Jumat, 28 Oktober 2016

Pemanduan Bakat Cabang Olahraga Tenis Lapangan


A. Pemanduan Bakat Olahraga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksudkan dengan bakat adalah dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dibawa dari lahir dan dalam Webster’s Encyclopedic Unabridged Dictionary of the English Language dinyatakan sebagai a special natural ability. Pemanduan bakat dapat diartikan sebagai potensi seseorang berprestasi dalam olahraga tertentu, sebab di dalam dirinya terdapat faktor- faktot pendukung yang dapat dikembangkan dan prakondisi yang menunjang keberhasilan dalam cabang olahraga tersebut.
Kemampuan bakat dari setiap individu itu berbeda serta komplesksitasnya yang rumit terutama dalam cabang olahraga peran serta elemen- elemen yang terkait sangat besar sumbangsihnya bagi kemajuan individu tersebut.
Prestasi yang tinggi ditentukakan oleh banyak faktor, diantaranya kualitas pelatih, kualitas program latihan, peralatan dan fasilitas penunjang, dukungan dari pemerintah, sponsor dan orang tua, serta bakat atlet. Prestasi akan tercapai bila pembinaan dilakukan secara intensif, bermutu, dan berkualitas (Tohar,2002). Prestasi yang tinggi merupakan hasil dari rangkaian proses latihan yang dilakukan secara sistematis dan metodis. Program latihan yang sistematis dan metodis apabila tidak ditunjang oleh atlet yang berbakat dalam cabang olahraga tertentu maka prestasi yang akan dicapai oleh atlet tidak akan maksimal. Pembangunan olahraga pada dasarnya merupakan suatu pelaksanaan sistem. Sebagai indikator adalah terwujudnya prestasi olahraga. Prestasi olahraga merupakan perpaduan dari berbagai aspek usaha dan kegiatan yang dicapai melalui sistem pembangunan. Tingkat keberhasilan pembangunan olahraga ini sangat tergantung dengan keefektifan kerja sistem tersebut. Atlet yang berprestasi tidak datang dengan sendirinya. Ada banyak faktor yang ikut serta menjadi pendukung tercapainya prestasi. Faktor internal pemain, meliputi bakat, minat, dan lain-lain.kemudian faktor eksternalnya meliputi manajemen organisasi yang baik,  program pembinaan, pemanfaatan sarana dan prasarana pendukung
Program pengidentifikasian bakat anak usia dini diperlukan sebelum melakukan suatu proses latihan yang berorientasi untuk mencapai prestasi yang tinggi. Proses pengidentifikasian bakat dilakukan untuk menentukan anak berpotensi pada salah satu cabang olahraga, sesuai dengan talent yang dimiliki. Kenyataan yang ada, banyak anak menekuni salah satu cabang olahraga tidak berdasarkan pengidentifikasian bakat. Mereka menekuni salah satu cabang olahraga hanya berdasarkan pengaruh dari lingkungan sekitar, pengaruh teman bermain, dorongan orang tua.
1. Pembibitan
Pembibitan olahraga adalah tahapan penting yang dijadikan sebagai dasar keberhasilan pada pembinaan prestasi olahraga. Artinya, berhasil atau tidaknya sistem pembinaan prestasi olahraga prestasi sangat dipengaruhi oleh proses pembibitan yang dilakukan. Kesalahan dalam melakukan proses pembibitan akan menyebabkan terjadi ketidakpastiannya prestasi atau regenerasi tidak berkelanjutan, bahkan bisa mengakibatkan kegagalan dalam proses pembinaan prestasi olahraga. Sebagai akibatnya, atlet akan mengalami kesulitan dalam upaya meraih prestasi secara optimal.
Kembali lagi kita pada popularitas suatu cabang olahraga. Untuk olahraga yang populer dimata masyarakat mungkin tidak begitu kesulitan dalam mengdentifikasi bakat atlet, karena peminatnyapun cukup banyak. Hal ini berbanding terbalik dengan beberapa cabang olahraga yang tidak populer dikalangan masyarakat.entah karena kelesuan prestasi atau dianggap tidak merakyatnya suatu cabang olahraga tersebut. Bagaimana kita akan memilah-milah atlet mana yang berpeluang untuk mendapatkan prestasi, terkadang justru yang miris mereka hanya asal ambil atlet yang penting mereka memiliki anak latih. Hal seperti ini yang akan menyebabkan melesetnya prediksi prestasi dikemudian hari.
Dalam pengidentifikasian bakat tujuan utama yang diharapkan adalah untuk mengenali dan memilih atlet-atlet yang memiliki kemampuan lebih pada cabang olahraga tertentu, sdangkan tujuan pemanduan bakat adalah untuk memperkirakan seberapa besar bakat seseorang untuk berpeluang dalam menjalani program latihan sehingga mampu mencapai prestasi yang tinggi.
2. Pemanduan Bakat
            Pemanduan bakat merupakan pemantauan dan penyeleksian yang dilakukan pada sejumlah anak dengan tujuan untuk mengetahui/memprediksi kemampuannya di masa yang akan datang. Pemanduan bakat adalah suatu upaya yang dilakukan secara sistemik untuk mengidentifikasi seseorang yang berpotensi dalam olahraga, sehingga diperkirakan seseorang tersebut akan berhasil dalam proses latihan dan dapat meraih prestasi puncak. Pemanduan bakat harus dapat mengakomodasi nilai-nilai pendidikan, moral, dan keterampilan gerak (Nawan, 2012: 7).
Menurut Dwi (2012: 9) proses pemanduan bakat mengandung tiga pengertian, yaitu: identifikasi bakat, seleksi bakat, dan pengembangan bakat. (1) Identifikasi bakat adalah penjaringan terhadap anak dan remaja dengan menggunakan tes-tes jasmani, fisiologis, dan keterampilan tertentu untuk mengidentifikasi potensi-potensi yang dimiliki. (2) Seleksi bakat merupakan penjaringan atlet-atlet muda yang sedang berpartisipasi dalam olahraga yang dilakukan oleh para pelatih berpengalaman dengan menggunakan tes-tes jasmani, fisiologis, dan keterampilan tertentu. Seleksi bakat ini berupaya untuk melakukan identifikasi terhadap atlet yang mempunyai kemungkinan paling berhasil dalam cabang olahraga yang diikutinya. (3) Pengembangan bakat olahraga merupakan proses pemilihan calon atlet pada tahap berikutnya. Pada tahap ini atlet harus diberikan sarana dan prasarana memadai yang memungkinkan atlet dapat mengembangkan potensinya secara penuh. Pemberian sarana dan prasarana ini termasuk di dalamnya kepelatihan yang tepat dan program latihan serta kompetisi yang sejalan dengan dukungan fasilitas, peralatan, dan keilmuan.

a. Identifikasi Bakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksudkan dengan bakat adalah dasar ( kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dibawa dari lahir dan dalam Webster’s Encyclopedic Unabridged Dictionary of the English Language dinyatakan sebagai a special natural ability. Dari pengertian bakat di atas, selanjutnya dapat dikatakan bahwa identifikasi bakar olahraga adalah proses pemberian ciri (karakteristikisasi) terhadap dasar kemampuan yang dibawa dari lahir yang dapat melandasi keterampilan olahraga. Deborah Hoare yang dikutip oleh Setyo Nugroho dalam modulnya menyatakan bahwa pemanduan bakat mengandung tiga pengertian, yaitu : identifikasi bakat, seleksi bakat, dan pengembangan bakat.
Untuk memperjelas perbedaan makna antara ketiga terminologi di atas, berikut ini dikutipkan pandangan Hoare terhadap ketiga terminologi tersebut, Hoare mendefinisikan identifikasi bakat adalah penjaringan terhadap anak dan remaja dengan menggunakan tes – tes jasmani, fisiologis dan keterampilan tertentu untuk mengidentifikasi potensi – potensi yang dimiliki, agar berhasil dalam aktivitas olahraga yang dipilih (keterlibatan dalam aktivitas olahraga sebelumnya tidak merupakan prasyarat bagi identifikasi ini). Sedangkan selesi bakat diartikan dengan penjaringan atlet – atlet muda yang sedang berpartisipasi dalam olahraga yang dilakukan oleh para pelatih berpengalaman dengan menggunakan tes – tes jasmani, fisiologis, dan keterampilan tertentu dalam upaya melakukan identifikasi terhadap atlet yang mempunyai kemungkinan paling berhasil dalam cabang olahraga yang diikutinya.
Untuk mendapatkan calon atlet yang kelak diharapkan dapat meraih prestasi, diperlukan upaya dengan beberapa tahapan. Bompa menyatakan ada beberapa tahapan yang harus diikuti untuk mempersiapkan atlet. Adapun tahapan yang dimaksud adalah : (a) Mencari calon atlet berbakat, (b)  Memilih calon atlet pada usia muda, (c) Memonitor calon atlet tersebut secara terus menerus, (d)Membantu calon atlet agar dapat meraih prestasi puncak. Selama ini hasil observasi menunjukkan bahwa eksistensi atlet selalu berkaitan erat dengan kerja dan waktu yang diinvestasikan para pelatih kepada calon atlet yang memiliki kemampuan alami superior. Dalam pernyataan tersebut tersirat suatu peringatan ataupun arahan supaya potensi, waktu, dan energi yang dimiliki pelatih tidak terbuang tanpa arti dalam proses kepelatihannya, demikian juga dengan diperolehnya hasil berlatih yang jauh dari optimal, maka perlu dilakukan pemilihan calon atlet yang mempunyai kemungkinan paling besar untuk mengembangkan potensinya. Dengan demikian, dapatlah ditarik konklusi bahwa tujuan utama melakukan identifikasi calon atlet adalah untuk mengidentifikasi dan memilih calon atlet yang mempunyai kemampuan terbaik sesuai dengan cabang olahraga yang dipilih.
b. Metode Identifikasi Bakat
Dalam literatur teori latihan dikenal dua metode dasar untuk melakukan seleksi, yaitu; (1) Metode seleksi alamai (natural selection) yaitu, dipertimbangkan sebagai metode dengan pendekatan normal dalam pengembangan potensi atlet. Metode ini berasumsi bahwa atlet yang mengikuti aktivitas olahraga merupakan hasil pengaruh lokal sehingga evolusi prestasi atlet ditentukan atau tergantung pada pilihan yang bersifat alami. Oleh karena itu, evolusi prestasi atlet kerap kali sangat lamban, hal ini disebabkan atlet telah melakukan pilihan cabang olahraga yang tidak tepat baginya. (2) Metode ilmiah (scientific selection). Sedangkan metode seleksi ilmiah merupakan metode pemilihan calon atlet yang dilakukan pelatih terhadap para remaja prospektif didukung dengan bukti – bukti bahwa calon atlet mempuyai kemampuan alami untuk cabang olahraga yang dilatihkan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan untuk meraih prestasi puncak bagi calon atlet yang dipilih secara ilmiah lebih singkat, bila dibandingkan dengan calon atlet yang dipilih melalui metode alami.
Dasar dari sistem pengembangan bakat adalah suatu proses latihan jangka panjang, sistematis, dan berorientasi kepada sasaran. Sebuah prestasi tidak mungkin di dapatkan secara istan, memerlukan waktu yang cukup lama dalam pembinaanya. Sebuah proseslah yang nantinya akan menghantarkan atlet menjadi berprestasi dalam setiap ajang perlombaan. Dengan program yang berstruktur dan sudah direncanakan sematang mungkin atlet akan digiring ke sebuah poros yang nantinya akan membuat mereka siap dan tahu tujuan mereka dibina.  Bakat menampakan dirinya hanya dalam aktivitas praktis. Model struktur dari peningkatan bakat harus diatur sedemikian rupa sehingga ada interaksi antara penilaian latihan dan bakat.
Pemanduan bakat tidak hanya sekedar hanya dibuat tanpa maksud. Pemanduan bakat memiliki tujuan yaitu untuk mengikutsertakan sebanyak mungkin anak-anak dalam proses pemanduan (screening). Tujuan pemanduan bakat adalah; (1) memberikan kesempatan bagi atlet muda berbakat untuk mengembangkan keterampilanolahraga, (2) mengarahkan anak-anak yang berminat pada olahraga terhindar dari cabang olahraga yang tidak sesuai dengan potensi yang diiliki, sehingga apat mengurangi terjadinya cidera, (3) membrikan rangsangan agar anak berpartisipasi dalam olahraga yang sesuai dengan potensi secara berkelanjutan. Kemungkinan untuk menemukan suatu bakat akan meningkat bila lebih banyak anak-anak diikutkan dalam proses pemilihan. Namun jangan terlupakan bahwa kepopuleran suatu cabang olahraga sangat mempengaruhi poses pencarian bibit-bibit atlet. Mungkin akan lebih mudah merekrut bibit atlet bolavoli atau sepakbola dibandingkan mencari bibit atlet senam,tenis lapangan, atau softball. Sebuah promosi yang baik juga akan mempengaruhi calon-calon atlet ini untuk ikut seleksi. Jadi dalam pencarian bibit atlet tidak seharusnya kalau dilakukan asal-asalan.
Bompa (1999: 273) the process of identifying the most talented athletes to involve in an organized training program is one of the most important concerns of contemporary sports. Yang terbaru, hal tersebut juga di kemukakan oleh Cagnio (2008: 345) bahwa identifying the most talent athletes to involve in an organized training program is one of the most important concerns of sport. Mengidentifikasi atlet berbakat untuk terlibat dalam suatu program pelatihan yang diselenggarakan merupakan salah satu masalah yang paling penting dari olahraga. Proses identifikasi atlet berbakat untuk terlibat dalam suatu program pelatihan yang diselenggarakan merupakan masalah yang paling penting dalam bidang olahraga. Tujuan utama identifikasi bakat adalah untuk mengidentifikasi dan memilih para atlet yang memiliki kemampuan dalam bidang olahraga.
Djoko Pekik (2002: 35) mengemukakan keuntungan proses identifikasian bakat sebagai berikut: (1) Mempersingkat waktu pencapaian prestasi, (2) Efisiensi biaya dan tenaga, (3) Meningkatkan daya saing, (4) Meningkatkan rasa percaya diri atlet, (5) Fasilitas penerapan latihan berdasarkan pendekatan ilmiah. Proses pencarian bibit atlet meliputi perencanaan dan penyusunan, perekrutan, konfirmai bakat, pengembangan bakat.
Dalam sebuah perencanaan dan penyusunan didalamnya terdapat identifikasi bakat, seleksi bakat, konfirmasi bakat, dan persiapan pengembangan bakat yang beroreintasi pada pencapaian prestasi yang maksimal. Kemudian alam pengumpulan itelegesi yaitu dengan menganalisis pengalaman masa lalu dan trend masa depan dengan bantuan disiplin ilmu tertentu dengan managemen yang baik pula. Kemuian seleksi bakat sendiri berarti suatu upaya penjaringan atlet-atlet muda yang sedang berpartisipasi alam olahraga tertentu, dilakukan dengan menggunakan tes-tes kemapuan fisik, fisiologis, danpsikologis, dalam upaya melakukan identifikasi terhadap atlet yang mempunyai kemungkinan paling berhasil dalam cabang olahraga yang diiukutinya.
3. Pengembangan Bakat Olahraga
Pengembangan bakat adalah proses pemilihan calon atlet pada tahap berikutknya. Pada tahap ini atlet harus diberikan infrastruktur memadai yang memungkinkan atlet dapat mengembangkan potensinya secara penuh. Pemberian infrastruktur ini termasuk di dalamnya kepelatihan yang tepat dan program latihan serta kompetisi yang sejalan dengan dukungan fasilitas, peralatan dan keilmuan (Hoare D: 1995 dalam modul Setyo Nugroho:165).

B. Olahraga Tenis
Permainan tenis berasal dari negara Yunani, dimana kata tenis berasal dari perkataan Tenne yang berarti “ambil itu” atau main”. Orang Inggris ketika mendengar seruan perintah tenis  yang diucapkan dalam permainan yang bernama “ jeu de paume” mengira bahwa permainan itu bernama tenis. Permainan jeu de paume ini dimainkan dalam sebuah ruangan, dimana cara memainkannya yaitu dengan cara bola tersebut dipukul dengan menggunakan telapak tangan yang diarahkan ke dinding. Permainan yang serupa dijumpai pula di negara Mesir, Persia dan Arab. Perkataan  “ raquet ” dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Arab yaitu  “ rakat”  yang berarti telapak tangan.
Tenis lapangan adalah suatu bentuk olahraga permainan yang dimainkan oleh dua hingga empat orang dalam sebuah lapangan yang berukuran 23.77 m  x 10.97 m. Lapangan tenis ini dibatasi oleh garis-garis dan net yang berukuran 0.91 m. Tenis adalah sebuah permainan olahraga yang menggunakan raket  dan bola yang dimainkan di sebuah lapangan yang dibagi menjadi dua oleh sebuah jaring. Tenis lapangan adalah olahraga yang biasa dimainkan oleh dua pemain (single) atau dua pasangan masing-masing dua pemain (double). Olahraga Tenis lapangan termasuk salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan dalam Olimpiade.
Tujuan utama dari permainan ini adalah memukul bola sejauh-jauhnya dengan menggunakan raket sehingga  bola jatuh ke dalam petak ( lapangan ) lawan dan akibatnya lawan tidak dapat menyentuhnya sama sekali atau pengembalian bola oleh lawan membawa bola keluar dari batas atau menyangkut di net. Dalam permainan tenis ini terdapat berbagai macam jenis pukulan di antaranya : servis, groundstroke  forehand dan backhand, dan juga voli tenis lapangan. Olahraga tenis lapangan adalah cabang olahraga yang mengandalkan kemampuan ekplosif power yaitu gerakan kuat maksimal dan bersifat mendadak. Sehingga unsur-unsur daya tahan, kekuatan, kecepatan, dan fleksibilitas sangat diperlukan di dalam olahraga ini. Kemampuan untuk menjaga kondisi stamina tubuh.
Permaian tenis adalah permainan  yang cukup kompleks selain teknik bermain yang sangat membutuhkan keluwesan, teknik permainan yang cukup sukar, seorang petenis juga harus memiliki stamina yang baik. Tidak jarang atlet mengalami kondisi yang tiba-tiba turun saat berada di dalam pertaningan. Dibutuhkan kerjasama yang baik antara atlet dan pelatih dalam mengantisipasi hal tersebut. Komponen program latihan lebih di arahkan pada komponen teknik, taktik dan strategi serta mental.



C.  Pemanduan Bakat Cabang Olahraga Tenis
Sebuah prestasi membanggakan diperoleh adalah buah proses masalalu. Proses yang dijalankan secara matang akan berdampak pada prestasi yang matang pula tentunya. Pemanduan bakat diharapakan dapat menjadi sebuah media penyalur untuk pencapaian prestasi tersebut.
1. Karakteristik Permainan Tenis
Tenis merupakan salah satu cabang olahraga permainan bola kecil yang membutuhkan penguasaan teknik dasar seperti memukul bola. Dalam permainan tenis, seorang pemain dituntut untuk bisa menggunakan teknik memukul. Tenis bisa dimainkan oleh semua orang atau pemain dengan berbagai ukuran dan bentuk tubuh. Seorang pemain dalam tenis untuk bisa menjadi sukses tidak selalu membutuhkan tubuh yang besar, cepat, dan kuat.
Dalam permainan tenis untuk keterampilan yang baik secara umum pemain tenis harus memiliki kecepatan, kekuatan, dan ketangkasan, di samping faktor kebugaran yang lain seperti komposisi dan ukuran tubuh, kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas, dan sistem cardivasculer. Ada 4 tingkatan komponen mulai dari yang terpenting yang menunjang kualitas skill/kemampuan atlet dalam cabang olahraga tenis yaitu; (a) Koordinasi dan keseimbangan, motivasi dan percaya diri, kemampuan dan teknik, (b) Kecepatan, waktu reaksi, analisis dan kemampuan taktik, penyesuaian diri dalam situasi yang menekan, (c) Ketangkasan, (d) Daya tahan, kekuatan dan power, kelenturan.
2. Kriteria yang Digunakan Untuk Pengidentifikasian Bakat
Kriteria yang digunakan untuk pengidentifikasian bakat dengan menggunakan pendekatan ilmiah menurut Bompa (2004: 329) yaitu: kesehatan, kualitas Biometric, dan Heredity atau keturunan.
a) Aspek Kesehatan
Kesehatan salah satu komponen yang sangat penting dalam mendukung aktifitas jasmani seseorang. Pemeriksaan kesehatan secara fisik meliputi kesehatan secara umum, ada tidaknya penyakit, pertumbuhan badan, ada tidaknya gangguan pada mata, ada tidaknya gangguan pendengaran, ada tidaknya gangguan pada sistem pernafasan, paru jantung dengan tes EKG dan tekanan darah, pemeriksaaan organ dalam (hati, limfe, ginjal), sistem neuromusacular.
b) Kualitas Biometric
Pengukuran anthropometri sangat penting untuk dilakukan, seperti pengukuran berat badan, tinggi badan, panjang lengan dan ukuran biacromial, pengukuran lemak. kriteria atlet berbakat dalam cabang olahraga tenis adalah sebagai berikut: tinggi badan, panjang lengan dan ukuran biacromial lebar, kapasitas anaerobik dan aerobik, daya tahan mengatasi kelelahan dan stres, inteligensi. Cabang olahraga tenis sebetulnya tidak begitu disulitkan dengan standar tinggi badan. Wajarnya adalah yang memiliki tinggi dan berat badan porposional.
Faktor kemampuan biomotor juga merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pengidentifikasian bakat. Biomotor utama yang perlu diketahui saat pengidentifikasian bakat yaitu, kekuatan, dayatahan, kecepatan, koordinasi, dan fleksibilitas. Daya tahan,kecepatan akasi-reaksi, cardiorespirasi dan kelentukan merupakan biomotor penting dalam permainan tenis. Hubungan kemampuan biomotorik adalah terhadap kinerja atlet dalam menampilkan gerakan teknik. Kekuatan dan kecepatan sangat dibutuhkan dalam cabang olahraga tenis. Teknik servis dan smash memerlukan kedua komponen biomotor tersebut yang dirangkai menjadi satu sehingga menghasilkan power. Apabila kekuatan atlet besar dan kecepatan atlet tinggi maka akan menghasilkan power yang besar. Untuk mempertahankan kerja ini dalam waktu yang lama maka harus didukukng oleh daya tahan yang baik. Fleksibilitas dan koordinasi sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan semua teknik dalam cabang olahraga tenis.
c) Heredity atau keturunan
Ø Aspek fisiologi
Komponen yang berhubungan dengan fisiologi yang perlu di tes untuk pengidentifikasi bakat anak usia dini seperti kemampuan aerobik da anaerobik (paru-jantung), saraf, jenis otot, fungsi organ-organ dalam, fungsi indera. Atlet cabang olahraga bolavoli harus memiliki tipe otot cepat (otot putih atau fast twist), daya tahan paru jantung yang baik (aerobik dan anaerobik), saraf yang tipe penghantaran impulsnya cepat, fungsi indera dan sistem organ dalam yang normal.
Ø Aspek psikologi
Dalam proses pembinaan olahraga untuk prestasi ada beberapa komponen yang harus dilatihkan yaitu fisik, teknik, taktik dan mental. Pada komponen mental ini merupakan salah satu gejala psikologis yang pasti dimiliki oleh atlet. Untuk mengetahui seberapa besar aspek psikologis ini maka dapat dilakukan tes seperti: tes inteligensi, tes motivasi, tes minat, tes kemandirian, tes kemampuan adaptasi. Atlet harus mempunyai kualitas mental atau psikologis yang handal untuk dapat mencapai prestasi optimal. Keberhasilan atlet saat tampil  dalam pertandingan sangat ditentukan sekali oleh kualitas mentalnya. Dalam tes psikologi ini harus dilakukan oleh orang yang memang kompeten dalam bidang psikologi, yaitu seorang psikolog olahraga.
d) Mental Talent
              Menurut Rob Meurs, menjelaskan bahwa mental talent membagi menjadi 3 hal yang berbeda-beda, pertama yang paling sering dilihat adalah work ethic (etos kerja), toughness, work habits. Kedua seberapa besar seorang pemain menerima dan merespon kejadian, sebagai contoh, bagaimana seorang pemain tersebut menyikapi kemenangan/kekalahan, saat teman satu tim marah, saat pelatih memarahi, saat wasit mengambil keputusan tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Dan yang ketiga seberapa besar keinginan untuk menang.
3. Identifikasi Awal
Menurut Jim Brown (2001:229) tidak ada formula khusus untuk mencari atlet yang memiliki peluang prestasi. “but there are characteristic that many expert can identify in young players who go on to reach higher leves of the game”. Banyak orang berkompeten di dalamnya dapat melihat bahwa ada karakteristik mengidentifikasi pemain muda yang bergabung untuk mencapai leves lebih tinggi dari permainan.
Tidak ada rumus yang bisa memprediksi kapan atau apakah prospek yang menarik yang akan menjadikan pemain yang luar biasa. Tapi ada karakteristik yang banyak didapat dari pemanduan bakat tenis lapangan. Mengidentifikasi pemain muda untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi dari sebuah permainan . Koordinasi tangan-mata adalah denominator umum dan utama dalam olahraga yang membutuhkan keterampilan yang dipelajari .
Keterampilan rendah, kualitas fisik lainnya bahwa pemain yang luar biasa mungkin menunjukkan pada usia yang cukup dini kecepatan dan kelincahan Bobby McKee, pelatih tenis di Presbyter rian College, mencari apa yang dia sebut keterampilan tubuh bagian bawah seperti keseimbangan dan reaksi cepat dengan kaki. Anak-anak yang menunjukkan kecepatan dalam mendapatkan bola memiliki keuntungan lebih dari pemain rata-rata. Kecepatan adalah aset yang pnting yang harus d miliki seorang petenis. Kemampuan untuk mengambil dua atau tiga langkah cepat, mengubah arah, dan mengurangi kecepatan sebelum membuat kontak dengan jaminan tersebut merupakan indikasi bakat khusus. Mungkin ada dari awal, mungkin akan dikembangkan dengan usia yang muda, dan dapat ditingkatkan dengan intruksi dari pelatih
Pengukuran sebuah kekuatan akan menjadi penting untuk kebutuhan fisik.. Petenis semakin besar dan kuat, dan permainan telah berubah untuk mengakomodasi para pemain. Tapi dalam usia 12 kebawah usia kelompok, ukuran dan kekuatan tidak selalu prediktor keberhasilan nantinya dalam mendapatkan prestasi. Seiringnya waktu sebuah masih dapat berubah-ubah.
Peningkatan jumlah perhatian yang diberikan kepada olahraga, dan pemain tenis yang luar biasa, biasanya memiliki tingkat prestasi yang besar. Kata Greg menggemukkan, pelatih nasional untuk Tennis Program Pembangunan SMP USA, “pemain besar memiliki mata yang besar dan visi yang luar biasa untuk berprestasi. Mereka tampaknya melihat bola datang dari racketbetter lawan daripada yang lain . Mereka melihat seluruh pengadilan dan tahu di mana untuk menjadi dan di mana untuk memukul lebih baik dari pemain yang lebih rendah”.
The Asosiasi Tenis Amerika Serikat telah mengembangkan serangkaian tes fisik untuk pemain junior. Sementara tak satu pun dari tes ini dapat memprediksi kesuksesan di masa mendatang, mereka menyediakan metode membandingkan hasil dari para pemain untuk para pemain elit pada usia yang sama. Tes ini diberikan kepada ribuan junior diundang untuk pusat pelatihan daerah . Halaman-halaman berikut ini memberikan petunjuk untuk mengelola sembilan orang tes dan skor pada ke-20, ke-50 . Ke-70, dan persentil ke-90 level. (Brown, 2001: 229-230)
Prestasi merupakan usaha yang panjang dalam pelaksanaannya, sehingga perlu sistem yang baik dan berkelanjutan. Pembinaan prestasi olahraga memerlukan pembagian yang jelas tentang usia dan materi latihan disesuaikan dengan karakter dari cabang olahraga masing-masing.
Menurut Ria Lumintuarso (2009) Pembinaan prestasi olahraga pada umumnya memiliki tahapan latihan jangka panjang sebagai berikut :
1.   Tahap I Gerak Dasar (Usia : 7 – 11 tahun)
Materi Latihan :
a.    Dasar Jalan, lari, lompat dan lempar (ABCs Running)/
b.   Dasar Menangkap, Memukul dan Menendang (CKS).
c.    Perasaan Gerak, Meluncur, daya Apung, Memukul/Menendang (KGBs).
d.   Kelincahan, Koordinasi, Keseimbangan dan Kecepatan (ABCs).
2.   Tahap II Multi Sport (Usia : 11- 13 Tahun)
Materi Latihan :
a.    Kunci keterampilan dasar- motor learning – kesempatan bergerak
b.   Kalau keterampilan dasar tidak diberikan pada tahap ini, mungkin anak tidak
c.    Pernah menemukan bakat olahraganya.
d.   Menghaluskan dan menyempurnakan literatur fisik.
3.   Tahap III Pengembangan Olahraga (Usia : 13 – 15 Tahun)
Materi Latihan :
a.    Penyesuaian gerak terhadap pertumbuhan fisik.
b.   Pengembangan pada gerak dasar cabang olahraga secara umum/menyeluruh.
4.   Tahap IV Spesialisasi (Usia : 16 – 19)
Materi Latihan :
a.    Latihan pada salahsatu cabang tertentu
1)   Mulai dengan program individual (tidak lagi kelompok yang bersama-sama).
2)   Berlatih untuk bertanding pada situasi yang berbeda.
5.   Tahap V Prestasi Tinggi (Usia : 20 - 28 Tahun)
Materi Latihan :
a.    Latihan untuk prestasi.
b.   Intensitas tinggi dengan perencanaan.
c.    Latihan individual penuh, kompetisi, regenerasi, persiapan mental.
4. Komponen Kondisi Fisik Pemain Tenis
Menurut Sukadiyanto (2002:38) bahwa komponen kondisi fisik yang diperlukan di dalam olahraga tenis lapangan adalah: daya tahan, kekuatan, kecapatan, fleksibilitas. Khusus untuk fleksibilitas terdapat dua jenis yaitu kelentukan pada persendian sedangkan kelenturan adalah elastisitas otot. Menurut Harsono (1988:163) bahwa dengan fleksibilitas yang baik tubuh dapat bergerak dengan efektif dan efisien dan koordinasi sedangkan otot-otot yang terlibat di dalam pelaksanaan teknik gerak tenis lapangan.
Otot-otot yang diperlukan seorang petenis adalah otot gastrocnemius, otot quadricep, otot obliques, otot deltoideus, otot pectoralis, otot bicep, otot seratus anterior, otot romboideus, otot trapezius
Gambar 1: Otot yang bekerja saat melakukan pukulan
Menurut Kusworo (2012) Untuk melatih suatu otot sangat diperlukan tujuan (target) yang akan dicapai dari proses latihan tersebut, tujuan melatih suatu otot adalah:  Prestasi: kekuatan, daya tahan, kecepatan, fleksibilitas, koordinasi (komponen fisik), Fleksibilitas sendiri terbagi dua, jika sasaran yang dituju adalah otot maka namanyakelenturan namun jika sasaran yang dituju adalah sendi maka namanya adalah kelentukan  Kebugaran : otot tidak mudah lelah yaitu: tidak menimbulkan efek negative(performa tidak maksimal dan optimal) contohnya mudah kram, pegal-pegal serta otot tidak mudah cedera atau dengan kata lain adalah kesegaran jasmani yang baik.
Sebagai seorang petenis, memiliki volume otot yang besar tidak disarankan. Menurut Donald A (1996:1) otot yang besar sekali akan membuat anda menjadi lamban dan menghambat dayatahan. Seorang binaragawan yang memiliki otot yang besar memang kuat, aan tetapi dalam melakukan gerak cenderung lamban. Tenis membutuhkan kecepatan aksi reaksi yang tinggi, oleh karena itu akan kurang menguntungkan apabila artlet tenis memiliki otot yang besar.
5. Karakteristik Psikologi Pemain Tenis
Karakteristik emosional juga dapat mulai relatif muncul  awal, meskipun mereka tidak selalu melakukan kesalahan atau emosi yang memuncak. Patten mengatakan hal pertama yang dicari rasa kekanak-kanakan dalam proses bermain. “Pemain besar meninggalkan diri untuk bermain olahraga. Bahkan jika mereka tidak memiliki bakat fisik yang besar, dan mereka memiliki kemampuan untuk bersaing untuk mewujudkan atau membedakan mereka dari pemain lain”.
Nick Saviano, direktur USA Tenis pendidikan pelatihan, mengatakan bahwa salah satu hal yang menonjol jauh dan di atas segalanya dalam memprediksi kesuksesan. “Indikator terbaik untuk sukses di masa depan adalah cinta olahraga. Pemain yang mencintai olahraga memiliki sesuatu untuk menahan mereka dalam manfaat yang positif ketika segala sesuatu tidak berjalan dengan baik. Ketika diberi kesempatan  akan melaksanakan dengan baik dan sungguh-sungguh”.
Sebuah indikasi bahwa Anda memiliki anak atau pelatih pemain yang tidak mencintai permainan tenis lapangan adalah salah satu yang hanya bermain atau mempraktikkan. MacCurdy berpikir ini telah menjadi masalah serius selama 15 tahun terakhir. pemain tenis lapangan datang dalam lima hari seminggu dan hits bola dalam mode terorganisir. Konsep ini telah diambil banyak pertandingan praktek dan dari pengalaman pola dalam pertandingan tenis. Tampaknya ada banyak kompetisi dalam mengahadapi emosional yang baik berkembang pada persaingan dan mencari peluang kompetitif yang menantang”.
Dick Gould , pelatih legendaris di Stanford, menambah wawasan ini ke cotnpetitiveness dan dorongan di antara pemain berbakat : “mereka benci kalah, mereka sangat berdedikasi, mereka bekerja keras, mereka menggunakan waktu mereka dengan baik, dan mereka tangguh. Mereka tidak memikirkan kerugian terlalu lama, tetapi mampu bangkit kembali cukup cepat. Menang atau kalah, mereka ingin bermain lagi
Henry Talbert adalah direktur Itive bagian Southern California Asosiasi Tenis Amerika Serikat dan salah satu yang paling berpengaruh pada bakat di negara amerika dan mengidentifikasi tiga karakteristik pada pemain muda yang menunjukkan khusus bakat tenis lapangan:
1.   Jumlah dan berbagai program kompetitif mereka berpartisipasi masuk
     “Ada beberapa pemain yang benar-benar mendaftar di setiap program yang kami tawarkan . Mereka memiliki rasa lapar untuk kompetisi dan bermain”.
2.   Seberapa baik mereka dapat memahami dan menguasai nuansa tertentu dalam melakukan pukulan.
     “Dalam mereka mencoba kedua atau ketiga kali, mereka dapat mengeksekusi stroke (pukulan) tertentu beberapa minggu. Seperti Williams bersaudara, mereka hanya melompat pada segala sesuatu”.
3.   Seberapa baik mereka bereaksi terhadap orang tua mereka dan penangan lain di sekitar mereka .
     “Secara umum, mereka tidak murung dan mereka bergaul dengan orang-orang. Mereka tampaknya berkembang di bawah orang-orang yang mendorong mereka atau diberi motivasi. (Brown, 2001: 238-239)
6. Instrumen Pemanduan Bakat Dalam Olahraga Tenis
Instrumen pemanduan bakat merupakan suatu perangkat yang digunakan dalam proses pemanduan bakat sebagai upaya untuk membantu pemandu bakat maupun pelatih melakukan proses identifikasi/seleksi sehingga diperoleh calon atlet yang berbakat pada bidang yang dinginkan. Perangkat ini bisa dalam bentuk tes yang memang dirancang secara umum maupun khusus disesuaikan dengan cabang olahraga yang akan diikuti.
Dalam pelaksanaan tes pemanduan bakat, instrumen yang digunakan bisa mencakup secara umum bakat calon atlet maupun secara khusus melakukan penyeleksian bakat berdasarkan spesialisasi cabang yang akan ditekuni. Ada banyak model tes yang bisa digunakan berdasarkan karakter pada tiap cabang olahraga. Untuk cabang olahraga tenis beberapa model tes bisa digunakan seperti tes Sit And Reach, Tes Sit Up, Tes Push Up, Tes Vertical Jump, Tes 20-Yeard Dash, Hexagn Test, Side Suffel, Dan Spider Test untuk olahraga tenis.
a.   Tes Sit Up And Reach
Cara melakukannya:
1.   Duduk di lantai dengan lutut selonjor dan kaki datar.
2.   Tolok ukur antara kaki dan sejajar dengan mereka sehingga tanda 15-inch ini  bahkan dengan bagian bawah tumit.
3.   Ada seseorang memegang lutut di tempat.
4.   Bersandar ke depan, lengan lurus, dan tangan bersama-sama sehingga jari telunjuk yang menyentuh



Girls
12 and under
Percentile
Boys
12 and under
.9-1.5
2.6-3.3
3.9-4.7
6.1-7.4
20%
50%
70%
90%
-2.0-1.5
1.1-1.5
2.1-2.5
3.1-3.9
14 and under
Percentile
14 and under
1.1-2.0
3.8-4.5
5.1-6.0
7.1-8.5
20%
50%
70%
90%
-3.4-1.5
13-2.0
2.6-3.5
4.6-5.0
Girls
16 and under
Percentile
Boys
16 and under
2.1-3.0
20%
-1.9-.5
4.8-5.1
50%
1.6-2.0
6.1-7.0
70%
3.1-4.0
8.2-9.2
90%
5.1-6.0

b.   Vertical Jump (Lompat Tegak)
Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak power otot tungkai. Atlet yang akan melakukan tes melakukan lompatan ke arah vertikal secara maksimal, kemudian diukur raihan jangkauan tangan tertinggi. Alat yang digunakan bisa secara sederhana maupun menggunakan digital jump. Beberapa posisi seperti fielders membutuhkan daya ledak otot yang baik untuk melakukan antisipasi pada bola hasil pukulan. cara melakukannya:
1.   Berdiri menghadap dinding, tangan bersama-sama, dan jari telunjuk menyentuh tembok.
2.   Rentangkan kedua lengan setinggi mungkin dan menandai tempat.
3.   Pasang tolok ukur untuk dinding ke atas dari titik tertinggi tercapai.
4.   Tekuk lutut sebelum melompat, tapi tidak mengambil langkah.
5.   Dengan kapur di ujung jari, putar dengan sisi ke dinding, kemudian melompat dan menyentuh tolok ukur pada titik tertinggi.
6.   Catat jumlah inci antara jangkauan berdiri dan titik tertinggi dari lompat.
Tabel. Skala perbandingan hasil lompat tegak
Rating
Males (inches)
Males (cm)
Females (inches)
Females (cm)
Excellent
>28
>70
>24
>60
Very good
24 – 28
61 – 70
20 – 24
51 – 60
Above average
20 – 24
51 – 60
16 – 20
41 – 50
Average
16 – 20
41 – 50
12 – 16
31 – 40
Below average
12 – 16
31 – 40
8 – 12
21 – 30
Poor
< 12
< 30
< 8
< 20

c.    20 Yard Shuttle (Lari Bolak Balik dalam jarak 20 Yard)
Tes ini dilakukan dengan cara pemain melakukan gerakan secara lateral untuk mengukur kelincahan seorang atlet terutama pada kontrol tubuh dan perubahan arah. Untuk atlet yang memperoleh hasil terbaik dapat diposisikan pada area infielder seperti shortstop, dan penjaga base satu, dua, dan tiga. Untuk pemain pro paling tidak dapat memperoleh skor shuttle 5-10-5. cara melakukannya:
1.   Lari jarak 20 meter sepanjang sisi lapangan tenis (baseline ke saluran layanan yang berlawanan).
2.   Recorder berdiri di garis finish, satu lengan terangkat.
3.   Perintah, "Ready, Go," yang diberikan dan tangan turun pada "Go."
4.   Menggunakan stopwatch, mencatat tercepat dari tiga uji waktu. (Brown, 2001: 231-234).
d.   Hexagonal tes
Tes ini bertujuan untuk mengukur kelincahan atlet dan untuk memonitor perkembangan kelincahan atlet. Dalam tes ini, diperlukan 66 cm kotak hexagon dengan 6 sudut dibuat diatas lantai, stopwatch dan seorang asisten.
Prosedur pelaksanaan:
  Setiap garis kotak hexagon diberi label A, B, C, D, E dan F
  Atlet berdiri dititik tengah kotak hexagon menghadap garis A.
  Pada aba-aba “go”, atlet melompat melewati garis B dan kembali ke titik tengah, kemudian melompat melewati garis C dan kembali ke titik tengah, dan seterusnya terakhir ke garis A dan kembali ke titik tengah.
  Rute dari garis B – C – D – E – F – A kembali ke titik tengah dianggap 1 sirkuit.
  Atlet harus menyelesaikan secepat mungkin sebanyak 3 sirkuit dalam 1 x tes.
  Asisten mencatat waktu yang dicapai.
  Tes dilakukan sebanyak 2 x dengan interval istirahat 1 menit.
  Tentukan nilai rata-rata waktu dari 2 x tes.
   Hasil nilai rata-rata tersebut dicocokkan dengan tabel Hexagonal Obstacle Agility test.
Girls 12 and under
Percentil
Boys 12 and under
13.80-14.90
20 %
15.30-16.30
12.70-13.90
50%
13.20-13.60
11.40-11.90
70%
12.20-12.50
10.50-10.80
90%
10.70-11.50
Girls 14 and under
Percentil
14 and under
13.50-13.90
20%
13.80-14.60
12.00-12.40
50%
12.50-12.80
11.20-11.50
70%
11.60-11.90
10.10-10.60
90%
10.40-11.00
Girls 16 and under
Percentile
Boys and under
12.70-13.20
20 %
13.10-14.20
11.70-11.90
50%
11.80-12.00
10.80-11.30
70%
11.10-11.30
10.00-10.40
90%
10.10-10.40
7. Upaya Dan Hambatan Pemanduan Bakat Dalam Olahraga Tenis
Bahkan mengingat ketidakpastian pengembangan pemain, tenis adalah olahraga yang membuktikan diri pada setiap tingkat merupakan indikasi bakat khusus. Aturan praktis, menurut  MacCurdy tenis adalah untuk menjadi sukses di setiap tingkat sebelum pindah ke yang berikutnya. Venus dan Serena Williams pengecualian. Tidak ada yang salah dengan 14 tahun yang berada di peringkat nomor 20 di negara ini memainkan sesekali turnamen atau bahkan acara sateffite tipe .
Carilah tingkat perbaikan. Bakat memiliki cara meledak di beberapa titik di banyak pemain. Satu pemain junior top B Amerika melewati periode lima bulan di mana permainannya mungkin meningkat sebanyak 50 persen. Orang-orang macam melompat yang mengesankan. Boris Becker adalah seperti salah satu pemain tenis lapangan Jerman. Dia bukan pemain junior yang sangat baik di Jerman. Kemudian ia menjadi junior terbaik di Eropa. Selanjutnya, ia memenangkan tunggal putra senapan di Wimbledon . Semua ini terjadi dalam jangka waktu sekitar dua tahun .
Komunitas tenis hidup dengan peringkat dan hasil turnamen. Untuk pemain 10 sampai 14, peringkat digunakan untuk menentukan siapa isinvited to USA Player Pembangunan Pusat Pelatihan. Beberapa pemain yang diidentifikasi memiliki potensi luar biasa juga diundang. Sekitar 120 pusat tersebar di seluruh sesi pelatihan negara diadakan beberapa kali dalam setahun dan digunakan untuk lebih mengembangkan keterampilan mereka selected. At next talent level itu, 12 pelatih daerah dan bekerja dengan top 15 pemain ( di bawah usia 14 dan 15 ) di setiap bagian . Jika pelatih berpikir atlit atau atlit yang pelatih latih memiliki bakat luar biasa, hubungi kantor USTA di negara bagian atau bagian untuk standar kualifikasi .
Untuk Pelatih, Orang Tua, Profesional Teaching, dan Pemain Ajarkan permainan untuk menegndalikan emosional dan karakteristik permainan, bahkan jika pemain terlalu muda untuk mengembangkan servis kuat, pukulan, dan smash, atau terlalu konsisten untuk selalu bermain baik. Cepat atau lambat, pertumbuhan pemain akan mengejar keterampilan nya.
Mengembangkan servis kedua. Kata Dick Gould, “Perbedaan terbesar antara pro dan pemain perguruan tinggi adalah efektivitas kedua melayani”. Perbedaan itu ifiters turun ke tingkat yang lebih rendah dari permainan.
Memungkinkan pemain untuk menikmati permainan. Bersenang-senang dengan permainan. Pada akhirnya, pemain tenis harus melakukan sesuai dengan keinginan dan karakter masing-masing, bukan dari orang tua, pelatih, atau masyarakat. Jika seseorang tidak menikmati permainan, ia harus berhenti bermain dan istirahat, bahkan jika istirahat berlangsung sangat lama untuk mengembalikan keingina  dalam bermain. (Brown, 2001: 239)




















BAB III
KESIMPULAN

Pemanduan bakat adalah suatu upaya yang dilakukan secara sistemik untuk mengidentifikasi seseorang yang berpotensi dalam olahraga, sehingga diperkirakan seseorang tersebut akan berhasil dalam proses latihan dan dapat meraih prestasi puncak. Proses pemanduan bakat mengandung tiga pengertian, yaitu: identifikasi bakat, seleksi bakat, dan pengembangan bakat.
Olahraga tenis lapangan adalah cabang olahraga yang mengandalkan kemampuan ekplosif power yaitu gerakan kuat maksimal dan bersifat mendadak. Sehingga unsur-unsur daya tahan, kekuatan, kecepatan, dan fleksibilitas sangat diperlukan di dalam olahraga ini. Kemampuan untuk menjaga kondisi stamina tubuh.
Dalam permainan tenis ini terdapat berbagai macam jenis pukulan di antaranya : servis, groundstroke  forehand dan backhand, dan juga voli tenis lapangan.
            Proses yang dijalankan secara matang akan berdampak pada prestasi yang matang pula tentunya. Pemanduan bakat diharapakan dapat menjadi sebuah media penyalur untuk pencapaian prestasi tersebut. Adapun proses pemanduan bakat dalam olahraga tenis yaitu karakteristik permainan tenis, kriteria yang digunakan untuk pengidentifikasian bakat, identifikasi awal, komponen kondisi fisik pemain tenis, karakteristik psikologi pemain tenis, instrumen pemanduan bakat dalam olahraga tenis, serta upaya dan hambatan pemanduan bakat dalam olahraga tenis. Untuk dapat mengetahui apakah seorang atlet berbakat atau tidak dalam cabang olahraga tenis maka dapat dilakasanakan berbabgai macam tes bakat atau keterampilan baik sebelum memasuki tahap spesialisasi maupun dalam proses penentuan keahlian/posisi di cabang olahraga tenis. Contoh tes yang digunakan seperti tes Sit And Reach, Tes Sit Up, Tes Push Up, Tes Vertical Jump, Tes 20-Yeard Dash, Hexagn Test, Side Suffel, Dan Spider Test untuk mengetahui kematangan mental dan pengetahuan pemain dalam olahraga tenis
DAFTAR PUSTAKA

Bompa, Tudor O. (1999). Periodization: theory and methodology of training, 4th edition. Champaign, Illinois: Human Kinetics.

Brown, Jim. (2001). Sports talented. how to identify and develop outstanding athletes. Champaign, II: Human kinetics.

Di Cagnio, A., et.al. (2008). Leaping ability and body composition in rhythmic gymnasts for talent identification. Journal of Sports Medicine and Physical Fitness, 48 (3), 341-346.

Djoko Pekik Irianto. (2002). Dasar kepelatihan. Yogyakarta: UNY.

Donald A. Chu.(1996). Tenis Tenaga. Jakarta Utara. Raja  Grafindo persada.

Dwi Santoso. (2012). Identifikasi dan pengembangan bakat olahraga. Pacitan: STKIP PGRI

Kusworo : Pembinaan Kondisi Fisik Atlet Tenis Lapangan Jurnal Health & Sport, Volume 5, Nomor 3, Agustus 2012
Lumintuarso, Ria. (2009). Pembinaann prestasi olahraga. Diunduh  tanggal 5 Maret 2014 dari http://ria luminturso.com/2009/08/pembinaan-prestasiolahraga.html.
Nawan Primasoni. (2012). Pemantauan pemanduan bakat olahraga cabang sepakbola untuk anak-anak selabora FIK UNY tahun 2012. Yogyakarta: FIK UNY.
Sukadiyanto (2002) Metodologi Pembentukan Kondisi Fisik Petenis. Yogyakarta: FIK UNY
Tohar. 2002. Ilmu Kepelatihan Lanjut. Semarang: PKLO FIK UNNES.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar