Jumat, 28 Oktober 2016

ANALISIS PUKULAN TINJU HOOK "BIOMEKANIKA"

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Olahraga Tinju merupakan salah satu cabang bela diri yang bertanding satu lawan satu untuk melakukan serangan dengan cara memukul memakai tangan yang diberi sarung serta melindungi diri dari pukulan yang diberikan oleh lawan dalam rangkaian pertandingan berinterval tiga menit yang disebut "ronde".
Di setiap ronde, petinju yang lebih banyak memberikan pukulan bersih atau serangannya dianggap lebih efektif serta dapat menghindari serangan lawan, dinyatakan menang ronde tersebut dan memenangkan poin. Bila dapat menjatuhkan lawannya (atau knockdown) maka satu poin akan dikurangkan untuk petinju yang terjatuh. Petinju yang lebih banyak menang angka setelah jumlah ronde yang ditentukan akan dinyatakan sebagai pemenang. Namun, bila lawan yang terjatuh tidak dapat bangkit setelah 10 detik hitungan, maka ia dianggap KO (knockout) dan dinyatakan kalah. Kemenangan juga dapat dicapai bila salah satu petinju dianggap tidak dapat melanjutkan pertandingan oleh wasit, ini disebut TKO (Technical Knockout).
Seorang petinju diharapkan memiliki stamina dan kekuatan pukulan yang besar, ia juga harus memiliki teknik bertinju yang baik karena salah satu strategi untuk memenangkan pertandingan tinju adalah dengan menjatuhkan lawannya secepat dan seakurat mungkin apalagi bagi petinju yang memiliki stamina yang kurang dapat bertahan lama, karena semakin lama ia bertanding maka peluangnya untuk kalah akan semakin besar.
Dalam olahraga tinju dari begitu banyaknya teknik memukul pada intinya hanyalah ada dua macam gerakan, yaitu gerakan pukulan lurus dan gerakan pukulan yang membetuk lintasan parabola. Salah satu pukulan yang dianggap efektif dan efisien untuk secepat dan seakurat mungkin menjatuhkan lawan adalah pukulan lurus ke depan yaitu pukulan jab, straight dan lain-lain. Sedangkan gerakan pukulan yang membentuk lintasan parabola adalah pukulan hook.
            Menurut Oudshroon (1998:78) pukulan disebut hook jika lengan dibengkokkan 90º. Pada sikap ini, lengan yang digunakan adalah lengan paling kuat. Hook yang baik mengenai sasaran dengan semua pangkal jari dan buku pertama jari, dengan pangkal ibu jari di atas. Hook dalam bahasa Inggris berarti kait. Dan memang posisi seperti itu yang dilakukan oleh seorang petinju dalam melontarkan pukulan hook. Pukulan hook dapat dilontarkan kedua tangan, kanan dan kiri. Pukulan hook dikenal sangat mematikan dalam tinju. Hook sering dianggap sebagai pukulan paling berbahaya karena bila dilakukan dengan tepat, power nya kuat dapat menjatuhkan musuh dalam sekejap. Pukulan hook kebanyakan diarahkan ke bagian samping kepala atau tubuh.
            Petinju kelas berat Mike Tyson dulu sangat ditakuti karena pukulan hooknya sering memukul KO lawan, sedang petinju Indonesia Ellyas Pical memiliki pukulan hook kiri yang sangat keras, dan sering memukul KO lawan dengan senjata andalan hook kiri. Karena keandalan pukulan tersebut Pical dijuluki sebagai Exocet (dalam Poundinar, 2013).

B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
  1. Apasaja sikap dasar dalam olahraga tinju?
  2. Bagaimana analisis pukulan Hook dalam olahraga tinju?
  3. Bagaimana rubrik penilaian pukulan Hook dalam olahraga tinju?

C. Tujuan
            Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui sikap dasar dalam olahraga tinju, analisis pukulan hook dan rubrik penilaian pukulan hook dalam olahraga tinju.






BAB II
PEMBAHASAN
1. Sikap Dasar Tinju
            Adapun beberapa sikap dasar dalam olahraga tinju dijelaskan di dalam buku Oudshoorn (1998 : 37-46) yaitu, sebagai berikut:
A. Sikap Tinju Frontal
            Sikap frontal berarti bahwa bagian-bagian datar tubuh, dada, bahu, dan kedua pinggul diarahkan kepada lawan, dan bukan salah satu bahu. Pada sikap frontal, bagian-bagian tubuh yang keras, seperti tulang dada, dahi, dan lain-lain, dihadapkan kepada lawan. Bagian-bagian tubuh yang lemah, seperti bagian samping kepala, jantung, hati, dan lambung, dilindungi oleh kedua lengan dan tinju. Dengan “bersikap” frontal, bidang sasaran pada kepala dan tubuh adalah sekecil-kecilnya, dan dengan demikian paling baik melindunginya. Tulang-tulang yang keras dan otot yang kuat tidak apa-apa menerima barang satu pukulan.
            Kedua tinju dan terutama pangkal jarinya, jadi bagian yang akan mengenai sasaran, diarahkan kepada lawan, kedua tinju berada dalam sikap yang paling baik untuk menyerang dan bertahan. Juga dengan sedikit mungkin gerak tambahan dan dengan sekecil-kecilnya resiko pertahanan akan terbuka.
            Pada sikap tinju frontal, sejak semula jarak kaki yang lebarlah  yang menguntungkan. Kedua kaki diarahkan kepada lawan. Kedudukan kaki ini menjamin keseimbangan yang lebih baik dan dalam tinju, seimbang berarti bergerak dengan cepat, ke kiri dan ke kanan, ke depan dan ke belakang. Petinju yang berdiri dalam keseimbangan yang baik, dapat dengan mudah dan cepat memukul dengan kedua tinjunya, kiri maupun kanan, tanpa terjatuh ketika memukul. Pada sikap tinju frontal, dari pukulan kiri pentinju dapat langsung menempatkan pukulan kanan, petinju tidak perlu lagi melangkah dengan kaki kanan, yang akan menghilangkan keseimbangan, terutama jika pukulan kanan itu tidak mengena. Dengan kata lain: sikap tinju frontal menyajikan perlindungan dan serangan maksimum.     
Gambar 1. Sikap Frontal
Gambar 2. Dengan sikap frontal, sikut kanan melindungi hati dan lambung
B. Sikap Kaki
            Petinju berdiri tegak dan meletakkan tungkai berjarak selebar pinggul. Jadi, pinggul tetap berada dibawah tubuh dan membentuk penumpu yang tidak goyah. Kaki kiri berada di depan sejauh kira-kira ¾ panjang kaki, kedudukannnya tepat di bawah tubuh. Dengan demikian, tumit tepat segaris dengan jari kaki kanan. Kedua kaki – terutama perhatikan kaki kanan – sekarang harus diarahkan kepada lawan. Tidak ada kaki yang melintang. Kaki tidak boleh menapak datar pada lantai. Waktu bergerak, tidak boleh dimulai dengan mengangkat seluruh telapak kaki: kita bukan sedang memindahkan karet pengisap, melainkan sedang bertinju dengan kaki yang ringan. Maka petinju berdiri dengan bola kaki (telapak kaki bagian depan) dan jari kedua kaki pada lantai; kedua tumit terangkat; tumit kaki kanan sedikit lebih tinggi.
Gambar 3. Tumit kaki kiri segaris dengan jari kaki kanan
Gambar 4. Kaki kiri di depan sejauh ¾ panjang kaki
C. Tungkai
            Tungkai tidak hanya untuk menjaga keseimbangan dan dapat cepat menyerang atau menghindar dengan meluncur (menggeserkan kaki), tetapi juga untuk turut menentukan kekuatan pukulan.
            Jika tungkai ditempatkan selebar pinggul, maka titik berat tubuh berada tepat di antara kedua tungkai. Dengan begitu, petinju dapat bergerak lebih cepat. Memang kedua tungkai harus dibengkokkan. Lutut lurus kedepan, di atas kaki. Seperti yang telah dibicarakan kaki diarahkan kepada lawan. Tungkai kanan agak lebih membengkok dari tungkai kiri untuk keperluan menyusun pukulan, yang kedua pertiga dari tenaganya dibangun pada tungkai kanan. Baik waktu bediri maupun waktu bergerak, tungkai tetap dibengkokkan sehingga petinju selalu berdiri pada tungkai yang “siap tembak” supaya dapat cepat menghindar dengan meluncurkan kaki dan mengambil alih serangan, tanpa kehilangan keseimbangan.
Gambar 5. Penempatan tungkai
Gambar 6. Titik berat berada di antara kedua tungkai
Gambar 7. Tungkai kanan lebih dibengkokkan dari tungkai kiri
D. Tubuh 
            Adapun fungsi tubuh pada saat bertinju adalah menyalurkan tenaga dari tungkai ke lengan dan sebagainya. Selain itu tubuh juga merupakan faktor penting untuk bergerak. Seperti untuk bertahan , yaitu untuk menghindari dari pukulan. Dengan demikian, sikap tubuh pun harus selalu ditunjukan untuk kepentingan kedua tugas tersebut.
            Juga kedua bahu diarahkan kepada lawan. Tubuh harus sedikit dicondongkan kedepan supaya benar-benar melemparkan tenaga dari tungkai ke depan. Condongnya dimulai pada pinggul dan berakhir pada tulang dada. Dengan kata lain, petinju harus agak membungkuk, membulatkan punggung. Juga penting bahwa bahu tida ditarik. Bahu kanan tetap sedikit rendah dari bahu kiri karena tungkai kanan pun lebih dibengkokkan. Barulah ketika membungkuk ke depan, tenaga diarahkan kepada lawan. Bila tidak, tenaga memang keluar dari tungkai, tetapi batas arah hilang. Kaki, lutut, jantung, dan kepala berda pada satu garis.
Gambar 8. Sikap tubuh
E. Kepala
            Kepala harus tetap tegak di antara kedua bahu, supaya lengan yang melindungi, dengan hanya gerakan ringan di depan atau di samping kepala, dapat ditampilkan ketika menangkis pukulan. Petinju harus sedapat mungkin mendekat dagunya ke dada, ditarik oleh otot leher. Ini pun lagi-lagi melindungi kepala terutama dagu, sebab di sana banyak terdapat titik persimpanagan saraf yang penting.
            Menarik dagu ke belakang sekali-kali jangan dilakukan dengan menarik bahu. Ini menghabiskan banyak energi, sangat statis, dan dengan demikian tidak membantu kelincahan. Akibatnya, pukulan menjadi kaku dan lambat. Bisa terdapat kecenderungan untuk mengangkat lagi dagu. Ini sama sekali tidak boleh dilakukan. Petinju memandang dengan dahi berkerut, seolah-olah melihat melalui bulu-bulu alis.
Gambar 9. Sikap kepala
F. Lengan
            Seperti bagian tubuh lain yang dapat digerakkan, lengan pun memiliki fungsi ganda: menyerang dan mempertahankan. Lengan kiri dan kanan yang dibengkokkan berada setengah di depan dan sekaligus setengah di samping tubuh. Ujung-ujung sikut diarahkan ke dalam dan ke kaki. Lengan kanan lebih bengkok dan lebih ke dalam daripada lengan kiri. Tinju berada sekitar 5cm dari rahang. Bagian dalam lengan sedikit menyentuh tubuh. Dengan begitu, perut, hati, dan bagian samping tubuh terlindung. Lengan kiri berada sedikit di depan, sekitar 5 cm dari tubuh. Tinju kiri sedikit lebih kedepan dari tinju kanan, sekitar 8 cm dari dagu.
            Dalam sikap lengan begini, petinju dapat melindungi bagian-bagian tubuh yang lemah dengan sebaik-baiknya, dan dapat bertahan lama. Ia pun dapat paling mudah mengirim serangan, baik dengan pukulan kiri maupun pukulan kanan.
Gambar 10. Sikap lengan
G. Tinju
            Tinju pun harus santai, tidak lemas, tetapi dibengkokkan, mengepal, tetapi tidak tegang. Baru ketika memukul akan tiba, tinju harus dikepalkan dengan kokoh. Hal ini sulit dilaksanakan: pukulan dimulai dengan kendur, dan tiba pada lawan dalam keadaan padat ditegangkan. Tinju dibuat dengan melengkungkan jari-jari dan sampai ke telapak tangan. Ibu jari pada buku telunjuk dan jari tengah yang kedua, tentu saja di bagian luarnya. Pergelangan dan tinju membentuk satu garis, sangat lurus supaya ketika memukul, tidak terkilir. Jadi, pergelangan tidak boleh goyah. Tinju kiri berada sama tinggi dengan ujung dagu, di sebelah kiri wajah, kira-kira 8 cm dari bahu jauhnya. Tinju kanan di sebelah kanan wajah, lebih dekat ke rahang daripada tinju kiri. Kedua tinju harus berada setinggi dagu.
Gambar 11. Tinju
3. Footwork dan bergerak di dalam ring
            Setiap gerakan menggunakan footwork. Mendekati lawan,bergerak mundur atau ke samping, menghindari serangan, semuanya terjadi dengan atau melalui footwork. Juga di sini kita bertolak pada sikap tinju frontal. Pada setiap kali pindah tempat, sikap dasar itu harus diterapkan lagi.  Ketika maju, kaki kiri dipindhkan 5-10cm ke depan. Kemudian kaki kanan mengikuti dengan jarak yang sama sehingga jarak dasar kembali normal.
            Bergerak ke belakang pada hakikatnya merupakan kebalikan dari bergerak kedepan. Jadi, kaki kanan kebelakang, kemudian kaki kiri. Jarak dasar selalu diterapkan kembali, sementara lutut tetap dibengkokkan dan bobot tubuh dibagi pada kedua tungkai.
Gambar 12. Rangkaian gerakan kaki 
2. Analisis pukulan Hook
Ø  Petinju berdiri dalam sikap dasar pada setengah jarak dari lawan.
Ø  Tinju kiri bertolak dari dagu dan mengarah sedikit ke luar.
Ø   Lengan dibengkokkan 90º, dan dagu berada di belakang bahu lengan yang memukul.
Ø  Waktu memukul, bahu ini ikut sedikit ke depan. Sikut sedikit lebih rendah dari tinju dan bahu. Lengan agak mengarah ke bawah.
Ø  Pada saat tinju mengenai sasaran, petinju sedikit berputar pada pinggangnya, tumit kiri sedikit ke luar dan terangkat dari lantai. Tinju tiba dengan ibu jari di atas, dengan pergelangan lurus dan punggung tangan ke arah lawan.
Ø  Tinju yang memukul tidak boleh lewat di depan wajah sendiri pada saat memukul, tetapi harus tetap berada di depannya.
Ø  Petinju tetap agak condong ke depan (terutama punggung jangan lurus). Tinju kiri di samping kiri wajah dekat ujung dagu, terarah kepada lawan. Lengan bawah berada di samping tubuh.  
            Pada penempatan hook dari tiga perempat jarak, pelaksanaannya sama saja, hanya sekarang kaki kiri melangkah 5 cm sampai 10 cm ke depan. Tibanya pukulan terjadi pada saat kaki depan menyentuh lantai.






Gambar 13. Gerakan dasar pukulan hook
a. Pukulan Hook kiri ke kepala
            Hook kiri dengan langkah masuk, ke kepala. Berputar pada pinggang. Bahu kiri mengikuti pukulan. Tinju kanan tetap di dekat wajah. Kaki depan berputar pada bola kaki, tumit agak ke luar.
Gambar 14. Pukulan hook kiri
b. Pukulan Hook kanan ke kepala
            Kaki kiri melangkah ke kiri depan. Bahu kanan mengikuti pukulan. Tumit kanan sedikit mengarah ke luar. Dagu pada dada, punggung memundar.
Gambar 15. Pukulan hook kanan
c. Pukulan hook kiri ke kepala dan hook kanan ke kepala
            Pada saat tinju kiri bertolak, kaki kiri melangkah ke depan, berputar cepat pada pinggang. Tinju kanan bertolak. Pukulan-pukulan ini harus berturut-turut dengan cepat. Ingat pada pertahanan, terutama menjaga dagu di belakang bahu, dan kedua tinju langsung kembali ke dekat wajah. Juga jangan lupa pada berputar pada kaki saat memberikan hook .
Gambar 16. Hook kiri ke kepala
Gambar 17. Hook kanan ke kepala
4. Analisis dalam Biomekanika
a. Hukum Newton I (Kelembaman)
            Suatu benda akan tetap dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan (dengan arah dan kecepatan yang tetap) kecuali bila benda tersebut dipaksa oleh gaya-gaya mengubah keadaannya. Contoh hukum newton I pada pukulan hook adalah badan akan diam apabila lengan tidak bergerak.
b. Hukum Newton II (Akselerasi)
            Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya yang bekerja, dan berbanding terbalik dengan massa benda itu. Contoh hukum newton II pada pukulan hook adalah pada saat lengan melakukan gerakan memukul.
c. Hukum Newton III (Aksi reaksi)
            Bila dua buah benda berinteraksi, gaya yang diadakan oleh benda yang satu kepada benda yang lain sama besarnya dan berlawan arah. Contoh hukum newton III pada pukulan hook adalah ketika kaki dan badan ikut bergerak pada saat memukul.























BAB III
KESIMPULAN
Olahraga Tinju merupakan salah satu cabang bela diri yang bertanding satu lawan satu untuk melakukan serangan dengan cara memukul memakai tangan yang diberi sarung serta melindungi diri dari pukulan yang diberikan oleh lawan dalam rangkaian pertandingan berinterval tiga menit yang disebut "ronde". Sikap dasar dalam olahraga tinju ada bebearapa bentuk yaitu sikap tinju frontal, sikap kaki, tungkai, tubuh, kepala, lengan, tinju.
Analisis pukulan tinju hook diantaranya petinju berdiri dalam sikap dasar pada setengah jarak dari lawan. Tinju kiri bertolak dari dagu dan mengarah sedikit ke luar. lengan dibengkokkan 90º, dan dagu berada di belakang bahu lengan yang memukul. Waktu memukul, bahu ini ikut sedikit ke depan. Sikut sedikit lebih rendah dari tinju dan bahu. Lengan agak mengarah ke bawah. Pada saat tinju mengenai sasaran, petinju sedikit berputar pada pinggangnya, tumit kiri sedikit ke luar dan terangkat dari lantai. Tinju tiba dengan ibu jari di atas, dengan pergelangan lurus dan punggung tangan ke arah lawan. Tinju yang memukul tidak boleh lewat di depan wajah sendiri pada saat memukul, tetapi harus tetap berada di depannya. Petinju tetap agak condong ke depan (terutama punggung jangan lurus). Tinju kiri di samping kiri wajah dekat ujung dagu, terarah kepada lawan. Lengan bawah berada di samping tubuh.











DAFTAR PUSTAKA
Oudshoorn, J.1998. Tinju:latihan-teknik-taktik. Jakarta: PT. Rosda Jayaputra.

Poundinar  Dheon. Diakses 14 April 2016. Jenis-jenis pukulan dalam boxing
http://dheon-poundinar.blogspot.co.id/2013/11/jenis-jenis-pukulan-dalam-boxing.html/






1 komentar:

  1. agen sabung ayam online terbaik indonesia 2019

    http://bolavita.ultimatefreehost.in/cara-pulihkan-ayam-bangkok-aduan-sakit-goham

    Link Official Bolavita : http://159.89.197.59/
    Telegram : +62812-2222-995
    Wechat : Bolavita
    WA : +62812-2222-995
    Line : cs_bolavita

    BalasHapus