A.
Pemanduan Bakat Olahraga
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksudkan dengan bakat adalah dasar (kepandaian,
sifat, dan pembawaan) yang dibawa dari lahir dan dalam Webster’s
Encyclopedic Unabridged Dictionary of the English Language dinyatakan
sebagai a special natural ability. Pemanduan bakat dapat diartikan sebagai potensi seseorang
berprestasi dalam olahraga tertentu, sebab di dalam dirinya terdapat
faktor- faktot pendukung yang dapat dikembangkan dan prakondisi yang
menunjang keberhasilan dalam cabang olahraga tersebut.
Kemampuan bakat dari setiap individu
itu berbeda serta komplesksitasnya yang rumit terutama dalam cabang olahraga
peran serta elemen- elemen yang terkait sangat besar sumbangsihnya bagi
kemajuan individu tersebut.
Prestasi yang tinggi ditentukakan oleh banyak faktor,
diantaranya kualitas pelatih, kualitas program latihan, peralatan dan fasilitas
penunjang, dukungan dari pemerintah, sponsor dan orang tua, serta bakat atlet. Prestasi akan tercapai bila pembinaan
dilakukan secara intensif, bermutu, dan berkualitas (Tohar,2002). Prestasi
yang tinggi merupakan hasil dari rangkaian proses latihan yang dilakukan secara
sistematis dan metodis. Program latihan yang sistematis dan metodis apabila
tidak ditunjang oleh atlet yang berbakat dalam cabang olahraga tertentu maka
prestasi yang akan dicapai oleh atlet tidak akan maksimal. Pembangunan olahraga pada dasarnya merupakan
suatu pelaksanaan sistem. Sebagai indikator adalah terwujudnya prestasi
olahraga. Prestasi olahraga merupakan perpaduan dari berbagai aspek usaha dan
kegiatan yang dicapai melalui sistem pembangunan. Tingkat keberhasilan pembangunan olahraga ini sangat tergantung dengan
keefektifan kerja sistem tersebut. Atlet yang berprestasi tidak datang dengan
sendirinya. Ada banyak faktor yang ikut serta menjadi pendukung tercapainya
prestasi. Faktor internal pemain, meliputi bakat, minat, dan lain-lain.kemudian
faktor eksternalnya meliputi manajemen organisasi yang baik, program pembinaan, pemanfaatan sarana dan
prasarana pendukung
Program pengidentifikasian bakat anak usia dini
diperlukan sebelum melakukan suatu proses latihan yang berorientasi untuk
mencapai prestasi yang tinggi. Proses pengidentifikasian bakat dilakukan untuk menentukan
anak berpotensi pada salah satu cabang olahraga, sesuai dengan talent yang
dimiliki. Kenyataan yang ada, banyak anak menekuni salah satu cabang olahraga
tidak berdasarkan pengidentifikasian bakat. Mereka menekuni salah satu cabang
olahraga hanya berdasarkan pengaruh dari lingkungan sekitar, pengaruh teman
bermain, dorongan orang tua.
1. Pembibitan
Pembibitan olahraga adalah
tahapan penting yang dijadikan sebagai dasar keberhasilan pada pembinaan
prestasi olahraga. Artinya, berhasil atau tidaknya sistem
pembinaan prestasi olahraga prestasi sangat dipengaruhi oleh proses pembibitan
yang dilakukan. Kesalahan dalam melakukan proses pembibitan akan menyebabkan
terjadi ketidakpastiannya prestasi atau regenerasi tidak berkelanjutan, bahkan
bisa mengakibatkan kegagalan dalam proses pembinaan prestasi olahraga. Sebagai
akibatnya, atlet akan mengalami kesulitan dalam upaya meraih prestasi secara
optimal.
Kembali lagi kita pada popularitas suatu cabang olahraga.
Untuk olahraga yang populer dimata masyarakat mungkin tidak begitu kesulitan
dalam mengdentifikasi bakat atlet, karena peminatnyapun cukup banyak. Hal ini
berbanding terbalik dengan beberapa cabang olahraga yang tidak populer
dikalangan masyarakat.entah karena kelesuan prestasi atau dianggap tidak merakyatnya
suatu cabang olahraga tersebut. Bagaimana kita akan memilah-milah atlet mana
yang berpeluang untuk mendapatkan prestasi, terkadang justru yang miris mereka
hanya asal ambil atlet yang penting mereka memiliki anak latih. Hal seperti ini
yang akan menyebabkan melesetnya prediksi prestasi dikemudian hari.
Dalam pengidentifikasian bakat tujuan utama yang
diharapkan adalah untuk mengenali dan memilih atlet-atlet yang memiliki
kemampuan lebih pada cabang olahraga tertentu, sdangkan tujuan pemanduan bakat
adalah untuk memperkirakan seberapa besar bakat seseorang untuk berpeluang
dalam menjalani program latihan sehingga mampu mencapai prestasi yang tinggi.
2. Pemanduan Bakat
Pemanduan bakat merupakan
pemantauan dan penyeleksian yang dilakukan pada sejumlah anak dengan tujuan
untuk mengetahui/memprediksi kemampuannya di masa yang akan datang. Pemanduan
bakat adalah suatu upaya yang dilakukan secara sistemik untuk mengidentifikasi
seseorang yang berpotensi dalam olahraga, sehingga diperkirakan seseorang
tersebut akan berhasil dalam proses latihan dan dapat meraih prestasi puncak.
Pemanduan bakat harus dapat mengakomodasi nilai-nilai pendidikan, moral, dan
keterampilan gerak (Nawan, 2012: 7).
Menurut Dwi (2012: 9) proses pemanduan bakat mengandung tiga pengertian, yaitu:
identifikasi bakat, seleksi bakat, dan pengembangan bakat. (1) Identifikasi
bakat adalah penjaringan
terhadap anak dan remaja dengan menggunakan tes-tes jasmani, fisiologis, dan
keterampilan tertentu untuk mengidentifikasi potensi-potensi yang dimiliki. (2) Seleksi
bakat merupakan penjaringan
atlet-atlet muda yang sedang berpartisipasi dalam olahraga yang dilakukan oleh
para pelatih berpengalaman dengan menggunakan tes-tes jasmani, fisiologis, dan
keterampilan tertentu. Seleksi bakat ini berupaya untuk melakukan identifikasi
terhadap atlet yang mempunyai kemungkinan paling berhasil dalam cabang olahraga
yang diikutinya. (3) Pengembangan
bakat olahraga merupakan proses
pemilihan calon atlet pada tahap berikutnya. Pada tahap ini atlet harus diberikan
sarana dan prasarana memadai yang memungkinkan atlet dapat mengembangkan
potensinya secara penuh. Pemberian sarana dan prasarana ini termasuk di
dalamnya kepelatihan yang tepat dan program latihan serta kompetisi yang
sejalan dengan dukungan fasilitas, peralatan, dan keilmuan.
a. Identifikasi Bakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang
dimaksudkan dengan bakat adalah dasar ( kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang
dibawa dari lahir dan dalam Webster’s Encyclopedic Unabridged Dictionary of
the English Language dinyatakan sebagai a special natural ability. Dari
pengertian bakat di atas, selanjutnya dapat dikatakan bahwa identifikasi bakar
olahraga adalah proses pemberian ciri (karakteristikisasi) terhadap dasar
kemampuan yang dibawa dari lahir yang dapat melandasi keterampilan olahraga.
Deborah Hoare yang dikutip oleh Setyo Nugroho dalam modulnya menyatakan
bahwa pemanduan bakat mengandung tiga pengertian, yaitu : identifikasi bakat,
seleksi bakat, dan pengembangan bakat.
Untuk memperjelas perbedaan makna antara ketiga
terminologi di atas, berikut ini dikutipkan pandangan Hoare terhadap
ketiga terminologi tersebut, Hoare mendefinisikan identifikasi bakat
adalah penjaringan terhadap anak dan remaja dengan menggunakan tes – tes
jasmani, fisiologis dan keterampilan tertentu untuk mengidentifikasi potensi –
potensi yang dimiliki, agar berhasil dalam aktivitas olahraga yang dipilih
(keterlibatan dalam aktivitas olahraga sebelumnya tidak merupakan prasyarat
bagi identifikasi ini). Sedangkan selesi bakat diartikan dengan penjaringan
atlet – atlet muda yang sedang berpartisipasi dalam olahraga yang dilakukan
oleh para pelatih berpengalaman dengan menggunakan tes – tes jasmani,
fisiologis, dan keterampilan tertentu dalam upaya melakukan identifikasi terhadap
atlet yang mempunyai kemungkinan paling berhasil dalam cabang olahraga yang
diikutinya.
Untuk mendapatkan calon atlet yang kelak
diharapkan dapat meraih prestasi, diperlukan upaya dengan beberapa tahapan.
Bompa menyatakan ada beberapa tahapan yang harus diikuti untuk mempersiapkan
atlet. Adapun tahapan yang dimaksud adalah : (a) Mencari calon atlet berbakat,
(b) Memilih calon atlet pada usia muda,
(c) Memonitor calon atlet tersebut secara terus menerus, (d)Membantu calon
atlet agar dapat meraih prestasi puncak. Selama ini hasil observasi menunjukkan
bahwa eksistensi atlet selalu berkaitan erat dengan kerja dan waktu yang
diinvestasikan para pelatih kepada calon atlet yang memiliki kemampuan alami
superior. Dalam pernyataan tersebut tersirat suatu peringatan ataupun arahan
supaya potensi, waktu, dan energi yang dimiliki pelatih tidak terbuang tanpa
arti dalam proses kepelatihannya, demikian juga dengan diperolehnya hasil
berlatih yang jauh dari optimal, maka perlu dilakukan pemilihan calon atlet
yang mempunyai kemungkinan paling besar untuk mengembangkan potensinya. Dengan
demikian, dapatlah ditarik konklusi bahwa tujuan utama melakukan identifikasi
calon atlet adalah untuk mengidentifikasi dan memilih calon atlet yang
mempunyai kemampuan terbaik sesuai dengan cabang olahraga yang dipilih.
b. Metode Identifikasi Bakat
Dalam literatur teori latihan dikenal dua metode
dasar untuk melakukan seleksi, yaitu; (1) Metode seleksi alamai (natural
selection) yaitu, dipertimbangkan sebagai metode dengan pendekatan normal
dalam pengembangan potensi atlet. Metode ini berasumsi bahwa atlet yang
mengikuti aktivitas olahraga merupakan hasil pengaruh lokal sehingga evolusi
prestasi atlet ditentukan atau tergantung pada pilihan yang bersifat alami.
Oleh karena itu, evolusi prestasi atlet kerap kali sangat lamban, hal ini
disebabkan atlet telah melakukan pilihan cabang olahraga yang tidak tepat
baginya. (2) Metode ilmiah (scientific selection). Sedangkan metode seleksi ilmiah merupakan metode
pemilihan calon atlet yang dilakukan pelatih terhadap para remaja prospektif
didukung dengan bukti – bukti bahwa calon atlet mempuyai kemampuan alami untuk
cabang olahraga yang dilatihkan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
waktu yang diperlukan untuk meraih prestasi puncak bagi calon atlet yang
dipilih secara ilmiah lebih singkat, bila dibandingkan dengan calon atlet yang
dipilih melalui metode alami.
Dasar dari sistem pengembangan bakat adalah suatu proses
latihan jangka panjang, sistematis, dan berorientasi kepada sasaran. Sebuah prestasi
tidak mungkin di dapatkan secara istan, memerlukan waktu yang cukup lama dalam
pembinaanya. Sebuah proseslah yang nantinya akan menghantarkan atlet menjadi
berprestasi dalam setiap ajang perlombaan. Dengan program yang berstruktur dan
sudah direncanakan sematang mungkin atlet akan digiring ke sebuah poros yang
nantinya akan membuat mereka siap dan tahu tujuan mereka dibina. Bakat menampakan dirinya hanya dalam
aktivitas praktis. Model struktur dari peningkatan bakat harus diatur
sedemikian rupa sehingga ada interaksi antara penilaian latihan dan bakat.
Pemanduan bakat tidak hanya sekedar hanya dibuat tanpa
maksud. Pemanduan bakat memiliki tujuan yaitu untuk mengikutsertakan sebanyak
mungkin anak-anak dalam proses pemanduan (screening).
Tujuan pemanduan bakat adalah; (1) memberikan kesempatan bagi atlet muda
berbakat untuk mengembangkan keterampilanolahraga, (2) mengarahkan anak-anak
yang berminat pada olahraga terhindar dari cabang olahraga yang tidak sesuai
dengan potensi yang diiliki, sehingga apat mengurangi terjadinya cidera, (3) membrikan rangsangan agar anak berpartisipasi dalam
olahraga yang sesuai dengan potensi secara berkelanjutan. Kemungkinan untuk
menemukan suatu bakat akan meningkat bila lebih banyak anak-anak diikutkan
dalam proses pemilihan. Namun jangan terlupakan bahwa kepopuleran suatu cabang
olahraga sangat mempengaruhi poses pencarian bibit-bibit atlet. Mungkin akan
lebih mudah merekrut bibit atlet bolavoli atau sepakbola dibandingkan mencari bibit atlet senam,tenis lapangan, atau
softball. Sebuah promosi yang baik juga akan mempengaruhi calon-calon atlet ini
untuk ikut seleksi. Jadi dalam pencarian bibit atlet tidak seharusnya kalau
dilakukan asal-asalan.
Bompa (1999: 273) the
process of identifying the most talented athletes to involve in an organized
training program is one of the most important concerns of contemporary sports.
Yang terbaru, hal tersebut juga di kemukakan oleh Cagnio (2008: 345) bahwa identifying the most talent athletes to
involve in an organized training program is one of the most important concerns
of sport. Mengidentifikasi atlet berbakat untuk terlibat dalam suatu
program pelatihan yang diselenggarakan merupakan salah satu masalah yang paling
penting dari olahraga. Proses identifikasi atlet berbakat untuk terlibat dalam
suatu program pelatihan yang diselenggarakan merupakan masalah yang paling
penting dalam bidang olahraga. Tujuan utama identifikasi bakat adalah untuk
mengidentifikasi dan memilih para atlet yang memiliki kemampuan dalam bidang
olahraga.
Djoko Pekik (2002: 35) mengemukakan keuntungan proses
identifikasian bakat sebagai berikut: (1) Mempersingkat waktu pencapaian
prestasi, (2) Efisiensi biaya dan tenaga, (3) Meningkatkan daya saing, (4)
Meningkatkan rasa percaya diri atlet, (5) Fasilitas penerapan latihan
berdasarkan pendekatan ilmiah. Proses pencarian bibit atlet meliputi
perencanaan dan penyusunan, perekrutan, konfirmai bakat, pengembangan bakat.
Dalam sebuah perencanaan dan penyusunan didalamnya
terdapat identifikasi bakat, seleksi bakat, konfirmasi bakat, dan persiapan
pengembangan bakat yang beroreintasi pada pencapaian prestasi yang maksimal.
Kemudian alam pengumpulan itelegesi yaitu dengan menganalisis pengalaman masa
lalu dan trend masa depan dengan bantuan disiplin ilmu tertentu dengan
managemen yang baik pula. Kemuian seleksi bakat sendiri berarti suatu upaya
penjaringan atlet-atlet muda yang sedang berpartisipasi alam olahraga tertentu,
dilakukan dengan menggunakan tes-tes kemapuan fisik, fisiologis, danpsikologis,
dalam upaya melakukan identifikasi terhadap atlet yang mempunyai kemungkinan
paling berhasil dalam cabang olahraga yang diiukutinya.
3. Pengembangan Bakat Olahraga
Pengembangan bakat adalah proses pemilihan calon
atlet pada tahap berikutknya. Pada tahap ini atlet harus diberikan
infrastruktur memadai yang memungkinkan atlet dapat mengembangkan potensinya
secara penuh. Pemberian infrastruktur ini termasuk di dalamnya kepelatihan yang
tepat dan program latihan serta kompetisi yang sejalan dengan dukungan
fasilitas, peralatan dan keilmuan (Hoare D: 1995 dalam modul Setyo
Nugroho:165).
B. Olahraga Tenis
Permainan tenis berasal dari negara Yunani,
dimana kata tenis berasal dari perkataan “Tenne” yang berarti “ambil itu” atau main”. Orang
Inggris ketika mendengar seruan perintah tenis
yang diucapkan dalam permainan yang bernama “ jeu de paume” mengira bahwa permainan itu bernama tenis. Permainan jeu de paume ini dimainkan dalam sebuah
ruangan, dimana cara memainkannya yaitu dengan cara bola tersebut dipukul
dengan menggunakan telapak tangan yang diarahkan ke dinding. Permainan yang
serupa dijumpai pula di negara Mesir, Persia dan Arab. Perkataan “ raquet
” dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Arab yaitu “ rakat”
yang berarti telapak tangan.
Tenis lapangan adalah suatu bentuk olahraga
permainan yang dimainkan oleh dua hingga empat orang dalam sebuah lapangan yang
berukuran 23.77 m x 10.97 m. Lapangan
tenis ini dibatasi oleh garis-garis dan net yang berukuran 0.91 m. Tenis adalah
sebuah permainan olahraga yang menggunakan raket dan bola yang dimainkan di sebuah lapangan
yang dibagi menjadi dua oleh sebuah jaring. Tenis lapangan adalah olahraga yang
biasa dimainkan oleh dua pemain (single)
atau dua pasangan masing-masing dua pemain (double).
Olahraga Tenis lapangan termasuk salah satu cabang olahraga yang
dipertandingkan dalam Olimpiade.
Tujuan utama dari permainan ini adalah memukul
bola sejauh-jauhnya dengan menggunakan raket sehingga bola jatuh ke dalam petak ( lapangan ) lawan
dan akibatnya lawan tidak dapat menyentuhnya sama sekali atau pengembalian bola
oleh lawan membawa bola keluar dari batas atau menyangkut di net. Dalam
permainan tenis ini terdapat berbagai macam jenis pukulan di antaranya : servis, groundstroke forehand dan backhand, dan juga voli
tenis lapangan. Olahraga tenis lapangan adalah cabang olahraga yang
mengandalkan kemampuan ekplosif power
yaitu gerakan kuat maksimal dan bersifat mendadak. Sehingga unsur-unsur daya
tahan, kekuatan, kecepatan, dan fleksibilitas sangat diperlukan di dalam
olahraga ini. Kemampuan untuk menjaga
kondisi stamina tubuh.
Permaian tenis adalah permainan yang cukup kompleks selain teknik bermain
yang sangat membutuhkan keluwesan, teknik permainan yang cukup sukar, seorang
petenis juga harus memiliki stamina yang baik. Tidak jarang atlet mengalami
kondisi yang tiba-tiba turun saat berada di dalam pertaningan. Dibutuhkan kerjasama yang baik antara atlet dan
pelatih dalam mengantisipasi hal tersebut. Komponen program latihan lebih di
arahkan pada komponen teknik, taktik dan strategi serta mental.
C. Pemanduan Bakat Cabang Olahraga Tenis
Sebuah prestasi membanggakan
diperoleh adalah buah
proses masalalu. Proses yang dijalankan secara matang akan berdampak pada
prestasi yang matang pula tentunya. Pemanduan bakat diharapakan dapat menjadi
sebuah media penyalur untuk pencapaian prestasi tersebut.
1. Karakteristik Permainan Tenis
Tenis merupakan salah satu cabang
olahraga permainan bola kecil yang membutuhkan penguasaan teknik dasar seperti
memukul bola. Dalam permainan tenis, seorang pemain dituntut
untuk bisa menggunakan teknik memukul. Tenis bisa dimainkan oleh semua orang atau pemain dengan berbagai ukuran dan bentuk tubuh. Seorang pemain dalam tenis
untuk bisa menjadi sukses tidak selalu membutuhkan tubuh yang besar, cepat, dan
kuat.
Dalam permainan tenis untuk
keterampilan yang baik secara umum pemain tenis harus memiliki kecepatan,
kekuatan, dan ketangkasan, di samping faktor kebugaran yang lain seperti
komposisi dan ukuran tubuh, kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas, dan
sistem cardivasculer. Ada 4 tingkatan
komponen mulai dari yang terpenting yang menunjang kualitas skill/kemampuan
atlet dalam cabang olahraga tenis yaitu; (a) Koordinasi dan keseimbangan,
motivasi dan percaya diri, kemampuan dan teknik, (b) Kecepatan, waktu reaksi,
analisis dan kemampuan taktik, penyesuaian diri dalam situasi yang menekan, (c)
Ketangkasan, (d) Daya tahan, kekuatan dan power, kelenturan.
2. Kriteria yang Digunakan
Untuk Pengidentifikasian Bakat
Kriteria yang digunakan untuk pengidentifikasian
bakat dengan menggunakan pendekatan ilmiah menurut Bompa (2004: 329) yaitu:
kesehatan, kualitas Biometric, dan Heredity atau keturunan.
a) Aspek Kesehatan
Kesehatan salah satu komponen yang sangat penting
dalam mendukung aktifitas jasmani seseorang. Pemeriksaan kesehatan secara fisik
meliputi kesehatan secara umum, ada tidaknya penyakit, pertumbuhan badan, ada
tidaknya gangguan pada mata, ada tidaknya gangguan pendengaran, ada tidaknya
gangguan pada sistem pernafasan, paru jantung dengan tes EKG dan tekanan darah,
pemeriksaaan organ dalam (hati, limfe, ginjal), sistem neuromusacular.
b) Kualitas Biometric
Pengukuran anthropometri sangat penting untuk
dilakukan, seperti pengukuran berat badan, tinggi badan, panjang lengan dan
ukuran biacromial, pengukuran lemak. kriteria atlet berbakat dalam
cabang olahraga tenis adalah sebagai berikut: tinggi badan, panjang lengan dan
ukuran biacromial lebar, kapasitas anaerobik dan aerobik, daya tahan
mengatasi kelelahan dan stres, inteligensi. Cabang olahraga tenis sebetulnya
tidak begitu disulitkan dengan standar tinggi badan. Wajarnya adalah yang
memiliki tinggi dan berat badan porposional.
Faktor kemampuan biomotor juga merupakan salah
satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pengidentifikasian
bakat. Biomotor utama yang perlu diketahui saat pengidentifikasian bakat yaitu,
kekuatan, dayatahan, kecepatan, koordinasi, dan fleksibilitas. Daya
tahan,kecepatan akasi-reaksi, cardiorespirasi dan kelentukan merupakan biomotor
penting dalam permainan tenis. Hubungan kemampuan biomotorik adalah terhadap
kinerja atlet dalam menampilkan gerakan teknik. Kekuatan dan kecepatan sangat
dibutuhkan dalam cabang olahraga tenis. Teknik servis dan smash memerlukan
kedua komponen biomotor tersebut yang dirangkai menjadi satu sehingga
menghasilkan power. Apabila kekuatan atlet besar dan kecepatan atlet
tinggi maka akan menghasilkan power yang besar. Untuk mempertahankan
kerja ini dalam waktu yang lama maka harus didukukng oleh daya tahan yang baik.
Fleksibilitas dan koordinasi sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan
semua teknik dalam cabang olahraga tenis.
c) Heredity atau keturunan
Ø Aspek fisiologi
Komponen yang berhubungan dengan fisiologi yang perlu di
tes untuk pengidentifikasi bakat anak usia dini seperti kemampuan aerobik da
anaerobik (paru-jantung), saraf, jenis otot, fungsi organ-organ dalam, fungsi
indera. Atlet cabang olahraga bolavoli harus memiliki tipe otot cepat (otot
putih atau fast twist), daya tahan paru jantung yang baik (aerobik dan
anaerobik), saraf yang tipe penghantaran impulsnya cepat, fungsi indera dan
sistem organ dalam yang normal.
Ø Aspek psikologi
Dalam proses pembinaan olahraga untuk prestasi
ada beberapa komponen yang harus dilatihkan yaitu fisik, teknik, taktik dan
mental. Pada komponen mental ini merupakan salah satu gejala psikologis yang
pasti dimiliki oleh atlet. Untuk mengetahui seberapa besar aspek psikologis ini
maka dapat dilakukan tes seperti: tes inteligensi, tes motivasi, tes minat, tes
kemandirian, tes kemampuan adaptasi. Atlet harus mempunyai kualitas mental atau
psikologis yang handal untuk dapat mencapai prestasi optimal. Keberhasilan
atlet saat tampil dalam pertandingan
sangat ditentukan sekali oleh kualitas mentalnya. Dalam tes psikologi ini harus
dilakukan oleh orang yang memang kompeten dalam bidang psikologi, yaitu seorang
psikolog olahraga.
d) Mental Talent
Menurut Rob Meurs, menjelaskan bahwa mental talent
membagi menjadi 3 hal yang berbeda-beda, pertama yang paling sering dilihat
adalah work ethic (etos kerja), toughness, work habits. Kedua seberapa
besar seorang pemain menerima dan merespon kejadian, sebagai contoh, bagaimana
seorang pemain tersebut menyikapi kemenangan/kekalahan, saat teman satu tim
marah, saat pelatih memarahi, saat wasit mengambil keputusan tidak sesuai
dengan yang dikehendaki. Dan yang ketiga seberapa besar keinginan untuk menang.
3. Identifikasi Awal
Menurut Jim Brown (2001:229)
tidak ada formula khusus untuk mencari atlet yang memiliki peluang prestasi. “but there are characteristic that many
expert can identify in young players who go on to reach higher leves of the
game”. Banyak orang berkompeten di dalamnya dapat melihat bahwa ada karakteristik
mengidentifikasi pemain muda yang bergabung untuk mencapai leves lebih tinggi
dari permainan.
Tidak ada rumus yang bisa
memprediksi kapan atau apakah prospek yang menarik yang akan menjadikan pemain
yang luar biasa. Tapi ada karakteristik yang banyak didapat dari pemanduan
bakat tenis lapangan. Mengidentifikasi pemain muda untuk
mencapai tingkat yang lebih tinggi dari sebuah permainan . Koordinasi
tangan-mata adalah denominator umum dan utama dalam olahraga yang membutuhkan
keterampilan yang dipelajari .
Keterampilan rendah, kualitas
fisik lainnya bahwa pemain yang luar biasa mungkin menunjukkan pada usia yang
cukup dini kecepatan dan kelincahan Bobby
McKee, pelatih tenis di Presbyter
rian College, mencari apa yang dia sebut keterampilan tubuh bagian bawah
seperti keseimbangan dan reaksi cepat dengan kaki. Anak-anak yang menunjukkan
kecepatan dalam mendapatkan bola memiliki keuntungan lebih dari pemain
rata-rata. Kecepatan adalah aset yang pnting yang harus d miliki seorang
petenis. Kemampuan untuk mengambil dua atau tiga langkah cepat, mengubah arah,
dan mengurangi kecepatan sebelum membuat kontak dengan jaminan tersebut
merupakan indikasi bakat khusus. Mungkin ada dari awal, mungkin akan
dikembangkan dengan usia yang muda, dan dapat ditingkatkan dengan intruksi dari
pelatih
Pengukuran sebuah kekuatan akan
menjadi penting untuk kebutuhan fisik.. Petenis semakin besar dan kuat, dan
permainan telah berubah untuk mengakomodasi para pemain. Tapi dalam usia 12
kebawah usia kelompok, ukuran dan kekuatan tidak selalu prediktor keberhasilan
nantinya dalam mendapatkan prestasi. Seiringnya waktu sebuah masih dapat
berubah-ubah.
Peningkatan jumlah perhatian yang
diberikan kepada olahraga, dan pemain tenis yang luar biasa, biasanya memiliki
tingkat prestasi yang besar. Kata Greg menggemukkan, pelatih nasional untuk
Tennis Program Pembangunan SMP USA, “pemain besar memiliki mata yang besar dan
visi yang luar biasa untuk berprestasi. Mereka tampaknya melihat bola datang
dari racketbetter lawan daripada yang lain . Mereka melihat seluruh pengadilan
dan tahu di mana untuk menjadi dan di mana untuk memukul lebih baik dari pemain
yang lebih rendah”.
The Asosiasi Tenis Amerika
Serikat telah mengembangkan serangkaian tes fisik untuk pemain junior.
Sementara tak satu pun dari tes ini dapat memprediksi kesuksesan di masa
mendatang, mereka menyediakan metode membandingkan hasil dari para pemain untuk
para pemain elit pada usia yang sama. Tes ini diberikan kepada ribuan junior
diundang untuk pusat pelatihan daerah . Halaman-halaman berikut ini memberikan
petunjuk untuk mengelola sembilan orang tes dan skor pada ke-20, ke-50 . Ke-70,
dan persentil ke-90 level. (Brown, 2001: 229-230)
Prestasi merupakan usaha yang
panjang dalam pelaksanaannya, sehingga perlu sistem yang baik dan
berkelanjutan. Pembinaan prestasi olahraga memerlukan pembagian yang jelas
tentang usia dan materi latihan disesuaikan dengan karakter dari cabang
olahraga masing-masing.
Menurut Ria Lumintuarso (2009) Pembinaan prestasi olahraga pada umumnya
memiliki tahapan latihan jangka panjang sebagai berikut :
1.
Tahap I Gerak
Dasar (Usia : 7 – 11 tahun)
Materi Latihan :
a.
Dasar Jalan,
lari, lompat dan lempar (ABCs Running)/
b.
Dasar
Menangkap, Memukul dan Menendang (CKS).
c.
Perasaan Gerak,
Meluncur, daya Apung, Memukul/Menendang (KGBs).
d.
Kelincahan,
Koordinasi, Keseimbangan dan Kecepatan (ABCs).
2.
Tahap II Multi
Sport (Usia : 11- 13 Tahun)
Materi Latihan :
a.
Kunci
keterampilan dasar- motor learning – kesempatan bergerak
b.
Kalau
keterampilan dasar tidak diberikan pada tahap ini, mungkin anak tidak
c.
Pernah
menemukan bakat olahraganya.
d.
Menghaluskan
dan menyempurnakan literatur fisik.
3.
Tahap III
Pengembangan Olahraga (Usia : 13 – 15 Tahun)
Materi Latihan :
a.
Penyesuaian
gerak terhadap pertumbuhan fisik.
b.
Pengembangan
pada gerak dasar cabang olahraga secara umum/menyeluruh.
4.
Tahap IV
Spesialisasi (Usia : 16 – 19)
Materi Latihan :
a.
Latihan pada
salahsatu cabang tertentu
1)
Mulai dengan
program individual (tidak lagi kelompok yang bersama-sama).
2)
Berlatih untuk
bertanding pada situasi yang berbeda.
5.
Tahap V
Prestasi Tinggi (Usia : 20 - 28 Tahun)
Materi Latihan :
a.
Latihan untuk prestasi.
b.
Intensitas
tinggi dengan perencanaan.
c.
Latihan
individual penuh, kompetisi, regenerasi, persiapan mental.
4. Komponen Kondisi Fisik Pemain Tenis
Menurut Sukadiyanto (2002:38) bahwa komponen kondisi
fisik yang diperlukan di dalam olahraga tenis lapangan adalah: daya tahan, kekuatan,
kecapatan, fleksibilitas. Khusus untuk fleksibilitas terdapat dua jenis yaitu
kelentukan pada persendian sedangkan kelenturan adalah elastisitas otot.
Menurut Harsono (1988:163) bahwa dengan fleksibilitas yang baik tubuh dapat
bergerak dengan efektif dan efisien dan koordinasi sedangkan otot-otot yang
terlibat di dalam pelaksanaan teknik gerak tenis lapangan.
Otot-otot yang diperlukan seorang petenis adalah otot gastrocnemius, otot quadricep,
otot obliques, otot deltoideus, otot pectoralis, otot bicep,
otot seratus anterior, otot romboideus, otot trapezius
Gambar 1: Otot yang
bekerja saat melakukan pukulan
Menurut Kusworo (2012) Untuk
melatih suatu otot sangat diperlukan tujuan (target) yang akan dicapai dari
proses latihan tersebut, tujuan melatih suatu otot adalah: Prestasi: kekuatan,
daya tahan, kecepatan, fleksibilitas, koordinasi (komponen fisik), Fleksibilitas
sendiri terbagi dua, jika sasaran yang dituju adalah otot maka
namanyakelenturan namun jika sasaran yang dituju adalah sendi maka namanya
adalah kelentukan Kebugaran : otot tidak mudah lelah yaitu: tidak menimbulkan
efek negative(performa tidak maksimal dan optimal) contohnya mudah kram,
pegal-pegal serta otot tidak mudah cedera atau dengan kata lain adalah
kesegaran jasmani yang baik.
Sebagai seorang petenis, memiliki
volume otot yang besar tidak disarankan. Menurut Donald A (1996:1) otot yang
besar sekali akan membuat anda menjadi lamban dan menghambat dayatahan. Seorang
binaragawan yang memiliki otot yang besar memang kuat, aan tetapi dalam
melakukan gerak cenderung lamban. Tenis membutuhkan kecepatan aksi reaksi yang
tinggi, oleh karena itu akan kurang menguntungkan apabila artlet tenis memiliki
otot yang besar.
5. Karakteristik Psikologi Pemain Tenis
Karakteristik emosional juga
dapat mulai relatif muncul awal, meskipun
mereka tidak selalu melakukan kesalahan atau emosi yang memuncak. Patten
mengatakan hal pertama yang dicari rasa kekanak-kanakan dalam proses bermain.
“Pemain besar meninggalkan diri untuk bermain olahraga. Bahkan jika mereka
tidak memiliki bakat fisik yang besar, dan mereka memiliki kemampuan untuk
bersaing untuk mewujudkan atau membedakan mereka dari pemain lain”.
Nick Saviano, direktur USA Tenis
pendidikan pelatihan, mengatakan bahwa salah satu hal yang menonjol jauh dan di
atas segalanya dalam memprediksi kesuksesan. “Indikator terbaik untuk sukses di
masa depan adalah cinta olahraga. Pemain yang mencintai olahraga memiliki
sesuatu untuk menahan mereka dalam manfaat yang positif ketika segala sesuatu
tidak berjalan dengan baik. Ketika diberi kesempatan akan melaksanakan dengan baik dan sungguh-sungguh”.
Sebuah indikasi bahwa Anda memiliki
anak atau pelatih pemain yang tidak mencintai permainan tenis lapangan adalah
salah satu yang hanya bermain atau mempraktikkan. MacCurdy berpikir ini telah
menjadi masalah serius selama 15 tahun terakhir. pemain tenis lapangan datang
dalam lima hari seminggu dan hits
bola dalam mode terorganisir. Konsep ini telah diambil banyak pertandingan
praktek dan dari pengalaman pola dalam pertandingan tenis. Tampaknya ada banyak
kompetisi dalam mengahadapi emosional yang baik berkembang pada persaingan dan
mencari peluang kompetitif yang menantang”.
Dick Gould , pelatih legendaris
di Stanford, menambah wawasan ini ke cotnpetitiveness
dan dorongan di antara pemain berbakat : “mereka benci kalah, mereka sangat
berdedikasi, mereka bekerja keras, mereka menggunakan waktu mereka dengan baik,
dan mereka tangguh. Mereka tidak memikirkan kerugian terlalu lama, tetapi mampu
bangkit kembali cukup cepat. Menang atau kalah, mereka ingin bermain lagi
Henry Talbert adalah direktur Itive bagian Southern California Asosiasi Tenis Amerika Serikat dan salah satu
yang paling berpengaruh pada bakat di negara amerika dan mengidentifikasi tiga
karakteristik pada pemain muda yang menunjukkan khusus bakat tenis lapangan:
1.
Jumlah dan
berbagai program kompetitif mereka berpartisipasi masuk
“Ada beberapa pemain yang
benar-benar mendaftar di setiap program yang kami tawarkan . Mereka memiliki
rasa lapar untuk kompetisi dan bermain”.
2.
Seberapa baik
mereka dapat memahami dan menguasai nuansa tertentu dalam melakukan pukulan.
“Dalam mereka mencoba kedua atau
ketiga kali, mereka dapat mengeksekusi stroke
(pukulan) tertentu beberapa minggu. Seperti Williams bersaudara, mereka hanya
melompat pada segala sesuatu”.
3.
Seberapa baik
mereka bereaksi terhadap orang tua mereka dan penangan lain di sekitar mereka .
“Secara umum, mereka tidak murung
dan mereka bergaul dengan orang-orang. Mereka tampaknya berkembang di bawah orang-orang yang mendorong mereka atau
diberi motivasi. (Brown, 2001: 238-239)
6. Instrumen Pemanduan Bakat Dalam Olahraga Tenis
Instrumen pemanduan bakat merupakan suatu perangkat yang digunakan dalam
proses pemanduan bakat sebagai upaya untuk membantu pemandu bakat maupun
pelatih melakukan proses identifikasi/seleksi sehingga diperoleh calon atlet
yang berbakat pada bidang yang dinginkan. Perangkat ini bisa dalam bentuk tes
yang memang dirancang secara umum maupun khusus disesuaikan dengan cabang
olahraga yang akan diikuti.
Dalam pelaksanaan tes pemanduan bakat, instrumen yang digunakan bisa
mencakup secara umum bakat calon atlet maupun secara khusus melakukan
penyeleksian bakat berdasarkan spesialisasi cabang yang akan ditekuni. Ada
banyak model tes yang bisa digunakan berdasarkan karakter pada tiap cabang
olahraga. Untuk cabang olahraga tenis beberapa model tes bisa digunakan seperti
tes Sit And Reach, Tes Sit Up, Tes Push Up, Tes Vertical Jump, Tes
20-Yeard Dash, Hexagn Test, Side Suffel,
Dan Spider Test untuk olahraga tenis.
a. Tes Sit Up And Reach
Cara melakukannya:
1.
Duduk di lantai
dengan lutut selonjor dan kaki datar.
2.
Tolok ukur
antara kaki dan sejajar dengan mereka sehingga tanda 15-inch ini bahkan dengan
bagian bawah tumit.
3.
Ada seseorang
memegang lutut di tempat.
4.
Bersandar ke
depan, lengan lurus, dan tangan bersama-sama sehingga jari telunjuk yang
menyentuh
Girls
12 and under |
Percentile
|
Boys
12 and under |
.9-1.5
2.6-3.3 3.9-4.7 6.1-7.4 |
20%
50% 70% 90% |
-2.0-1.5
1.1-1.5 2.1-2.5 3.1-3.9 |
14 and under
|
Percentile
|
14 and under
|
1.1-2.0
3.8-4.5 5.1-6.0 7.1-8.5 |
20%
50% 70% 90% |
-3.4-1.5
13-2.0 2.6-3.5 4.6-5.0 |
Girls
16 and under |
Percentile
|
Boys
16 and under |
2.1-3.0
|
20%
|
-1.9-.5
|
4.8-5.1
|
50%
|
1.6-2.0
|
6.1-7.0
|
70%
|
3.1-4.0
|
8.2-9.2
|
90%
|
5.1-6.0
|
b.
Vertical Jump (Lompat Tegak)
Tes ini bertujuan untuk mengukur
daya ledak power otot tungkai. Atlet
yang akan melakukan tes melakukan lompatan ke arah vertikal secara maksimal,
kemudian diukur raihan jangkauan tangan tertinggi. Alat yang digunakan bisa
secara sederhana maupun menggunakan digital
jump. Beberapa posisi seperti fielders
membutuhkan daya ledak otot yang baik untuk melakukan antisipasi pada bola
hasil pukulan. cara melakukannya:
1.
Berdiri
menghadap dinding, tangan bersama-sama, dan jari telunjuk menyentuh tembok.
2.
Rentangkan
kedua lengan setinggi mungkin dan menandai tempat.
3.
Pasang tolok
ukur untuk dinding ke atas dari titik tertinggi tercapai.
4.
Tekuk lutut
sebelum melompat, tapi tidak mengambil langkah.
5.
Dengan kapur di
ujung jari, putar dengan sisi ke dinding, kemudian melompat dan menyentuh tolok
ukur pada titik tertinggi.
6.
Catat jumlah
inci antara jangkauan berdiri dan titik tertinggi dari lompat.
Tabel. Skala perbandingan hasil lompat tegak
Rating
|
Males (inches)
|
Males (cm)
|
Females (inches)
|
Females (cm)
|
Excellent
|
>28
|
>70
|
>24
|
>60
|
Very good
|
24 – 28
|
61 – 70
|
20 – 24
|
51 – 60
|
Above average
|
20 – 24
|
51 – 60
|
16 – 20
|
41 – 50
|
Average
|
16 – 20
|
41 – 50
|
12 – 16
|
31 – 40
|
Below average
|
12 – 16
|
31 – 40
|
8 – 12
|
21 – 30
|
Poor
|
< 12
|
< 30
|
< 8
|
< 20
|
c.
20 Yard Shuttle (Lari Bolak Balik dalam
jarak 20 Yard)
Tes ini dilakukan dengan cara
pemain melakukan gerakan secara lateral untuk mengukur kelincahan seorang atlet
terutama pada kontrol tubuh dan perubahan arah. Untuk atlet yang memperoleh
hasil terbaik dapat diposisikan pada area infielder
seperti shortstop, dan penjaga base
satu, dua, dan tiga. Untuk pemain pro paling tidak dapat memperoleh skor
shuttle 5-10-5. cara melakukannya:
1.
Lari jarak 20
meter sepanjang sisi lapangan tenis (baseline ke saluran layanan yang
berlawanan).
2.
Recorder
berdiri di garis finish, satu lengan terangkat.
3.
Perintah,
"Ready, Go," yang diberikan dan tangan turun pada "Go."
4.
Menggunakan
stopwatch, mencatat tercepat dari tiga uji waktu. (Brown, 2001: 231-234).
d.
Hexagonal tes
Tes ini bertujuan untuk mengukur
kelincahan atlet dan untuk memonitor perkembangan kelincahan atlet. Dalam tes
ini, diperlukan 66 cm kotak hexagon dengan 6 sudut dibuat diatas lantai,
stopwatch dan seorang asisten.
Prosedur pelaksanaan:
– Setiap garis kotak hexagon diberi
label A, B, C, D, E dan F
– Atlet berdiri dititik tengah kotak
hexagon menghadap garis A.
– Pada aba-aba “go”, atlet melompat
melewati garis B dan kembali ke titik tengah, kemudian melompat melewati garis
C dan kembali ke titik tengah, dan seterusnya terakhir ke garis A dan kembali
ke titik tengah.
– Rute dari garis B – C – D – E – F –
A kembali ke titik tengah dianggap 1 sirkuit.
– Atlet harus menyelesaikan secepat
mungkin sebanyak 3 sirkuit dalam 1 x tes.
– Asisten mencatat waktu yang dicapai.
– Tes dilakukan sebanyak 2 x dengan
interval istirahat 1 menit.
– Tentukan nilai rata-rata waktu dari
2 x tes.
– Hasil nilai rata-rata tersebut dicocokkan
dengan tabel Hexagonal Obstacle Agility
test.
Girls 12 and under
|
Percentil
|
Boys 12 and under
|
13.80-14.90
|
20 %
|
15.30-16.30
|
12.70-13.90
|
50%
|
13.20-13.60
|
11.40-11.90
|
70%
|
12.20-12.50
|
10.50-10.80
|
90%
|
10.70-11.50
|
Girls 14
and under
|
Percentil
|
14 and
under
|
13.50-13.90
|
20%
|
13.80-14.60
|
12.00-12.40
|
50%
|
12.50-12.80
|
11.20-11.50
|
70%
|
11.60-11.90
|
10.10-10.60
|
90%
|
10.40-11.00
|
Girls 16
and under
|
Percentile
|
Boys and
under
|
12.70-13.20
|
20 %
|
13.10-14.20
|
11.70-11.90
|
50%
|
11.80-12.00
|
10.80-11.30
|
70%
|
11.10-11.30
|
10.00-10.40
|
90%
|
10.10-10.40
|
7. Upaya Dan Hambatan Pemanduan Bakat Dalam Olahraga Tenis
Bahkan mengingat
ketidakpastian pengembangan pemain, tenis adalah olahraga yang membuktikan diri
pada setiap tingkat merupakan indikasi bakat khusus. Aturan praktis,
menurut MacCurdy tenis adalah untuk
menjadi sukses di setiap tingkat sebelum pindah ke yang berikutnya. Venus dan
Serena Williams pengecualian. Tidak ada yang salah dengan 14 tahun yang berada
di peringkat nomor 20 di negara ini memainkan sesekali turnamen atau bahkan
acara sateffite tipe .
Carilah tingkat
perbaikan. Bakat memiliki cara meledak di beberapa titik di banyak pemain. Satu
pemain junior top B Amerika melewati periode lima bulan di mana permainannya
mungkin meningkat sebanyak 50 persen. Orang-orang macam melompat yang
mengesankan. Boris Becker adalah seperti salah satu pemain tenis lapangan
Jerman. Dia bukan pemain junior yang sangat baik di Jerman. Kemudian ia menjadi
junior terbaik di Eropa. Selanjutnya, ia memenangkan tunggal putra senapan di
Wimbledon . Semua ini terjadi dalam jangka waktu sekitar dua tahun .
Komunitas tenis hidup
dengan peringkat dan hasil turnamen. Untuk pemain 10 sampai 14, peringkat
digunakan untuk menentukan siapa isinvited to USA Player Pembangunan Pusat
Pelatihan. Beberapa pemain yang diidentifikasi memiliki potensi luar biasa juga
diundang. Sekitar 120 pusat tersebar di seluruh sesi pelatihan negara diadakan
beberapa kali dalam setahun dan digunakan untuk lebih mengembangkan
keterampilan mereka selected. At next
talent level itu, 12 pelatih daerah dan bekerja dengan top 15 pemain ( di
bawah usia 14 dan 15 ) di setiap bagian . Jika pelatih berpikir atlit atau
atlit yang pelatih latih memiliki bakat luar biasa, hubungi kantor USTA di
negara bagian atau bagian untuk standar kualifikasi .
Untuk Pelatih, Orang Tua,
Profesional Teaching, dan Pemain Ajarkan permainan untuk menegndalikan emosional dan
karakteristik permainan, bahkan jika pemain terlalu muda untuk mengembangkan
servis kuat, pukulan, dan smash, atau terlalu konsisten untuk selalu bermain
baik. Cepat atau lambat, pertumbuhan pemain akan mengejar keterampilan nya.
Mengembangkan servis
kedua. Kata Dick Gould, “Perbedaan terbesar antara pro dan pemain perguruan
tinggi adalah efektivitas kedua melayani”. Perbedaan itu ifiters turun ke
tingkat yang lebih rendah dari permainan.
Memungkinkan pemain untuk
menikmati permainan. Bersenang-senang dengan permainan. Pada akhirnya, pemain
tenis harus melakukan sesuai dengan keinginan dan karakter masing-masing, bukan
dari orang tua, pelatih, atau masyarakat. Jika seseorang tidak menikmati
permainan, ia harus berhenti bermain dan istirahat, bahkan jika istirahat
berlangsung sangat lama untuk mengembalikan keingina dalam bermain. (Brown, 2001: 239)
BAB
III
KESIMPULAN
Pemanduan
bakat adalah suatu upaya yang dilakukan secara sistemik untuk mengidentifikasi
seseorang yang berpotensi dalam olahraga, sehingga diperkirakan seseorang
tersebut akan berhasil dalam proses latihan dan dapat meraih prestasi puncak.
Proses
pemanduan bakat mengandung tiga pengertian, yaitu: identifikasi bakat, seleksi
bakat, dan pengembangan bakat.
Olahraga
tenis lapangan adalah cabang olahraga yang mengandalkan kemampuan ekplosif power yaitu gerakan kuat
maksimal dan bersifat mendadak. Sehingga unsur-unsur daya tahan, kekuatan,
kecepatan, dan fleksibilitas sangat diperlukan di dalam olahraga ini.
Kemampuan untuk menjaga kondisi stamina tubuh.
Dalam
permainan tenis ini terdapat berbagai macam jenis pukulan di antaranya : servis, groundstroke forehand dan backhand, dan juga voli
tenis lapangan.
Proses yang dijalankan secara matang akan berdampak pada
prestasi yang matang pula tentunya. Pemanduan bakat diharapakan dapat menjadi
sebuah media penyalur untuk pencapaian prestasi tersebut. Adapun
proses pemanduan bakat dalam olahraga tenis yaitu karakteristik permainan tenis,
kriteria yang digunakan untuk
pengidentifikasian bakat, identifikasi awal, komponen kondisi fisik pemain tenis,
karakteristik psikologi pemain tenis,
instrumen pemanduan bakat dalam
olahraga tenis, serta
upaya dan hambatan pemanduan
bakat dalam olahraga tenis. Untuk dapat mengetahui apakah
seorang atlet berbakat atau tidak dalam cabang olahraga tenis maka dapat
dilakasanakan berbabgai macam tes bakat atau keterampilan baik sebelum memasuki
tahap spesialisasi maupun dalam proses penentuan keahlian/posisi di cabang
olahraga tenis. Contoh tes yang digunakan seperti tes Sit And Reach, Tes Sit Up,
Tes Push Up, Tes Vertical Jump, Tes 20-Yeard
Dash, Hexagn Test, Side Suffel, Dan Spider Test untuk mengetahui kematangan
mental dan pengetahuan pemain dalam olahraga tenis
DAFTAR
PUSTAKA
Bompa, Tudor O. (1999). Periodization: theory and methodology of
training, 4th edition. Champaign, Illinois: Human Kinetics.
Brown, Jim. (2001). Sports
talented. how to identify and develop outstanding athletes. Champaign, II:
Human kinetics.
Di Cagnio, A., et.al. (2008). Leaping ability and body
composition in rhythmic gymnasts for talent identification. Journal of Sports Medicine and Physical Fitness, 48 (3),
341-346.
Djoko Pekik Irianto. (2002). Dasar kepelatihan. Yogyakarta: UNY.
Donald A. Chu.(1996). Tenis Tenaga. Jakarta Utara. Raja Grafindo persada.
Dwi Santoso. (2012). Identifikasi dan pengembangan bakat olahraga.
Pacitan: STKIP PGRI
Kusworo
: Pembinaan Kondisi Fisik Atlet Tenis
Lapangan Jurnal Health & Sport, Volume 5, Nomor 3, Agustus 2012
Lumintuarso,
Ria. (2009). Pembinaann prestasi
olahraga. Diunduh tanggal 5 Maret
2014 dari http://ria luminturso.com/2009/08/pembinaan-prestasiolahraga.html.
Nawan
Primasoni. (2012). Pemantauan pemanduan
bakat olahraga cabang sepakbola untuk anak-anak selabora FIK UNY tahun 2012. Yogyakarta:
FIK UNY.
Sukadiyanto
(2002) Metodologi Pembentukan Kondisi
Fisik Petenis. Yogyakarta: FIK UNY
Tohar. 2002. Ilmu Kepelatihan Lanjut. Semarang:
PKLO FIK UNNES.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar