedang memindahkan karet pengisap, melainkan sedang bertinju dengan kaki
yang ringan. Maka petinju berdiri dengan bola kaki (telapak kaki bagian depan)
dan jari kedua kaki pada lantai; kedua tumit terangkat; tumit kaki kanan
sedikit lebih tinggi.

Gambar 3. Tumit kaki kiri segaris
dengan jari kaki kanan

Gambar 4. Kaki kiri di depan sejauh
¾ panjang kaki
C.
Tungkai
Tungkai
tidak hanya untuk menjaga keseimbangan dan dapat cepat menyerang atau
menghindar dengan meluncur (menggeserkan kaki), tetapi juga untuk turut
menentukan kekuatan pukulan.
Jika
tungkai ditempatkan selebar pinggul, maka titik berat tubuh berada tepat di
antara kedua tungkai. Dengan begitu, petinju dapat bergerak lebih cepat. Memang
kedua tungkai harus dibengkokkan. Lutut lurus kedepan, di atas kaki. Seperti
yang telah dibicarakan kaki diarahkan kepada lawan. Tungkai kanan agak lebih
membengkok dari tungkai kiri untuk keperluan menyusun pukulan, yang kedua
pertiga dari tenaganya dibangun pada tungkai kanan. Baik waktu bediri maupun
waktu bergerak, tungkai tetap dibengkokkan sehingga petinju selalu berdiri pada
tungkai yang “siap tembak” supaya dapat cepat menghindar dengan meluncurkan
kaki dan mengambil alih serangan, tanpa kehilangan keseimbangan.

Gambar 5. Penempatan tungkai

Gambar 6. Titik berat berada di
antara kedua tungkai

Gambar 7. Tungkai kanan lebih
dibengkokkan dari tungkai kiri
D.
Tubuh
Adapun
fungsi tubuh pada saat bertinju adalah menyalurkan tenaga dari tungkai ke
lengan dan sebagainya. Selain itu tubuh juga merupakan faktor penting untuk
bergerak. Seperti untuk bertahan , yaitu untuk menghindari dari pukulan. Dengan
demikian, sikap tubuh pun harus selalu ditunjukan untuk kepentingan kedua tugas
tersebut.
Juga
kedua bahu diarahkan kepada lawan. Tubuh harus sedikit dicondongkan kedepan
supaya benar-benar melemparkan tenaga dari tungkai ke depan. Condongnya dimulai
pada pinggul dan berakhir pada tulang dada. Dengan kata lain, petinju harus agak
membungkuk, membulatkan punggung. Juga penting bahwa bahu tida ditarik. Bahu
kanan tetap sedikit rendah dari bahu kiri karena tungkai kanan pun lebih
dibengkokkan. Barulah ketika membungkuk ke depan, tenaga diarahkan kepada
lawan. Bila tidak, tenaga memang keluar dari tungkai, tetapi batas arah hilang.
Kaki, lutut, jantung, dan kepala berda pada satu garis.

Gambar 8. Sikap tubuh
E.
Kepala
Kepala
harus tetap tegak di antara kedua bahu, supaya lengan yang melindungi, dengan
hanya gerakan ringan di depan atau di samping kepala, dapat ditampilkan ketika
menangkis pukulan. Petinju harus sedapat mungkin mendekat dagunya ke dada,
ditarik oleh otot leher. Ini pun lagi-lagi melindungi kepala terutama dagu,
sebab di sana banyak terdapat titik persimpanagan saraf yang penting.
Menarik
dagu ke belakang sekali-kali jangan dilakukan dengan menarik bahu. Ini
menghabiskan banyak energi, sangat statis, dan dengan demikian tidak membantu
kelincahan. Akibatnya, pukulan menjadi kaku dan lambat. Bisa terdapat
kecenderungan untuk mengangkat lagi dagu. Ini sama sekali tidak boleh
dilakukan. Petinju memandang dengan dahi berkerut, seolah-olah melihat melalui
bulu-bulu alis.

Gambar 9. Sikap kepala
F.
Lengan
Seperti
bagian tubuh lain yang dapat digerakkan, lengan pun memiliki fungsi ganda:
menyerang dan mempertahankan. Lengan kiri dan kanan yang dibengkokkan berada
setengah di depan dan sekaligus setengah di samping tubuh. Ujung-ujung sikut
diarahkan ke dalam dan ke kaki. Lengan kanan lebih bengkok dan lebih ke dalam
daripada lengan kiri. Tinju berada sekitar 5cm dari rahang. Bagian dalam lengan
sedikit menyentuh tubuh. Dengan begitu, perut, hati, dan bagian samping tubuh
terlindung. Lengan kiri berada sedikit di depan, sekitar 5 cm dari tubuh. Tinju
kiri sedikit lebih kedepan dari tinju kanan, sekitar 8 cm dari dagu.
Dalam
sikap lengan begini, petinju dapat melindungi bagian-bagian tubuh yang lemah
dengan sebaik-baiknya, dan dapat bertahan lama. Ia pun dapat paling mudah mengirim
serangan, baik dengan pukulan kiri maupun pukulan kanan.

Gambar 10. Sikap lengan
G.
Tinju
Tinju
pun harus santai, tidak lemas, tetapi dibengkokkan, mengepal, tetapi tidak
tegang. Baru ketika memukul akan tiba, tinju harus dikepalkan dengan kokoh. Hal
ini sulit dilaksanakan: pukulan dimulai dengan kendur, dan tiba pada lawan
dalam keadaan padat ditegangkan. Tinju dibuat dengan melengkungkan jari-jari
dan sampai ke telapak tangan. Ibu jari pada buku telunjuk dan jari tengah yang
kedua, tentu saja di bagian luarnya. Pergelangan dan tinju membentuk satu
garis, sangat lurus supaya ketika memukul, tidak terkilir. Jadi, pergelangan
tidak boleh goyah. Tinju kiri berada sama tinggi dengan ujung dagu, di sebelah kiri
wajah, kira-kira 8 cm dari bahu jauhnya. Tinju kanan di sebelah kanan wajah,
lebih dekat ke rahang daripada tinju kiri. Kedua tinju harus berada setinggi
dagu.

Gambar 11. Tinju
3. Footwork dan bergerak di dalam ring
Setiap gerakan
menggunakan footwork. Mendekati
lawan,bergerak mundur atau ke samping, menghindari serangan, semuanya terjadi
dengan atau melalui footwork. Juga di
sini kita bertolak pada sikap tinju frontal. Pada setiap kali pindah tempat,
sikap dasar itu harus diterapkan lagi.
Ketika maju, kaki kiri dipindhkan 5-10cm ke depan. Kemudian kaki kanan
mengikuti dengan jarak yang sama sehingga jarak dasar kembali normal.
Bergerak
ke belakang pada hakikatnya merupakan kebalikan dari bergerak kedepan. Jadi,
kaki kanan kebelakang, kemudian kaki kiri. Jarak dasar selalu diterapkan
kembali, sementara lutut tetap dibengkokkan dan bobot tubuh dibagi pada kedua
tungkai.






Gambar 12. Rangkaian gerakan kaki
2.
Analisis pukulan Hook
Ø Petinju
berdiri dalam sikap dasar pada setengah jarak dari lawan.
Ø Tinju
kiri bertolak dari dagu dan mengarah sedikit ke luar.
Ø Lengan dibengkokkan 90º, dan dagu berada di
belakang bahu lengan yang memukul.
Ø Waktu
memukul, bahu ini ikut sedikit ke depan. Sikut sedikit lebih rendah dari tinju
dan bahu. Lengan agak mengarah ke bawah.
Ø Pada
saat tinju mengenai sasaran, petinju sedikit berputar pada pinggangnya, tumit
kiri sedikit ke luar dan terangkat dari lantai. Tinju tiba dengan ibu jari di
atas, dengan pergelangan lurus dan punggung tangan ke arah lawan.
Ø Tinju
yang memukul tidak boleh lewat di depan wajah sendiri pada saat memukul, tetapi
harus tetap berada di depannya.
Ø Petinju
tetap agak condong ke depan (terutama punggung jangan lurus). Tinju kiri di
samping kiri wajah dekat ujung dagu, terarah kepada lawan. Lengan bawah berada
di samping tubuh.

Gambar 13. Gerakan dasar pukulan hook
a.
Pukulan Hook kiri ke kepala
Hook kiri dengan langkah masuk, ke
kepala. Berputar pada pinggang. Bahu kiri mengikuti pukulan. Tinju kanan tetap
di dekat wajah. Kaki depan berputar pada bola kaki, tumit agak ke luar.

Gambar 14. Pukulan hook kiri
b.
Pukulan Hook kanan ke kepala
Kaki
kiri melangkah ke kiri depan. Bahu kanan mengikuti pukulan. Tumit kanan sedikit
mengarah ke luar. Dagu pada dada, punggung memundar.

Gambar 15. Pukulan hook kanan
c.
Pukulan hook kiri ke kepala dan hook kanan ke kepala
Pada
saat tinju kiri bertolak, kaki kiri melangkah ke depan, berputar cepat pada
pinggang. Tinju kanan bertolak. Pukulan-pukulan ini harus berturut-turut dengan
cepat. Ingat pada pertahanan, terutama menjaga dagu di belakang bahu, dan kedua
tinju langsung kembali ke dekat wajah. Juga jangan lupa pada berputar pada kaki
saat memberikan hook .

Gambar 16. Hook kiri ke kepala

Gambar 17. Hook kanan ke kepala
4.
Analisis dalam Biomekanika
a. Hukum Newton I (Kelembaman)
Suatu
benda akan tetap dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan (dengan arah
dan kecepatan yang tetap) kecuali bila benda tersebut dipaksa oleh gaya-gaya
mengubah keadaannya. Contoh hukum newton I pada pukulan hook adalah badan akan diam apabila lengan tidak bergerak.
b. Hukum Newton II (Akselerasi)
Percepatan
sebuah benda berbanding lurus dengan gaya yang bekerja, dan berbanding terbalik
dengan massa benda itu. Contoh hukum newton II pada pukulan hook adalah pada saat lengan melakukan
gerakan memukul.
c. Hukum Newton III (Aksi reaksi)
Bila
dua buah benda berinteraksi, gaya yang diadakan oleh benda yang satu kepada
benda yang lain sama besarnya dan berlawan arah. Contoh hukum newton III pada
pukulan hook adalah ketika kaki dan
badan ikut bergerak pada saat memukul.
BAB
III
KESIMPULAN
Olahraga Tinju merupakan salah satu cabang
bela diri yang bertanding satu lawan satu untuk melakukan
serangan dengan cara memukul memakai tangan yang diberi sarung serta melindungi
diri dari pukulan yang diberikan oleh lawan dalam rangkaian pertandingan
berinterval tiga menit yang disebut "ronde".
Sikap dasar dalam olahraga tinju ada bebearapa bentuk yaitu sikap tinju frontal,
sikap kaki, tungkai, tubuh, kepala, lengan, tinju.
Analisis pukulan tinju
hook diantaranya petinju berdiri dalam sikap dasar pada setengah jarak dari
lawan. Tinju kiri bertolak dari dagu dan mengarah sedikit ke luar. lengan
dibengkokkan 90º, dan dagu berada di belakang bahu lengan yang memukul. Waktu
memukul, bahu ini ikut sedikit ke depan. Sikut sedikit lebih rendah dari tinju
dan bahu. Lengan agak mengarah ke bawah. Pada saat tinju mengenai sasaran,
petinju sedikit berputar pada pinggangnya, tumit kiri sedikit ke luar dan
terangkat dari lantai. Tinju tiba dengan ibu jari di atas, dengan pergelangan
lurus dan punggung tangan ke arah lawan. Tinju yang memukul tidak boleh lewat
di depan wajah sendiri pada saat memukul, tetapi harus tetap berada di depannya.
Petinju tetap agak condong ke depan (terutama punggung jangan lurus). Tinju
kiri di samping kiri wajah dekat ujung dagu, terarah kepada lawan. Lengan bawah
berada di samping tubuh.
DAFTAR
PUSTAKA
Oudshoorn,
J.1998. Tinju:latihan-teknik-taktik. Jakarta: PT. Rosda Jayaputra.
Poundinar Dheon. Diakses 14 April 2016. Jenis-jenis pukulan dalam boxing
http://dheon-poundinar.blogspot.co.id/2013/11/jenis-jenis-pukulan-dalam-boxing.html/
agen sabung ayam online terbaik indonesia 2019
BalasHapushttp://bolavita.ultimatefreehost.in/cara-pulihkan-ayam-bangkok-aduan-sakit-goham
Link Official Bolavita : http://159.89.197.59/
Telegram : +62812-2222-995
Wechat : Bolavita
WA : +62812-2222-995
Line : cs_bolavita